Diusulkan oleh :
2019
Daftar Isi
Cover ............................................................................................................................................................ 0
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1. Ontinental Shelf (Paparan Benua)................................................................................................. 3
2.2. Continental Slope (Lereng Benua) ................................................................................................ 4
2.3. Continental Rise ( Jedulan Benua ) ............................................................................................... 5
2.4. Abyssal Plains (Dataran Abisal) ................................................................................................... 5
2.5. Submarine Canyon (Ngarai Bawah Laut) ..................................................................................... 7
2.6. Punggung laut ............................................................................................................................... 8
2.7. Gunung Laut ................................................................................................................................. 8
2.8. Lubuk laut ..................................................................................................................................... 9
2.9. Palung laut .................................................................................................................................... 9
2.10. Mid Ocean Ridge (MOR) ....................................................................................................... 10
2.11. Guyot....................................................................................................................................... 10
2.12. Pemetaan Dasar Laut .............................................................................................................. 10
2.1.1. Teknik Batimetri ................................................................................................................. 11
2.1.2. Akustik Laut........................................................................................................................ 12
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................................................................. 20
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai akibat dari pergerakan lempeng - lempeng di bumi, terbentuklah relief. Tidak hanya di
daratan yang memiliki relief namun juga di lautan. Relief - relief atau morfologi di dasar laut adalah
Continental Self, Continental Slop, Continental Rise dan Dataran Abyssal. Paparan benua (continental
shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen). Kedalamannya ±200 m, dengan kemiringan 0,50 .
Continental Slope merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan yang lebih terjal antara
3 % sampai 6 %. Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut kemiringan landai sekitar 0.1% dan
merupakan bagian batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar samudera.
Sedangkan Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan mengarah ke
laut lepas.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Gambar 1 : Continental Self
2.2. Continental Slope (Lereng Benua)
Merupakan kelanjutan dari continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai
kedalaman lebih dari 200 meter menukik hingga sekitar kedalaman 1000 m. Lebar dari lereng ini mencapai
100 km. Karakteristik dasarnya merupakan akumulasi sedimen hasil erosi dari benua.
Lereng benua (continental slope) adalah suatu lereng di dasar laut yang terletak antara paparan benua dan
daerah laut dalam. Continental Slope merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan yang
lebih terjal antara 3 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter, lereng benua menunjam
sepanjang 1 – 3 km menuju puncak dari jendulan benua pada kedalaman 1500 m dengan kelerengan sekitar
4017’ (sekitar 75m/km).
4
2.3. Continental Rise ( Jedulan Benua )
Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut kemiringan landai sekitar 0.1% dan merupakan bagian
batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar samudera. Continental rise
memiliki lebar hingga ratusan kilometer dari dasar slope hingga ke dataran abisal. Relief continental rise
umumnya kurang dari 20 m kecuali di sekitar gunung laut. Continental rise tersusun dari sedimen yang
diturunkan dari benua dan batas yang bersebelahan. Arus membawa sedimen menuruni slope dan
menumpuk di dasarnya. Lebar continental rise dapat hanya beberapa kilometer hingga ratusan kilometer.
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan-lahan menjadi datar pada
dasar lautan.
Continental Rise terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin, kemiringan tidak terjal, relief
rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen, berasosiasi dengan lantai samudra dalam. Continental Rise
merupakan aerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan -lahan menjadi datar. Continental rise
adalah fitur bawah laut ditemukan antara lereng benua dan dataran abyssal . Fitur ini dapat ditemukan di
seluruh dunia , dan itu merupakan tahap akhir di batas antara benua dan bagian terdalam dari laut .
Lingkungan dalam kebangkitan benua cukup unik , dan banyak ahli kelautan mempelajari secara ekstensif
dengan harapan belajar lebih banyak tentang laut dan sejarah geologi .
Di bagian bawah dari continental slop , kita akan menemukan continental rise , bukit bawah air terdiri dari
ton akumulasi sediments.The kemiringan umum continental rise antara 0,5 dan 1,0 derajat . Di luar
continental rise membentang dataran abyssal , daerah sangat datar dari dasar laut yang juga sangat
mendalam . Dataran abyssal host banyak bentuk kehidupan unik yang unik disesuaikan dengan
kelangsungan hidup dalam dingin , tekanan tinggi , dan kondisi gelap . Kerataan dari dataran abyssal
terganggu oleh rantai gunung bawah air besar di dekat batas-batas tektonik lempeng bumi.
5
Dataran abisal (abyssal plain) adalah kawasan yang luas dan agak datar dengan kedalaman
dengan kedalaman berkisar dari 4000 sampai 5000 meter yang dibatasi oleh pematang samudera atau benua.
Dataran abisal umumnya tertutup oleh sedimen pelagis. Di kawasan yang berbatasan dengan lereng benua,
bila terdapat alur bawah laut di lereng benua, maka, akan terbentuk kipas bawah laut (submarine fan) atau
kipas laut dalam (deep-sea fan). . Struktur dan fungsi ekosistem abyssal sangat dipengaruhi oleh laju fluks
makanan ke dasar laut dan komposisi bahan yang mengendap . Faktor-faktor seperti perubahan iklim ,
praktek penangkapan ikan , dan laut pemupukan diharapkan memiliki pengaruh besar pada pola produksi
primer di zona eufotik . Hal ini pasti akan berdampak pada fluks bahan organik ke jurang dengan cara yang
sama dan dengan demikian memiliki efek mendalam pada struktur , fungsi dan keragaman ekosistem
abyssal. Banyak makhluk abyssal memiliki rahang underslung untuk menyaring pasir untuk menangkap
makanan . Daerah ini juga ditandai dengan terus menerus dingin dan kekurangan nutrisi . Zona abyssal
memiliki suhu sekitar 2 ° C sampai 3 ° C ( 35 ° F sampai 37 ° F ) melalui sebagian besar massanya .Zona
ini termasuk kedalam lubuk laut dan palung laut .Tekanan air laut sudah besar sehingga hanya sedikit
binatang-binatang laut yang dapat hidup di zona ini.Binatang laut yang dapat hidup di zona ini cenderung
pipih dan panjang. Tepat di atas zona abisal ni terdapat zona bathyal, daerah yang terakhir mendapatkan
cahaya dimana sebagian besar kehidupan laut itu ada. Sedangkan tepat dibawah zona abisal yaitu zona
hadal, daerah yang diliputi oleh kegelapan abadi. ateri sedimentasi sangat halus, berupa sejenis lumpur yang
kemerah-merahan dan terdiri dari hancuran diatomea dan radiolaria, karena dalam kedalaman sekitar 3000
meter kerangkan lokan pun sebelum mencapai dasar laut telah hancur dan larut.
Karena zona abyssal terletak di kedalaman 4000 – 6000 meter, tekanan yang dimiliki sangat besar yaitu
mencapai 600 atm. Oleh karena itu, makhluk hidup di lapisan ini memiliki kulit yang berongga dan tulang
yang lunak dan fleksibel. Suhu dalam lapisan ini dingin dan memiliki oksigen tipis. Sehingga makhluk
hidup di dalamnya harus bergerak secara efektif. Mereka juga harus pandai memanfaatkan momen yang
ada. Sebagai contoh, jumlah oksigen di laut dalam akan meningkat dengan penurunan tekanan
permukaan.Binatang juga harus efektif terhadap makanan, karena makanan termasuk sulit ditemukan di
lapisan ini. Penghuni abyssal mengambil keuntungan dari detritus, bakteri pengurai makhluk hidup yang
sudah mati. Atau, jika beruntung, bangkai hewan laut permukaan yang mati dapat masuk lapisan ini.
Dengan cara itu, hukum rimba berlaku. Siapa cepat, dia dapat. Oleh karena itu, struktur mulut makhluk-
makhluk dalam lapisan abyssal dilengkapi dengan mulut yang besar dan gigi yang tajam. Bentuk-bentuk
adaptasi yang telah disebutkan diatas dapat kita temukan pada viper fish, gulper eel dan angler fish. Viper
fish memiliki kulit yang bercahaya (bioluminescence) dan gigi taring panjang yang menghiasi rahang.
6
Gambar 3 : continental shelf,continental slop dan abyssal zone
Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada pada ngarai bawah laut (submarine
canyon). Submarine canyon berbentuk seperti lembah yang memotong lereng benua (continental slope)
dan membentang pada bagian landasan benua (continental shelf) dan continental rise. Lembah dari
submarine canyon biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam. Jalur dari lembah submarine canyon
mungkin bisa lurus atau mungkin juga berliku-liku.
Submarine canyon adalah jalur utama dari sedimen untuk dibawa atau mengalami transportasi dari benua
7
ke lingkungan laut dalam. Gradien dari lantai ngarai ini cukup terjal, pada lembah pendek berkisar 60
m/km dan pada lembah yang panjang berkisar 10-15 m/km. Meskipun terlihat tidak terlalu curam, namun
kemiringan yang dimiliki lembah ini adalah 5 sampai 30 kali gradien lereng benua (continental slope).
Submarine canyon biasanya terdapat 2 km dibawah permukaan laut. Ekstensi lembah relatif lurus,
menebang sekitar 200 meter ke landas kontinen, dan melebar dari sekitar tiga kilometer di garis pantai
sekitar 15 mil ke arah laut yang akhir.
Ridge dibentuk oleh terjadinya konvergen ataupun Divergent maupun sesar yang terjadi di antara
lempeng tektonik tersebut. berdasarkan data beberapa tahun kebelakang kebanyakan arah pergerakan
lempeng lempeng tektonik itu bergeser menuju ke zona subduksi.
Peristiwa lainnya yang sering terjadi juga disebut dengan conveyor mantel. proses ini terjadi karena
bagian atas mantel yang terlalu mudah bergeser untuk menghasilkan pergeseran dan memungkinkan
untuk menarik lempeng tektonik ke arah tertentu. sementara proses upwelling mantel menyebabkan
magma membentuk tonjolan di bawah laut yang menyebabkan adanya diskontinuitas seismik sekitar 250
mil.
contoh dari punggung laut pegunungan di Samudra Atlantik yaitu pegunungan Atlantik Utara dari
kepulauan Azora sampai Sint Paul.
Gunung laut berdiri sendiri dengan kakinya yang berada di dasar laut dan puncaknya yang muncul ke
atas permukaan air. dengan artian gunung yg menjulang tinggi mencapai ke permukaan air tetapi dengan
dengan kakinya yang berada di dasar laut atau Samudra.
Di daerah gunung laut yang masih aktif terkadang terjadi pemekaran Samudra lalu keluarlah material
dari mantel yang arusnya disebut dengan konveksi. gunung api di bentuk di atas kerak samudra dan terus
akan bergerak menuju zona penunjaman di sebelah kanan. semakin gunung laut itu menjauh dari zona
pemekaran maka suhu material mantel yang cair dan panas itu akan menurun dan membentuk Seamount
atau gunung laut yang berupa gundukan gunung yang tidak lagi aktif.
8
Contohnya Adalah Gunung Krakatau di Selat Sunda. keberadaan gunung laut di dunia ini ada lebih
dari 30.000 Gunung laut tetapi kebanyakan gunung-gunung tersebut merupakan Gunung yang sudah
tidak aktif lagi atau bahkan sudah mati.
Contoh gunung laut yang aktif kembali adalah Gunung St Helena the menampilkan teras pulau di
luar lereng yang telah ada sebelumnya. contoh lainnya adalah pulau vulkanik yang terdapat di Maluku
yang akhir-akhir ini kembali aktif. morfologi bentukan gunung laut ini dapat mengurangi dampak erosi
akibat terjadinya gelombang dan badai yang terjadi di laut.
Hampir lebih dari setengah gunung laut di dunia ini ditemukan di Samudra Pasifik dan beberapa
lainnya tersebar di sebagian besar lautan Atlantik dan India. nomor secara keseluruhan gunung laut
terdapat di sekitar belahan bumi selatan.
Aktivitas gunung api juga berhubungan dengan proses terbentuknya Palung laut yang ada di bumi.
pada laut yang berjenis laut terbuka palung laut membentuk alur yang sejajar dengan deretan pulau-pulau
gunung api atau volcanic Island Arcs lalu deretan gunung api sebagian besar dijumpai sejajar dengan
Palung laut yang letaknya dekat dengan daratan.
Aktivitas gunung api terjadi karena kerak bumi yang kedalaman bumi mengalami kerusakan dan
keluarnya magma sehingga membentuk magma kembali. hal ini disebut juga dengan proses konvergen
yang terjadi apabila dua lempeng tektonik menunjam ke arah kerak bumi yang mengakibatkan keduanya
bergerak saling menumpu satu sama lain.
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra
lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.
Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah
ini.
Palung-laut dalam merupakan alur atau parit yang panjang dan relatif sempit yang menggambarkan
bagian terdalam dari lautan. Beberapa diantaranya di bagian barat Samudera Pasifik, palung laut ini
mempunyai kedalaman lebih dari 10.000 meter di bawah muka air laut
9
2.10. Mid Ocean Ridge (MOR)
MOR adalah rantai gugusan gunungapi di bawah laut dimana kerak bumi baru terbentuk dari leleran
magma dan aktivitas gunung berapi. MOR juga berasosiasi dengan daerah divergensi lempeng
tektonik yang membentuk celah di dasar laut (rift). Kebalikan dari MOR adalah zona subduksi
lempeng (Subduction Zone).
MOR dijumpai pada semua samudera dan merupakan 20% dari permukaan bumi. Topogarfi ini
merupakan rangkaian pegunungan yang memanjang sampai sekitar 65. 000 kilometer. MOR tesusun oleh
lapisan-lapisan batuan beku basaltic yang belum mengalami deformasi. MOR memiliki kenampakan
topografi dengan lebar antara 500 sampai 5000 kilometer. Topografi cenderung kasar, terutama dekat
daerah pusat. Puncak dari MOR ditandai oleh adanya celah (rift) dan dibatasi oleh pematang yang
memanjang sampai ratusan kilometer. Sumbu dari pematag ditandai oleh gempabumi yang terus menerus
dan dicirikan oleh aliran panas yang sangat tinggi dari kerak bumi.
MOR pertama kali ditemukan di Samudra Atlantik, di mana pada dasarnya membagi dua cekungan
laut, kemudian dikenal sebagai Mid-Atlantic Ridge. Pematang ini terbentuk akibat pergerakan lempeng
bumi secara divergen. Pergerakan lempeng secara divergen terjadi pada dua lempeng tektonik yang
bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis
dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran
dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan
Afrika dengan Benua Amerika .
2.11. Guyot
Guyot disebut dengan tablemount merupakan sebuah gunung bawah laut yang terisolasi dengan rata-
rata tinggi lebih dari 200 m (660 kaki) di bawah permukaan laut. Puncak guyot berbentuk datar dan
diameternya dapat mencapai 10 km (6 mil). Guyot merupakan bekas dari sebuah gunung api.
Guyot menunjukan bukti bahwa telah terjadinya penurunan permukaan yang bertahap mulai dari
pegunungan karang (reef), karang atol dan akhirnya menjadi sebuah gunung yang yang terendam di
dalam. Hal ini terjadi disebabkan oleh erosi, ombak, angin dan proses atmosfer. Kelerengan tercuram dari
guyots adalah sekitar 20 derajat. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya guyot adalah pergerakan
bawah air yang dihasilkan oleh punggung samudera, seperti mid ocean ridge (MOR). Secara bertahap
MOR menyebar dari waktu ke waktu karena terdorong lava cair dibawah permukaan bumi dan hali ini
akan menyebabkan terciptanya suatu dataran baru.
Guyots paling sering ditemukan di kisaran samudera Pasifik. Diperkirakan ada sekitar 2000 guyot di
cekungan pasifik.
10
yang tertanam dalam seabed. Dalam kegiatan pemetaan dasar laut ada 2 kegiatan pengukuran yang
dilakukan, yaitu :
Pengukuran titik-titik fix di atas permukaan air laut saat sounding dengan metoda pengikatan ke
muka menggunakan dua pesawat theodolit atau total station posisi di darat.
Pengukuran kedalaman (sounding) dengan menggunakan peralatanechosounder
Dimana kedua pengukuran tersebut diatas dilakukan secara bersamaan, pada saat titik fix ditentukan saat
itu juga sounding dilakukan.
pemanfaatan peta batimetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa bawah laut.
Side scan sonar menggunakan ikan yang ditarik di belakang kapal untuk memberi gambaran lebih
rinci tentang dasar laut.
11
2. mengukur fitur dasar laut berdasarkan tonjolan gravitasi di permukaan laut
4. satelit mengukur ketinggian permukaan laut, yang meniru dasar batimetri laut.
Menurut David sandwell dari skripsi instruction of oseanografi California Salah satu cara cepat dan
komprehensif untuk memetakan bawah laut justru dari luar angkasa. penggunaan satelit luar angkasa
telah berhasil memetakan Teluk Meksiko, laut Tiongkok Selatan, dan Atlantik Selatan.
Sejauh ini pemetaan daerah perairan menggunakan dua pesawat luar angkasa, nilai European Space
agency dengan CryoSat 2 dan Jackson 1 milik NASA.
Untuk memetakan relief dasar laut, kedua satelit mendeteksi celah, Lembah serta punggung laut.
Bahkan, gunung bawah laut. satelit memprediksi pergerakan pada dasar laut berdampak pada kedalaman
laut semakin dalam.
Akustik merupakan teori yang memaparkan tentang gelombang suara dan perambatannya pada
suatu media. Media air dapat menghantarkan bunyi 10 kali lebih baik dibandingkan dengan media
udara. Akustik kelautan merupakan salah satu bidang dalam ilmu kelautan yang diaplikasikan untuk
mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan gelombang suara sebagai
medianya. Studi kelautan dengan menggunakan akustik sangat membantu peneliti untuk mengetahui objek
yang berada di kolom dan dasar perairan. Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun
kandungan minyak yang berada di bawah dasar perairan.
12
Hidroakustik
b. ·Akustik aktif
Akustik aktif memiliki arti yaitu dapat mengukur j arak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya
dengan menghasilkan pulsa suara dan mengukur waktu tempuh dari pulsa tersebut sejak dipancarkan
sampai diterima kembali oleh alat serta dihitung berapa amplitudo yang kembali. Akustik aktif memakai
prinsip dasar SONAR untuk pengukuran bawah air. Akustik aktif seperti split-beam system dapat
mendeteksi organisme yang berukuran kecil (contoh:krill), dengan tanpa batasan ukuran. Posisi dari ikan
dapat dideteksi secara akurat dengan menggunakan split beam system, dapat juga digunakan untuk
menghitung target strength, kecepatan jelajah serta arah pergerakan dari suatu objek. Dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat, ilmu akustik juga berkembang sejalan dengan kebutuhan
manusia. Arah penelitian dari akustik aktif termasuk penemuan multibeam, multi-frekuensi, dan “high
frequency imaging system”.
Di dalam bidang akustik kelautan, terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami, diantaranya :
1. Target Strength
Urick (1983) mengemukakan bahwa target strength adalah echo yang kembali dari target di bawah
air. Target strength didefinisikan dengan 10 kali logaritma berbasis 10 dari rasio intensitas suara target pada
jarak 1 yard (dikonversi menjadi 1 m) yang kembali dari pusat akustik dalam beberapa arah dengan
intensitas dari sumber. Target strength dirumuskan sebagai berikut: Target Strenght :
13
Urick (1983) juga menyebutkan target strength dengan istilah scattering strength. Scattering
strength didefinisikan sebagai logaritma basis 10 dari rasio antara intensitas suara yang terukur pada 1 yd3
di dalam laut atau yd2 dari permukaan dengan intensitas suara pusat. Scattering strength dirumuskan
sebagai berikut:
Urick menyampaikan bahwa nilai target strength setiap target yang berada di bawah permukaan air
berbeda beda. Hal ini disebabkan oleh pengembalian echo yang berbeda beda dari setiap target.
Nilai Target strength berhubungan erat dengan ukuran ikan, bentuk ikan, orientasi ikan terhadap
tranduser, gelembung renang, spesies ikan, kecepatan renang ikan, acoustic impedance dan beam pattern
(MacLennan and Simmonds, 1992).
3. Scattering volume
Pengertian dari Scattering volume mirip dengan Target strength dimana Target strength untuk ikan
tunggal sedangkan Scattering volume untuk kelompok ikan. Volume backscattering coefficient (sv) adalah
ukuran yang menghitung biomassa di kolom perairan saat target individu tidak dapat diketahui. Formulanya
adalah sebagai berikut:
sv=Ssbs/V0
14
Sbs merupakan jumlah dari semua target yang dihasilkan oleh echo dari V0( volume
sampel). Volume backscattering strength (sv) dirumuskan menjadi Sv=10 log(sv) dengan satuan dB re 1 m-
1
.
4. Threshold
Threshold adalah nilai ambang batas pemilihan tingkat sinyal dibawah sinyal yang tidak dapat
diproses.sinyal threshold digunakan untuk menghilangkan sinyal noise dan sinyal yang tidak dikehendaki.
Jadi semua echo dari ikan yang berada di bawah nilai threshold akan diabaikan. Hal ini berarti jika distribusi
target strength berada di bawah nilai threshold maka intensitas echo rata-rata akan menjadi bias (Mac
Lennan dan Simmond, 1992).
5. Echo integration
Echo integration merupakan suatu metode untuk menentukan densitas gerombolan ikan pada
kolom perairan. Metode ini digunakan jika echocounting memberikan estimasi yang terlalu tinggi terhadap
densitas ikan. Metode ini dicetuskan pertama kali oleh Dragesund and Olsen pada tahun 1965. Metode ini
memberikan kemudahan dalam mengestimasi jumlah ikan. Echo integration menjadi teknik yang secara
umum digunakan untuk menduga kelimpahan ikan. Teknik ini memberikan hasil yang cepat dan informasi
terkini mengenai distribusi ikan pelagis di suatu area survei. Teknik ini diaplikasikan secara luas karena
tidak perlu menentukan echo ikan tunggal.
Gelombang suara memiliki kecepatan rambat yang terbatas dan memerlukan waktu untuk
berpindah. Kecepatan gelombang suara lebih kecil daripada gelombang cahaya.Persamaan gelombang
suara V=s/t dengan , s = jarak tempuh (m) , t = waktu (s) , dan v = cepat rambat bunyi (m/s). Satu periode
gelombang menempuh jarak sejauh satu panjang gelombang. Maka jika t = T , maka s = lambda . Maka
bentuk lain ungkapan cepat rambat gelombang adalah v=Tλ oleh karena f = 1/T , maka v=λf dengan lambda
= panjang gelombang bunyi (m).
T = periode gelombang bunyi (s)
F = ferkuensi gelombang bunyi (Hz)
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Pada suhu udara 15 derajat celsius
bunyi dapat merambat di udara bebas pada kecepatan 340 m/s. Bunyi merambat lebih lambat jika suhu dan
15
tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi
1.000 km/jam. Di air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara. Dengan s panjang
Gelombang bunyi dan t waktu. Kecepatan suara akan lebih cepat melaju di air dan di benda padat.
Kecepatan suara di air adalah 4.3 kali lipat kecepatan di udara, yaitu 1.484 m/detik. Kecepatan suara di besi
adalah 15 kali lipat kecepatan di udara, yaitu 5.120 m/detik.
Ruang Lingkup
Penggunaan aplikasi akustik laut sudah banyak digunakan pada berbagai bidang, berikut akan
dijelaskan mengenai contoh pengaplikasian akustik laut pada beberapa bidang.
a. Pada bidang militer
Pada kegiatan militer seperti pada negara Amerika yang telah mengembangkan akustik dan
menghasilkan suatu Akustik Perangkat Long Range (LRAD), perangkat jarak jauh yang berasal dan
peringatan beam yang diarahkan akustik. LRAD dikembangkan untuk berkomunikasi pada rentang
operasional dengan kewenangan dan unggul dalam tinggi kebisingan pada lingkungan ambient. LRAD
dirancang untuk komunikasi di 300 meter diatas tanah dan 500 + meter di atas air, LRAD juga dapat
mengeluarkan nada peringatan.
c. Perkapalan
16
Dalam bidang perkapalan, akustik laut digunakan untuk perancangan alat tangkap berbasis akustik
agar hasil tangkapan maksimal dan tidak tepat sasaran, karena dengan akustik dapat dideteksi kumpulan
suatu ikan.
d. Pemetaan
Aplikasi aksustik laut digunakan untuk memperoleh data dari pengukuran kedalaman dengan alat
akustik nantinya dapat dijadikan suatu peta dasar laut.
e. Oseanografi kelautan
Dalam bidang oseanografi laut digunakan untuk menyajikan duatu kajian ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang sifat-sifat laut, baik dalam kimia, fisik, maupun bio-geo dan hal – hal yang bersifat
kelautan lainnya menggunakan suatu alat akustik.
f. Industri
Biasanya dalam bidang industri diaplikasaikan untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan metode
pendeteksian dasar laut dan menganalisis dampak yang akan terjadi jika industri tersebut dibangun didaerah
tersebut.
17
3.Penelitian tingkah laku ikan
4.Mempelajari penampilan
5.Selektifitas alat-alat penangkapan ikan
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk mengetahui spesies ikan, mengetahui ukuran
individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan). Aplikasi dalam budidaya
perairan dapat digunakan dalam penentuan/pendugaan jumlah biomassa dari ikan dalam jaring atau
kurungan pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam jaring dan untuk
memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).
Gambar. Echosounder
2. Fish Finder
18
Fish Finder bekerja berdasarkan pemantulkan gelombang suara yang dipancarkan dari permukaan
perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan tersebut membentur suatu
benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur,
maka dapat diketahui letak benda tersebut dibawah permukaan laut.
Gambar. ADCP
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya
bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi
dan pengupasan olah arus laut. Bentuk-bentuk muka bumi di lautan, yaitu Continental Shelf, Continental
Slope, Continental Rise, Margin, dan Abyssal Plain. Gerakan air laut terdiri atas ombak (gelombang),
arus, dan gerakan pasang surut. Gerakan air laut memengaruhi perubahan bentuk permukaan pantai
karena gerakan tersebut dapat mengakibatkan pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan material.
Terjadinya gelombang dan arus disebabkan oleh angin dan pasang surut serta gaya tank bulan dan
matahari.
20
DAFTAR PUSTAKA
Cruise Report SO200-2. , 2009. Subduction Zone Segmentation and Controls on Earthquake Rupture: The
2004 and 2005 Sumatera Earthquakes. National Oceanography Centre, Southampton University,
UK.
Hamilton, W. , 1979. Tectonics of the Indonesian Region. US Government Printing Office, Washington
DC.
Kuenen, Ph, h. 1950. Marine Geology. John Willey & sons. Inc. New York Chapman & hall, Limited,
London.
Lubis S, Hutagaol P. J. , and Salahuddin M, 2007. Tectonic Setting in the Vicinity of Subduction Zone off
West Sumatera and South Java. Proceeding APRU/AEARU Research Symposium 2007, Jakarta.
Stewart, R.H. 2006. Introduction to Physical Oceanography. Department of Oceanography Texas A&M
University.
http://resivanis.blogspot.com/2013/02/macam-macam-morfologi-dasar-laut.html
http://ilmukelautan.com/publikasi/oseanografi/fisika-oseanografi?start=8
Arie Suci Hamdani : http://ariesuci.blogspot.com/
Suhaidi: http://suhaidi-laut.blogspot.com/p/ilmu-akustik-kelautan.html
21
22