Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) Paru adalah penyakit menular langsung yang

masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia, dikarenakan

padatnya hunian, jeleknya sistem pelayanan kesehatan publik, dan

meningkatnya prevalensi HIV/AIDS. Setiap tahun, terdapat sekitar

sembilan juta kasus baru TBC Paru, dan hampir dua juta diantaranya

menyebabkan kematian. Semua negara sudah terinfeksi, tetapi sekitar 85%

kasus, terjadi di Afrika (30%) dan Asia (55%), sementara India dan Cina

mewakili 35% (WHO, 2011)

Penyakit tuberkulosis (TBC) menjadi salah satu masalah kesehatan di

berbagai Negara termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi

kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala yang sering ditemukan pada

pasien penderita TBC adalah batuk yang lebih dari 3 minggu, dahak berdarah,

berkeringat malam, sesak napas, nyeri dada dan anoreksia (Sudoyo,2009).

WHO melaporkan ada sekitar 10-20 juta penderita TBC di dunia dapat

menularkan penyakit TBC ke orang lain (Liswanti, 2014). Indonesia

menempati posisi penyumbang TBC Paru terbesar nomer 3 di dunia setelah

India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah

kematian sekitar 101.000 pertahun (WHO, 2013). Berdasarkan data

Departemen Kesehatan pada tahun 2001 di Indonesia terdapat 50.443

penderita TBC BTA (+) yang diobati (23% dari perkiraan penderita TBC yang

positif BTA). Penderita TBC 75% berusia 15-49 tahun dan baru 20% yang
tercakup dalam program pemberantasan TBC yang dilaksanakan pemerintah.

Pada tahun 2011 diperkirakan ada 8,7 juta kasus TBC baru dengan 1,4 juta

kematian wanita terbanyak pada kelompok usia 15-44 tahun. Kematian pada

anak akibat penyakit ini di perkirakan sebanyak 64.000 dengan jumlah kasus

anak sebanyak 500.000 kasus (data tahun 2011) (depkes jatim, 2013).

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kediri 2015 ditemukan 847

orang, dari perkiraan penderita TBC paru dengan BTA positif di kabupaten

Kediri sebesar 1.655 orang (dinkes kabupaten Kediri,2015).

Tingginya kasus tersebut membuktikan jika diperlukan Penegakan

diagnosis TBC agar diagnosis ditegakkan lebih tepat dan pengobatan dapat

diberikan lebih cepat. Salah satu pemeriksaan penunjang diagnosis infeksi

TBC adalah pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). LED dapat dipakai

sebagai sarana pemantaun keberhasilan terapi, perjalanan penyakit terutama

penyakit kronis seperti TBC (Sutedjo, 2009). Infeksi tuberculosis

menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan volume plasma menjadi

semakin tinggi atau LED meningkat (Depkes RI,2003). Pemeriksaan LED

pada penderita TBC menunjukkan bahwa pada infeksi TBC mengalami proses

inflamasi, dimana dalam proses inflamasi tersebut kadar fibrinogen dan

globulin plasma yang berkaitan dengan reaksi fase akut yang meningkat

sehingga menyebabkan nilai LED meningkat (Solichul, 2001).

Pemeriksaan LED dalam diagnosis TBC masih banyak digunakan di

laboratorium klinik Indonesia, karena pemeriksaan ini sederhana, cepat dan

murah (Widiastutik,dkk. 2018). Ada beberapa macam cara pemeriksaan LED

yaitu dengan cara manual dan otomatis. Cara manual dengan menggunakan
metode Westergren dan Wintrobe, sedangkan cara otomatis dengan

menggunakan alat automatik (Liswanti, 2016). Metode pemeriksaan LED

yang sering digunakan yaitu metode Westergren karena metode ini sederhana

dan reagen mudah didapatkan, ICSH (International Council for

Standardization in Haematology) telah merekomendasikan bahwa metode

Westergren sebagai metode referensi (Kiswari, 2014). Tinggi atau rendahnya

LED dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, faktor plasma, faktor eritrosit,

viskositas darah, waktu pemeriksaan, luas permukaan tabung, kedudukan

tabung dan suhu (Hendimay, 2004).

Perbedaan suhu yang cukup besar dapat mempengaruhi nilai LED

secara signifikan. Suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat pengendapan

sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat memperlambat eritrosit untuk

mengendap. Suhu optimum selama pemeriksaan LED adalah 20ºC

(Hendimay, 2004). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ni Wayan Maya Kurnia Santi dkk pada tahun 2014 yang berjudul “

Perbedaan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Dengan Anti Koagulant

EDTA Terhadap Variasi Suhu 16ºC, 20ºC Dan 27ºC Metode Westergren”

yang menyatakan bahwa hasil dari penelitian menggunakan pemeriksaan laju

endap darah terhadap variasi suhu 16ºC, 20ºC Dan 27ºC terdapat perbedaan

hasil pada uji anova didapat hasil nilai sig (P-valuen) yaitu 0,001 yang berarti

<0,05.
Beberapa laboratorium didaerah seperti pada daerah terpencil masih

jarang yang memiliki ruangan ber-AC, pada umumnya laboratorium tersebut

masih menggunakan ruangan tanpa AC. Mengacu kepada hasil riset kesehatan

Kabupaten Kediri peneliti ingin melakukan penelitian Gambaran Hasil

Pemeriksaan Laju Endap Darah dengan inkubasi ruang ber-AC dan tidak ber-

AC pada pasien TBC Paru di Puskesmas Sidorejo

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui

“Bagaimana gambaran hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Metode

Westergren Modifikasi dengan inkubasi ruang ber-AC dan tidak ber-AC pada

pasien TBC Paru di Puskesmas Sidorejo”

C. TujuanPenelitian

Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan LED metode westergren

modifikasi dengan inkubasi ruang ber-AC dan tidak ber-AC pada pasien TBC

Paru di Puskesmas Sidorejo

D. ManfaatPenelitian

1. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, khususnya di bidang

labolatorium.

2. Institusi

Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan membaca

diperpustakaan untuk peneliti selanjutnya khususnya dibidang hematologi.


3. Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi masyarakat khususnya

responden yang mengalami TBC paru agar mampu mendapatkan

informasi kesehatan terkait dampak gangguan kesehatan dan komplikasi

dari penyakit TBC paru dan penatalaksanaan atau manajemen yang dapat

dilakukan.

4. Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan pemeriksaan LED yang baik pada ruang ber-AC atau ruang

tidak ber-AC.

Anda mungkin juga menyukai