Gea Dehidrasi Ringan-Sedang Rsud Kota Ag
Gea Dehidrasi Ringan-Sedang Rsud Kota Ag
Dokter Pembimbing :
dr. Deasy Oktian
Oleh :
dr. Erna Zunita Rahmawati
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian di dunia. Perkiraan
terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian lima teratas di dunia yang sering terjadi
pada anak-anak. Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit, toksin,
dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan bakteri sangat
mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah terkontaminasi. Dalam 50% kasus diare,
tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian denna persentasi
yang signifikan pada semua umur.
Gastroenteritis akut atau Diare dan orang awam menyebutnya dengan mencret memang
merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus
dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh
atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan
masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau
berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang
tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena gastroenteritis adalah karena
penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga memungkinkan
penyebaran agen penginfeksi, dan/ atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita membunuh 5 sampai 8
juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak dibawah umur.
Setidaknya 50% kasis gastroenteritis yang penyebarannya melalui makanan Disebabkan karena
infeksi norovirus. Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus.
Tujuan
RM No : 03.34.09.2015
IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
• Nama : An. C
• Umur : 1 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Jln. Waytaman Pasar Madang ,Tanggamus
• Masuk RS : 9 September 2015
III. Anamnesa
Keluhan Utama :
Mencret
Keluhan tambahan :
Muntah dan demam
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-), BAK sakit
dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gram
Panjang lahir : 49 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √ √ √
Polio √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √
Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok,
kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa. Terdapat jamban
keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan lingkungan jarak
antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari, pertukaran udara dan
kebersihan rumah kurang.
√ Berat Badan : 13 kg
√ Tinggi Badan : 94 cm
Kepala
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret kurang lebih 5 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna
kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau tinjanya
seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk. ± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien
muntah sebanyak ± 3x berisi makanan yang dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua.
Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus
menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien
kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum
mengobati keluhan – keluhannya ini.
PEMERIKSAAN FISIK
√ Berat Badan : 13 kg
√ Tinggi Badan : 94 cm
• Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (+)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
PEMERIKSAAN LAB :
Feses lengkap : warna kuning,cair, bakteri positif (++), amylum pos (++), lemak (+), positif serat
tumbuhan.
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : Ringer laktat 12 tetes/menit
• MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali
- ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari
- Zinc 20 mg per hari (PO)
- Probiotik 3 x 1 sachet (PO)
Kultur tinja
X. PROGNOSIS
Ad Vitam :ad bonam
Ad Fungsionam :ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari
3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain : tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana keberihan
( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal- hal tersebut,
beberapa factor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjangkit diare
antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambu ng, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan factor genetic.
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insideen tetinggi
terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping
ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu,
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi
bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi
mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian
kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada infeksi
asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi
asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak enteropaogen terutama bila
mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah –
pindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik ( termasuk
Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan.
C. Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory.
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur7
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak antara lain:
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak
D. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi
bersamaan pada satu anak.1,8
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan
ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus
halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas.
Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus
jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan
banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,
dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap
tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon,
sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit
keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau
V. cholera.01.7
Osmotik Sekretorik
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein
dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina seprti diare
osmotik dan sekretorik.1,9
E. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal
bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.1
Gejala klinis
: 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Masa + ++ ++ - ++ -
Tunas
Sering Jarang Sering + - Sering
Panas
Tenesmus Tenesmus, Tenesmus,kolik - Tenesmus, Kramp
Mual, kramp kramp
- + - -
muntah
+ -
5-7 hari 3-7 hari 2-3 hari 3 hari
Nyeri
>7hari variasi
perut
Nyeri
kepala
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam
6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas
atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan
yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat
imunisasinya.1
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau
tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan
menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
1 2 3
Penilaian :
<6 : Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Rasa haus - + +
3. Laboratorium
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim
laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa, yangs elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara
menentukan malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi
dengan pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip
melihat perubahan reaksi warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan
tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang
mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh
tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung,
kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna
yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negative, kuning tua
berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi warna
hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya
lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit
dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja
dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes
eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:5
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan III yang
mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai secara
mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna kuning
atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan memakai
batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan NaCl
fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja
cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan
sehingga tidak terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna
(NaCL fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan
lebih mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium.
Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x, lalu 40x untuk
menentukan spesiesnya.
G. Tata laksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:8
Mencegah dehidrasi
Antibiotik selektif
Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Edukasi
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan sebagainya.
Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang
diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun
dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml
setiap BAB.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan
tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan – lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit. Pemberian cairan
dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang
biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih
kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral,
oralit dapat diberikan nelalui nsogasterik deng an volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi teratasi
pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan
dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik biasanya
dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar ). Untuk
rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara
pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½
jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
4. Seng ( Zinc )
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang
penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah
merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg
per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10 mg per hari
selama 10-14 hari
6. Terapi Medikamentosa
a. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karen sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Antibiotika pilihan pada diare antara lain
erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB
2x sehari selama 3hari. Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
b. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pad anak, beberapa
dianteranya:
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
H. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
Hipernatremia, Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi
dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5%
dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan
rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma
setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan
untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah
pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1
Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper
semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer laktat atau
normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang diperiksa
dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2
mEq/L/jam.1
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya
demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada
umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam
yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika.
Antibiotika jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak. Edema
paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali.
Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan,
kortikosteroid jika kejang.3
4. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup
mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral
dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.3
6. Kejang3
kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare,
seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama
diare dapat menyebabkan:3
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan
gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah
dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan
oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic
sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.3
I. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
juga mengurangi resiko diare antara lain:
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan campak,
dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung
menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi
campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60%
kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena diare pada
balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah,
tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di
dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan dalam
2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
J. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus diare
pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut
dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi diare persisten.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-
110
2. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. [diunduh tanggal
10 Juli 2007]
3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
Seto. 2007:1-24
4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The Journal of
Infectious disease 200: S188-94, 2009.
5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta Gastroenterologi
Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United Stated
of Amrica, Lippincot wiliams
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based Guidelines
for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.
8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
9. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the tight junction
barrier, ion transport and inflammation. Dalam http:www.glut.bmj.com.[diunuduh tanggal
10 Juli 2011].
10. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO Indonesia.2009.
11. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality Formulation.
Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002. [diunduh tanggal 16 Juli 2011].
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood Diarrhea and
respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and inflammation.
Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam Kapita
Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111