Anda di halaman 1dari 12

Departemen Riset R’nB Production 1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
EKSTRAKSI, FILTRASI MEMBRAN DAN UJI STABILITAS ZAT
WARNA DARI KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana)

BIDANG KEGIATAN
PKM-AI

Diusulkan oleh:
Asep Muhamad S. L2C005239 Angkatan 2005
Khoiruddin L2C005271 Angkatan 2005
Suryandaru L2C006101 Angkatan 2006
Indra Triaswati L2C006090 Angkatan 2006

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

i
Departemen Riset R’nB Production ii

HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : EKSTRAKSI, FILTRASI MEMBRAN


DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA
DARI KULIT MANGGIS
(Garcinia mangostana)

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( ) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana kegiatan


a. Nama : Asep Muhamad Samsudin
b. NIM : L2C0 05 239
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas : Universitas Diponegoro
e. Alamat rumah dan No tel/HP : Banjarsari 3a Semarang
08170229019
f. Alamat Email : as.musa.ce05@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 3 orang

5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Nyoman Widiyasa ST, MT
b. NIP : 132 132 751
c. Alamat rumah dan no tel/HP : Jl. Tembalang Pesona Asribol
T-27

Semarang,

Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Kimia Ketua Pelaksana Kegiatan,

Ir. Abdullah, M. S. Ph.D Asep Muhamad Samsudin


NIP 131 286 285 NIM. L2C0 05 239

Pembantu Rektor III


Universitas Diponegoro, Dosen Pendamping,

Sukinta SH, M.Hum Dr. I Nyoman Widiyasa ST, MT


NIP.131 763 894 NIP. 132 132 751

ii
Departemen Riset R’nB Production 1

EKSTRAKSI, FILTRASI MEMBRAN DAN UJI STABILITAS ZAT


WARNA ALAMI DARI KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana)

Asep Muhamad Samsudin, Khoiruddin, Suryandaru, Indra Triaswati


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

ABSTRAK

Buah manggis (Garcinia mangostana) adalah buah tropis yang


mempunyai banyak keunggulan dibandingkan buah lainnya. Salah satu bagian
buah yang dapat dimanfaatkan adalah kulit buahnya, yaitu sebagai penghasil zat
warna alami. Hal ini dikarenakan kulit manggis menghasilkan warna ungu yang
dihasilkan oleh pigmen yang bernama anthosianin seperti cyanidin-3-
sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari suhu optimal untuk mengekstraksi
pigmen kulit buah manggis dengan solven air dan untuk mengetahui stabilitas zat
warna dari pigmen tersebut. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap I untuk
mengekstrak pigmen kulit manggis dengan solven air pada berbagai suhu (300C,
400C, 500C, 600C, 700C, 800C, dan 900C), kemudian filtrasi untuk pemekatan
produknya dengan menggunakan membran Reverse Osmosis. Tahap II adalah uji
stabilitas zat warna pada berbagai kondisi lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi zat warna dari kulit
manggis (Garcinia mangostana) pada suhu 90 0C menghasilkan zat warna yang
memiliki intensitas warna tertinggi dengan absorbansi maksimalnya 0,100.
Penggunaan membran RO pada proses pemekatan zat warna selama 1 jam,
menunjukkan laju permeat yang relatif stabil. Hasil karakterisasi zat wana pada
berbagai kondisi lingkungan adalah sebagai berikut : (1) Penyimpanan pada
lemari pendingin menghasilkan absorbansi puncak 0,252, sedangkan pada suhu
kamar memiliki absorbansi 0,159. (2) Pada kondisi pH 4, 3 dan 2 berturut-turut
menghasilkan absorbansi 0,158; 0,362; 0,672 (3) Penyinaran matahari selama 3
jam dan 6 jam menghasilkani absorbansi 0,190 dan 0,203. (4) Penambahan
oksidator setelah 1 jam dan 2 jam menghasilkan absorbansi 0,051 dan 0,044 (5)
Penyinaran lampu selama 1 hari dan 2 hari menghasilkan absorbansi 0,289 dan
0,269.

Kata kunci: ekstraksi; membran; manggis; zat warna

PENDAHULUAN

Zat warna banyak digunakan pada makanan, minuman, tekstil, kosmetik,


peralatan rumah tangga dan sebagainya. Penggunaan zat warna sangat diperlukan
untuk menghasilkan produk yang lebih bervariasi dan menambah nilai artistik
produk tersebut.
Penggunaan pewarna sintesis dapat berbahaya bagi manusia karena dapat
menyebabkan kanker kulit, kanker mulut, kerusakan otak dan lain-lain. serta
menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran air dan tanah yang

1
Departemen Riset R’nB Production 2

juga berdampak secara tidak langsung bagi kesehatan manusia karena di


dalamnya terkandung unsur logam berat seperti Timbal (Pb), Tembaga(Cu), Seng
(Zn) yang berbahaya ( Pristiyanto Djuni, 2002 ).
Penggunaan pewarna sintesis dapat digantikan dengan pewarna alami.
Kulit manggis (Garcinia mangostana) bisa dipakai sebagai pewarna alami
makanan karena menghasilkan warna ungu yang dihasilkan oleh pigmen yang
bernama anthosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside.
Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit manggis (Warid, 2007).
Anthosianin adalah pigmen yang bisa larut dalam air. Secara kimiawi
anthosianin bisa dikelompokan ke dalam flavonoid dan phenolic. Zat tersebut bisa
ditemukan di berbagai tanaman yang ada di darat. Anthosianin tidak ditemukan di
tanaman laut, hewan atau mikroorganisme. Zat tersebut berperan dalam
pemberian warna terhadap bunga atau bagian tanaman lain dari mulai merah , biru
sampai ke ungu termasuk juga kuning dan tidak berwarna ( seluruh warna kecuali
hijau).
Zat warna dari kulit manggis dapat diambil dengan menggunakan teknik
ekstraksi dengan pemekatannya menggunakan filtrasi membran. Sedangkan untuk
uji stabilitas zat warna yang dihasilkan, digunakan metode analisa absorbansi
dengan spektrofotometri.
Ekstraksi merupakan operasi pemisahan solute dari campurannya dengan
diluen, dengan menggunakan sejumlah massa solven sebagai tenaga pemisah (
Mass Separating Agent, MSA ). Dimana solven yang digunakan dalam penelitian
ini adalah air.
Filtrasi membran adalah metode pemisahan suatu zat dari campuran
homogennya dengan zat lain dengan menggunakan membran. Membran adalah
lapisan tipis yang memisahkan dua fasa yang membolehkan perpindahan spesi-
spesi tertentu yang disukai dan menahan spesi lain yang tidak disukai. Membran
telah banyak digunakan dalam proses pemisahan (filtrasi), salah satunya adalah
dalam pemekatan jus.
Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya
oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian
pula pengukuran pengabsopsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang
tertentu. Di dalam metode spektrofotometri, apabila nilai absorbansi semakin
besar atau transmitansi semakin kecil, menunjukkan bahwa konsentrasi dari suatu
zat dalam larutan sampel semakin besar. Begitu juga sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mencari suhu optimal
ekstraksi pigmen kulit buah manggis dengan solven air dan uji stabilitas zat warna
untuk mengetahui pengaruh berbagai kondisi lingkungan terhadap karakteristik
stabilitas zat warna dari kulit manggis.

BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2008 dan dilaksanakan di


Laboratorium Pangan dan Bioproses Teknik Kimia Undip. Prosedur percobaan

2
Departemen Riset R’nB Production 3

meliputi penyiapan bahan baku, ekstraksi, filtrasi membran dan uji stabilitas
warna.
Bahan baku yang dipakai adalah Kulit manggis (Garcinia Mangostana)
dan solvent yang digunakan adalah air pada tahap ekstraksi.
Kulit manggis dipotong kecil-kecil kemudian diekstraksi menggunakan
solven air pada suhu yang berbeda-beda (300C, 400C, 500C, 600C, 700C, 800C, dan
900C). Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dengan spektofotometer pada
panjang gelombang 510-500nm Kemudian ekstrak difiltrasi dengan menggunakan
membran RO lalu dianalisa laju debit permeatnya setiap 5 menit.
Tahap terakhir adalah uji stabilitas warna terhadap kondisi lingkungan
yang bervariasi, yaitu :
1. Pengaruh Sinar matahari.
Sepuluh ml dari larutan ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi
kemudian dijemur di bawah sinar matahari, kemudian pada interval 3 jam
sekali dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 510 – 550
nm
2. Pengaruh sinar lampu.
Sepuluh ml dari larutan ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi
kemudian disinari oleh lampu dengan kekuatan 20 watt selama 48 jam dan
setiap 12 jam sekali dilakukan pengamatan terhadap absorbansi pada
gelombang 510-550 nm.
3. Pengaruh pH
Uji stabilitas ekstrak pigmen dibuat dalam 3 tingkat keasaman (pH: 3, 4,
5). Retentat pigmen sebanyak 2 ml dilarutkan dalam 100 ml buffer asam sitrat
sesuai dengan variasi pH. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada
panjang gelombang 510-550 nm.
4. Pengaruh oksidator
Sepuluh ml larutan ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan oksidator H2O2 sebanyak 1 ml kemudian setiap 3 jam sekali
dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 510 – 550 nm.
5. Pengaruh kondisi penyimpanan
Retentat disimpan pada suhu kamar dan suhu dingin (15oC). Setelah 2 hari
dilakukan pengenceran yaitu larutan pekat pigmen cair sebanyak 2 ml
dilarutkan dalam 100 ml air kemudian diukur absorbansinya pda panjang
gelombang 510-550 nm.

3
Departemen Riset R’nB Production 4

KULIT BUAH MANGGIS

PENGECILAN UKURAN

EKSTRAKSI (30 menit)


(dengan air suhu 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90oC)

SENTRIFUGE 10 menit
(5000 rpm/menit)

PENYARINGAN VAKUM
(dengan Kertas Whatman)
Ampas
FILTRAT PIGMEN

KARAKTERISASI FILTRASI MEMBRAN


Analisa: Absorbansi pigmen (suhu 30oc)
diuji terhadap pengaruh :
1. Oksidator
2. Sinar Matahari.
3. Sinar lampu.
4. Pengaruh pH (3, 4, 5,7, 8,9).
5. kondisi penyimpanan
Gambar 1 Prosedur penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap I
Tahap pertama penelitian ini terdiri dari ekstraksi dan filtrasi membran.

Ekstraksi

Perbandingan suhu pada proses ekstraksi

0.150
absorbansi

0.100
51
0.050 0
nm
0.000
20 30 40 50 60 70 80 90 100
suhu (0C)
Gambar 2 Pengaruh suhu pada ekstraksi zat warna kulit manggis terhadap
absorbansi

4
Departemen Riset R’nB Production 5

Pada ekstraksi zat warna dari kulit manggis dengan menggunakan solven
aquadest dalam suhu yang berbeda-beda (30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 0C),
menunjukkan fenomena yang menarik. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pada
awalnya absorbansi naik dari suhu 30 0C – 60 0C. Kenaikan absorbansi ini
menunjukan kenaikan intensitas warna yang terekstrak. Kemudian absorbansi
turun pada suhu 70 0C hal ini memperlihatkan terjadi penurunan intensitas warna
(zat warna yang terekstrak menurun kuantitasnya). Lalu naik lagi hingga
mencapai nilai maksimumnya pada suhu 90 0C. Sehingga terlihat seolah - olah
terjadi dua tahap dalam proses ekstraksi zat warna dari kulit manggis ini. Tetapi
bila diamati lebih jauh warna dari hasil ekstrak, pada suhu 30 0C – 50 0C warna
hasil ekstrak adalah kuning dan semakin kuat warna kuningnya (intensitas warna
naik) seiring pertambahan suhu. Kemudian hasil ekstrak pada suhu 60 0C,
berwarna campuran antara warna merah dan kuning. Pada suhu 70 0C – 90 0C,
warna hasil ekstrak adalah merah keunguan dan semakin kuat warnanya
(intensitas warna naik) seiring penambahan suhu dan terlihat warna kuning yang
mengendap.
Anthosianin adalah zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan
baik pada pelarut – pelarut polar (Budiarto, 1991 dan Hanum ,2000). Aquadest
(air) adalah pelarut polar sehingga cukup baik untuk melarutkan anthosianin,
tetapi pada suhu yang cukup tinggi. Anthosianin mulai dapat larut dengan baik
pada suhu 70 0C, dimana ekstrak yang dihasilkan sudah berwarna merah
keunguan secara sempurna (warna kuning tidak terlihat lagi). Penelitian terdahulu,
yaitu pengambilan zat warna antosianin dari kulit rambutan dilakukan pada suhu
kamar dengan menggunakan pelarut campuran ethanol dan HCl pada berbagai
konsentrasi ethanol (70 % - 95 %), dan hasil terbaik didapat pada konsentrasi
ethanol 95 % (Lydia dkk,2001). Hal ini menunjukkan bahwa kepolaran ethanol
lebih mirip dengan kepolaran air, sehingga larut dengan baik pada pelarut ethanol.
Oleh karena itu, pada proses ekstraksi zat warna dari kulit manggis, suhu 90 0C
adalah suhu yang paling optimal.

Filtrasi Membran

Gambar 3 Hubungan waktu dengan laju permeatnya

Gambar 3 menunjukan hubungan antara waktu dengan laju permeat yang


dihitung debitnya setiap 5 menit pada proses filtrasi dengan menggunakan
membrane Reverse Osmosis. Mula – mula proses filtrasi membrane menggunakan
umpan aquadest sebagai pembanding. Kemudian membran RO digunakan untuk
menyaring ekstrak zat warna dari kulit manggis. Pada penyaringan ekstrak, laju

5
Departemen Riset R’nB Production 6

permeat cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses penyaringan
ekstrak, membran tidak mudah terjadi fouling. Hasil permeat pada proses filtrasi
membrane dengan umpan aquadest dan ekstrak adalah sama – sama air. Tetapi
laju permeatnya mempunyai perbedaan yang cukup besar yaitu laju permeat pada
ekstrak lebih kecil dibandingkan aquadeest, hal ini dikarenakan umpan dari
ekstrak mengandung suatu solute (zat warna) yang mebuat viskositas bertambah
dan hambatn atau tahanan pada saat filtrasi meningkat.

Tahap II
Uji Stabilitas Warna

Pengaruh Kondisi Penyimpanan terhadap Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis

0.260
0.240
0.220
0.200
Absorbansi

0.180 awal
0.160
0.140
0.120
0.100
500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)

Gambar 4 Pengaruh tempat penyimpanan terhadap absorbansi zat warna kulit


manggis

Hasil pengamatan intensitas warna dari ekstrak kulit buah manggis yang
telah disimpan pada suhu kamar dengan kondisi gelap selama 1 dan 2 hari
menunjukkan perubahan intensitas warna yang cukup besar bila dibandingkan
pada suhu yang rendah (lemari pendingin), seperti yang ditunjukan pada gambar
4. Perubahan intensitas warna ini ditunjukan dengan perubahan nilai absorbansi.
Hasil penelitian dari Lydia dkk (2001) pada pengamatan intensitas warna
dari kulit buah rambutan yang disimpan pada kondisi suhu kamar dan gelap
selama 7 hari, menghasilkan penurunan intensitas warna sebesar 41 % bila
dibandingkan dengan zat warna yang disimpan pada kondisi dingin (15 0C).
McLellan and Cash (1979), telah meneliti penyimpanan antosianin pada suhu 1,6;
18,3; dan 37,2°C, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penyimpanan pada
suhu 1,6°C merupakan kondisi yang paling baik dibandingkan dengan suhu 18,3
°C dan 37,2°C. Perubahan saat penyimpanan dimungkinkan disebabkan (1).
Reaksi kopigmentasi. (2). Diduga ekstrak masih mengandung enzim polifenolase
yang mengkatalis reaksi pencoklatan (Lydia 2001). Sehingga penyimpanan pada
kondisi kamar mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas zat warna yang
cukup besar akibat dua hal tersebut. Dan penyimpanan pada kondisi dingin dapat
menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan

6
Departemen Riset R’nB Production 7

Pengaruh Ph terhadap Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis

Hasil pengamatan pada pH yang berbeda memperlihatkan adanya


kenaikan absorbansi seiring dengan menurunnya nilai pH (semakin asam). Kalau
diperhatikan warna dari ekstrak zat warna kulit manggis ini, setelah diturunkan
pH-nya (4,3,2) menghasilkan fenomena warna yang semakin.

0.700
0.600
Absorbansi
0.500
0.400
0.300 aw
0.200 al
0.100 pH
0.000 4

500 510 520 530 540 550 560


Panjang gelombang (nm)
Gambar 5 Pengaruh pH (asam) terhadap absorbansi zat warna kulit
manggis

Kondisi pH (3,4,5) sangat mempengaruhi intensitas warna, seperti pada zat


warna kulit rambutan (Lydia dkk, 2001). Semakin rendah nilai pH maka warna
konsentratnya bewarna semakin merah dan stabil atau jika pH semakin mendekati
satu maka warna semakin stabil. Hal ini disebabkan bentuk pigmen anthosianin
pada kondisi asam adalah kation flavium sedangkan inti kation flavium dari
pigmen anthosianin kekurangan elektron sehingga sangat reaktif (Francis et al,
1982).

Pengaruh Sinar Matahari terhadap Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis

0.220

0.200
Absorbansi

0.180

0.160 aw
al
0.140

0.120
500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)

Gambar 6 Pengaruh penyinaran matahari terhadap absorbansi zat warna kulit


manggis

Sinar matahari merupakan salah kondisi yang menyebabkan terjadinya


perubahan warna. Benda - benda di sekitar manusia, apabila diamati, terlihat
bahwa benda - benda yang sering terkena sinar matahari secara langsung
mengalami perubahan warna lebih cepat dibanding dengan benda – benda yang
terkena sinar matahari secara tidak langsung (pada kondisi lain yang sama).

7
Departemen Riset R’nB Production 8

Begitu pula pada zat warna dari kulit manggis ini. Intensitas warnanya berubah
cukup besar terhadap sinar matahari seperti yang ada pada gambar 6, meskipun
absorbansinya semakin besar. Hal ini menunjukan bahwa zat warna ini tidak stabil
terhadap sinar matahari.
Pada pengamatan terhadap stabilitas warna dari kulit rambutan, adanya
sinar matahari menyebabkan degradasi pigmen yang ditunjukan oleh penurunan
absorbansi, dimana secara visual perubahan pigmen semakin bening kemudian
warna merah tidak terlihat. Penurunan nilai absorbansi atau pemucatan warna
disebabkan karena terjadinya perubahan struktur pigmen anthosianin dari bentuk
aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna) dan akhirnya membentuk alfa diketon
yang berwarna coklat. (Lydia dkk,2001).
Pada penelitian ini, absorbansi semakin besar dengan lamanya penyinaran
matahari. Hal ini disebabkan, matahari adalah sumber sinar utama untuk bumi dan
atmosfir. Energinya berkisar 2,25 x 1027 joule/detik. Energy yang datang dari
matahari disebut insolasi. Insolasi ini terdiri atas sinar-sinar radiasi yang tersusun
dari bermacam-macam panjang gelombang. Sinar dengan panjang gelombang
lebih pendek akan manghasilkan efek fotokimia tertentu dan mampu mempercepat
proses oksidasi biomolekul juga proses kematangan buah. Hal ini ditunjukkan
pula pada warna pada kulit buah manggis dimana semakin matang buah maka
warna kulit buah semakin keunguan (Lydia dkk,2001).

Pengaruh Oksidator terhadap Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis

0.200

0.150
Absorbansi

0.100
a
0.050
w…
0.000
500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)
Gambar 7 Pengaruh oksidator terhadap absorbansi zat warna kulit manggis

Hasil analisa absorbansi dengan spektrofotometri menunjukan adanya


penurunan absorbansi setelah ditambah oksidator H2O2 pada pengamatan setelah 1
jam dan 2 jam seperti yang terlihat pada gambar 7. Dari penelitian Lydia S. dkk.
(2001), hasil pengamatan intensitas warna dari ekstrak kulit rambutan terhadap
pengaruh oksidator memberikan pengaruh yang nyata, hal ini dapat dilihat dari
hilangnya absorbansi maksimum pada konsentrat yang telah disimpan selama 12
jam dan diukur absorbansinya setiap 3 jam.
Akibat penambahan oksidator menyebabkan penurunan serapan atau
berkurangnya kadar pewarna yang disebabkan penyerangan pada gugus reaktif
pada zat warna oleh oksidator, sehingga gugus reaktif yang bersifat memberi
warna berubah menjadi tidak memberi warna. Dijelaskan pula oleh Hanum (2000)
bahwa adanya oksidator dalam larutan menyebabkan kation flavium yang

8
Departemen Riset R’nB Production 9

berwarna merah kehilangan proton dan berubah menjadi karbinol yang tidak
memberikan warna.

Pengaruh Lama Penyinaran terhadap Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis

Penyinaran lampu mempengaruhi kestabilan anthosianin. Dari gambar 8


dapat dilihat adanya perubahan absorbansi yang cukup besar hampir dua kali dari
absorbansi semula. Mula – mula absorbansi naik (pada 24 jam), kemudian turun
(pada 48 jam). Hal ini menunjukkan bahwa sinar lampu mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kestabilan warna.

0.300
0.250
Absorbansi

0.200 awal
24 jam
0.150
48 jam
0.100
500 510 520 530 540 550 560
Panjang gelombang (nm)
Gambar 8 Pengaruh lama penyinaran lampu terhadap absorbansi zat warna kulit
manggis
Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas warna anthosianin adalah pH,
suhu, cahaya dan oksidator. Kestabilan pigmen antosianin pada kulit buah
rambutan juga dipengaruhi oleh adanya sinar lampu. Antosianin memiliki
kecenderungan yang kuat mengabsorbsi sinar tampak dan energi radiasi sinar
menyebabkan reaksi fotokimia pada spektrum tampak dan mengakibatkan
perubahan warna (Lydia dkk, 2001).

KESIMPULAN
1. Ekstraksi zat warna dari kulit manggis (Garcinia mangostana) pada suhu 90 0C
menghasilkan ekstrak zat warna yang memiliki intensitas warna tertinggi
dengan absorbansi maksimalnya 0,100.
2. Penggunaan membran pada proses pemekatan zat warna selama 1 jam,
menunjukkan laju permeat yang relatif stabil
3. Zat warna dari kulit manggis yang diekstrak dengan solven aquadest (air)
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Dipengaruhi oleh pH : pH 4 absorbansi maksimalnya 0,158, pH 3
absorbansi maksimalnya 0,362, pH 2 absorbansi maksimalnya 0,672.
b. Dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan : Lemari
pendingin setelah hari ke 2 absorbansi maksimalnya 0,252 sedangkan suhu
kamar setelah hari ke 2 absorbansi maksimalnya 0,159.
c. Dipengaruhi oleh sinar matahari : Setelah 3 jam absorbansi maksimalnya
0,190. Setelah 6 jam absorbansi maksimalnya 0,203.
d. Dipengaruhi oleh penyinaran lampu : hari 1 absorbansi maksimalnya
0,289 dan hari ke 2 absorbansi maksimalnya 0,269

9
Departemen Riset R’nB Production 10

e. Dipengaruhi oleh oksidator : jam ke 1 absorbansi maksimalnya 0,051 dan


pada jam ke 2 absorbansi maksimalnya 0,044

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT
atas nikmat yang telah diberikan-Nya, Program DIKTI yang telah membiayai
penelitian ini, Bapak Dr. I. Nyoman Widiasa, ST. MT. selaku dosen pembimbing
atas bimbingan yang telah diberikan selama ini, Pak Widayat, ST. MT yang
memberikan Inspirasi atas Ide penelitian ini, serta semua pihak yang telah
membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Alwani, Namad. 2003. Studi Pengambilan Zat Warna Alami Dari Ekstraksi
Pandan Wangi Dengan Teknologi Membran, Teknik Kimia Undip.
Broto, wisnu. 1991. Kajian Morfologis, Anatomis dan Histologis Buah Rambutan
Binjai. Jurnal Holtikultura 1, (4):1-7
Budiarto, H. 1991. Stabilitas Antosianin (Garcina mangostana) dalam Minuman
Berkarbonat. (Skripsi). Jurusan Teknologi Pertanian. Insitut Pertanian
Bogor.
Djuni, Pristiyanto. 2002. Pewarna Kue Yang Alami, Http://Www.Suara
Merdeka.Com/Harian/021/14/Ragam,Htm.
Hanum, T. 2000. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alam dari Katul Beras
Ketan Hitam (Oryza sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri
Pangan XI (1) : 17 – 23.
International Chemical Safety Cards. 1993. Http://International Chemical Safety
Cards (Who/Ipcs/Ilo).Htm.
Koppert, Gerrit. 2004. Rhapanus with Increased Anthocyanin Levels . United
States patent.
Kosim, Warid. 2007. Kulit Buah Manggis Sebagai Anti Oksidan,
Http://Www.Pikiran-Rakyat.Com/Arsip/Kampus.Html
Lydia S, Wijaya. 2001. Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah
Rambutan (Nephelium Lappaceum). Var. Binjai Biosain, Vol. 1 No. 2,
hal. 42-53
McLellan, M. R. and Cash, J. N. 1979. Application of Anthocyanins as Colorants
for Maraschino-Type Cherries. Journal of Food Science 44 (2): 483-487.
Mulder, M. (1999). Basic Principle Of Membrane Technology, 2nd Edition,
Kluwer Academic Publisher, Netherlands.
Robert, Perry. (1996). Perry’s Chemical Engineering Handbook, Mc-Graw Hill.
Inc
Shi, Z., Lin, M., and Francis, F. J. 1992. Stability of Anthocyanins from
Tradescania pallida. Journal of Food Science 57 (3); 758 - 760.
Wahyuningsih. 2003. Studi Pengambilan Zat Warna Alami Dari Ekstraksi Kunyit
Dengan Teknologi Membran. Teknik Kimia Undip.

10

Anda mungkin juga menyukai