Anda di halaman 1dari 3

Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan kulit di sekitar anus

atau dubur. Kondisi ini terbentuk sebagai reaksi dari adanya infeksi kelenjar pada anus yang
berkembang menjadi abses anus, di mana terbentuk kantung atau benjolan berisi nanah. Fistula
akan terlihat seperti saluran atau lubang kecil setelah nanah keluar. Selain abses, fistula ani juga
berisiko dialami penderita gangguan saluran cerna bawah, seperti Crohn’s disease. Akibatnya,
penderita merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman pada kulit sekitar anus.

Pengobatan fistula ani dilakukan setelah melalui pemeriksaan seksama, terutama pada area anus.
Pilihan utama pengobatan fistula ani adalah operasi. Terdapat beberapa teknik bedah yang dapat
dilakukan sesuai kondisi fistula ani yang terjadi. Tujuan dari operasi adalah melindungi otot
sfingter ani yang mengatur buang air besar serta memperbaiki fistula ani dengan tuntas untuk
mencegah kekambuhan.

Gejala Fistula Ani

Gejala yang ditunjukkan fistula ani, antara lain adalah:

 Keluar darah atau nanah saat buang air besar.


 Daerah sekitar anus membengkak dan menjadi merah.
 Nyeri pada anus yang semakin parah saat duduk atau batuk.
 Demam dan terasa lelah.
 Inkontinensia alvi.
 Iritasi kulit di sekitar anus.
 Terdapat nanah disekitar anus.

Penyebab dan Faktor Risiko Fistula Ani

Fistula ani terjadi akibat abses anus yang tidak sembuh sempurna sehingga menyisakan saluran
atau lubang kecil pada kulit di dekat anus. Penyebab ini yang paling banyak terjadi pada kasus
fistula ani. Sekitar 50 persen penderita abses anus berisiko mengalami fistula ani.

Selain disebabkan abses pada anus, fistula ani juga dapat terjadi karena beberapa kondisi,
termasuk gangguan saluran cerna bagian bawah atau daerah anus. Kondisi tersebut meliputi
Crohn’s disease serta hidradenitis suppurativa. Di samping penyakit tersebut, beberapa infeksi
seperti tuberkulosis atau infeksi HIV, serta divertikulitis juga bisa menimbulkan fistula ani.
Penyebab fistula ani lainnya adalah komplikasi yang terjadi pasca operasi di dekat anus dan
pasca radioterapi untuk kanker usus besar.

Diagnosis Fistula Ani

Pemeriksaan fisik, terutama pada area anus dan sekitarnya, akan dilakukan dokter jika pasien
memilki gejala fistula ani. Guna menetapkan diagnosis, pemeriksaan penunjang perlu dilakukan,
di antaranya:

 Pemindaian. Pemeriksaan dengan pemindaian bertujuan untuk mendapatkan gambaran


yang lebih detail, dalam hal ini kondisi daerah anus dan saluran abnormalnya (fistula).
Pemindaian dapat dilakukan dengan foto Rontgen (fistulografi), USG, CT scan, dan MRI.
 Anaskopi. Pemeriksaan ini menggunakan alat khusus berupa spekulum anus (anuscope)
untuk melihat kondisi di dalam saluran anus.
 Proktoskopi. Pemeriksaan dengan alat khusus yang memilki lampu ini bertujuan untuk
melihat kondisi di dalam anus. Proktoskopi dapat melihat lebih dalam sampai rektum,
yaitu bagian terakhir dari usus besar.
 Fistula probe. Pemeriksaan fistula dengan alat dan pewarna khusus untuk melihat lokasi
fistula yang terbuka,
 Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan pemeriksaan dengan selang kecil berkamera yang
dimasukkan melalui anus untuk melihat kondisi usus besar. Tujuan kolonoskopi adalah
untuk mengetahui apakah fistula ani itu disebabkan penyakit lain, misalnya Crohn’s
disease atau kolitis ulseratif.

Pengobatan Fistula Ani

Fistula ani tidak dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga diperlukan tindakan pengobatan.
Metode pengobatan utama yang diakukan adalah melalui operasi. Kendati demikian, layaknya
suatu tindakan medis, operasi fistula ani memiliki beberapa risiko, di antaranya adalah kesulitan
untuk mengatur buang air besar (inkontinensia alvi) dan fistula yang muncul kembali.
Operasi fistula ani didahului dengan pemeriksaan awal pada anus disertai pemberian anestesi
umum. Pemeriksaan ini akan menetukan teknik bedah yang akan dilakukan dengan
mempertimbangkan posisi fistula ani.

Anda mungkin juga menyukai