Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbincangan mengenai pendidikan dengan berbagai komponennya seperti

pendidik dan peserta didik merupakan pembicaraan yang tiada pernah ada

habisnya, terlebih jika dikaitkan dengan mutu pendidikan. Selain disebabkan

karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendesak yang tidak bisa

tidak harus dipenuhi oleh setiap individu, juga karena ia merupakan sarana

pembentukan jati diri dan karakter.1 Kebutuhan akan pendidikan yang bermutu

kian menguat seiring dengan tuntutan zaman globalisasi dengan segala

persoalannya yang kompleks.

Kompleksitas problematika ini membuat semua orang harus mampu

bersaing sehingga perlu adanya skill untuk menjawab tantangan tersebut. Inilah

diantara sebab belakangan digalakkan pendidikan dalam berbagai tingkatan yang

berbasis pada keahlian atau kejuruan (vocation education). Seiring tingkat

kebutuhan akan kualitas dan mutu pembelajaran (learning out comes)

pembelajaran yang mampu berdaya saing, pemerintahan Indonesia pun sampai

terdorong untuk mengeluarkan kebijakan berupa peraturan (regulasi) tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang tertuang dalam Perpres

1
Tim Direktorat Pendidikan Madrasah, Wawasan Pendidikan Karaketr dalam Islam,
Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama, 2010, hlm. 9
2

No. 8 Tahun 2012.2 Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI ini secara

komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran yang utuh, yang

dapat dihasilkan oleh suatu pendidikan baik formal maupun non formal serta

pengalaman kerja mandiri untuk melakukan kerja secara berkualitas.

Dilain sisi, begitu kuatnya kebutuhan pada pemenuhan kualifikasi hasil

pembelajaran (learning out comes) yang berdaya saing ini, kurang ditunjang oleh

kemapanan moral dan nilai (value). Padahal inti dari pendidikan adalah proses

belajar, dimana menurut Benjamin S Bloom taksonomi tujuan belajar dapat

dirinci dalam tiga domain yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.3 Dengan

demikian tujuan belajar bukan hanya mengisi memori dan akal dengan

pengetahuan (knowledge), tetapi juga harus berbobot nilai.

Pendidikan berbasis pada bobot nilai (value) sebagai sebuah tujuan

pembelajaran menjadi begitu sangat penting mengingat tingkat kesadaran akan

moralitas kian tergerus seiring meningkatnya persaingan hidup, tidak hanya di

Indonesia melainkan telah menjadi isu global.

Padahal telah menjadi pendapat umum bahwa eksistensi pendidikan

merupakan piranti bagi transmisi nilai budaya dan pembangunan suatu bangsa,

bukan hanya sekedar transformasi ilmu.4 Hal ini dapat kita lihat dalam lintasan

2
Amril M. Keberadaan PTKIN di Era Globalisasi (Sebuah Telaah UU No. 12 tahun
2012 dan Kurikulum KKNI dalam Bingkai Paradigma Intergrasi Agama dan Ilmu, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, hlm. 10
3
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam; Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Intergratif-Interkonektif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), cet. ke II, hlm, 76
4
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
hlm. 109
3

sejarah, tinggi atau tidaknya peradaban suatu bangsa, sangat ditentukan oleh

tingkat pendidikan rakyatnya. Kesalahan dalam menata pendidikan akan

berdampak pada kontiunitas dan eksistensi suatu komunitas sosial. Oleh karena

itu menata sistem pendidikan yang aplicable merupakan syarat utama bagi sebuah

makna pembangunan.5

Tingkat keberhasilan sebuah proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh

keberadaan para pendidik, sebab merekalah yang banyak berperan dalam proses

pembelajaran. Menariknya lagi dalam ajaran Islam adalah penghargaan Islam

yang sangat tinggi terhadap guru atau pendidik. Begitu tingginya penghargaan itu

sehingga menempatkan kedudukan pendidik setingkat dibawah Nabi dan

Rasul, dalam beberapa riwayat hadits mereka mendapat julukan warâtsatu al-

anbiyâ (pewaris para nabi), dan diibaratkan keunggulan mereka dibandingkan

dengan yang lain, seperti bulan purnama di tengah-tengah bintang.

‫ب َو ِإ َّن‬ ِ ‫سائِ ِر ا ْلك ََوا ِك‬


َ ‫علَى‬ َ ‫ض ِل ا ْلقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ا ْلبَد ِْر‬
ْ َ‫علَى ا ْل َعا ِب ِد َكف‬َ ‫ض َل ا ْلعَا ِل ِم‬ ْ َ‫َوإِ َّن ف‬
ِ ‫ا ْلعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِب َي‬
ً ‫اء َو ِإ َّن ْاْل َ ْن ِب َيا َء لَ ْم يُ َو ِرثُوا دِي َن‬
‫ارا َو ََل د ِْر َه ًما َو َّرثُوا ا ْل ِع ْل َم‬
“Dan sungguh keutamaan seorang yang ‘alim atas seorang hamba seperti bulan
purnama diantara bintang-gemintang, dan sungguh ‘ulama adalah pewaris para nabi,
dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan mereka mewariskan
ilmu”. 6

Sebenarnya tingginya kedudukan pendidik dalam Islam merupakan

realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu

5
Samsul Nizar, Hakekat Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam, (Pekanbaru:
SUSKA Press, 2009), hlm. iii
6
Sulaiman bin al Asy'ats Al Sijistani, Sunan Abi Daud, nomor hadits 3157. Lihat juga
Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa Al Tirmdzi, Sunan Al Tirmidzi, nomor hadits 2606.
Lihat juga Muhammad bin Yazid bin Mâjah Al Qazwînî, Sunan Ibni Majah, nomor hadits 219 (Al
Maktabah Al Syamilah versi 2)
4

didapat dari belajar dan mengajar. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan

pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar, tidak

terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru atau pendidik.

Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang pendidik dan

kedudukannya, tidak terlepas dari nilai-nilai samawi.

Mengingat begitu tinggi dan mulianya kedudukan seorang pendidik,

ditambah lagi di pundak pada pendidiklah tertumpu misi besar agama Islam

sebagai rahmatan lil ‘alamîn, maka para pendidik dituntut untuk mampu

mengejawantahkan nilai tinggi tersebut. Terutama dalam mewujudkan tujuan

dasar dari pendidikan Islam yang menurut Zakiyah Drajat adalah untuk

mengembangkan fitrah manusia, sesuai dengan ajarannya.7 Sementara Naquib Al

Attas menekankan kepribadian muslim.8 Lalu Yusuf Al Qardhawi memaknai

pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani

dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.9

Untuk tecapainya tujuan mulia dari pendidikan seperti yang dicita-citakan

maka diperlukan seperangkat kemampuan dan kecakapan pada diri seorang

pendidik yang selanjutnya disebut dengan kompetensi. Kompetensi didefinisikan

sebagai kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

ditampilkan melalui unjuk kerja yang diharapkan dapat dicapai seseorang setelah

menyelesaikan suatu program pendidikan.10

7
Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 25
8
Naquib Al Attas, Aims and Objective os Islamic Education, (Jeddah: King Abdul Aziz
University, 1979), hlm. ix
9
Yusuf Al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al Banna, terj, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1998), hlm. 39
10
Jamil Suprihatiningrum, Guru professional, (Yogyakarta: Arus Media, 2013), hlm. 56.
5

Pendidik harus memiliki beberapa kompetensi-kompetensi dalam

menjalankan tugasnya. Dalam hal ini yang dimaksud kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,dihayati,

dan dikuasai oleh pendidikan dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan

tugasnya.11

Tugas dan peran pendidik yang begitu besar menjadikan seorang pendidik

harus memiliki kompetensi-kompetensi. Dan diantara kompetensi mendasar yang

perlu dimiliki ialah kompetensi pedagogik. Sebagaimana dalam UU No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “Guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dan

juga disebutkan Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi professional.12

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola terhadap peserta

didik yang meliputi perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.13

11
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.54.
12
Undang-Undang Guru dan Dosen, hlm . 7.
13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm.33.
6

Achmad Habibullah menerangkan bahwa kompetensi pedagogik ini dibagi

menjadi sepuluh kompetensi inti atau sub kompetensi, yaitu:14 pertama,

menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

kultural, emosional dan intelektual. Kedua, menguasai teori belajar dan prinsip-

prinsip pembelajaran yang mendidik. Ketiga, megembangkan kurikulum yang

terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Keempat, meyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik. Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Keenam, memfasilitasi

pengembangan peserta didik untuk megaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki. Ketujuh, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan

peserta didik. Kedelapan, meyeleggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar. Kesembilan, memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan

pembelajaran. Kesepuluh, melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Dengan demikian kompetensi pedagogik menempati posisi yang strategis

dalam menentukan kualitas out put yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Untuk itu kajian mengenai kompetensi pedagogik menjadi penting untuk terus

dilakukan dan dikembangkan demi menghasilkan pendidikan yang bermutu.

Sepanjang sejarah pendidikan Islam telah banyak kajian-kajian yang

dilakukan oleh para ulama yang ditandai dengan karya-karya mereka dalam

bidang pendidikan, salah satunya adalah seorang tokoh yang masyhur di Indonesia

14
Achmad Habibullah, Kompetensi Pedagogik Guru, Jurnal Edukasi, vol. 10 No.3,
September-Desember 2012 hlm. 364
7

yaitu KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947). Ia adalah tokoh karismatik

yang terkenal degan keilmuan yang luas dalam bidang keagamaan. Selain itu ia

juga dikenal sebagai tokoh yang konsen pada dunia pendidikan terutama

pesantren. Kiprah dan jasa yang besar bagi negeri ini terutama dimasa-masa

sebelum dan awal kemerdekaan menjadikannya mendapatkan anugerah gelar

pahlawan nasional.15 Diantara kiprah pentingnya ialah ia memfatwakan peang

suci (jihad) melawan kolonialisme Belanda yang meyebabkan penjajah

kelimpungan karena kemudian muncul banyak perlawanan di berbagai daerah.16

Sebagai seorang ulama, KH. Hasyim Asy’ari adalah termasuk salah satu

ulama yang produktif menghasilkan karya-karya tulis dalam berbagai disiplin

ilmu keagamaan. Karya momumetalnya dalam bidang pendidikan ialah kitab

Adab Al ‘Alim wa Al Muta’allim yang ditulis dalam bahasa Arab. Sebagai risalah

kependidikan karya KH. Hasyim Asy’ari ini perlu dipertimbangkan karena

meskipun dalam kitabnya tersebut KH. Hasyim Asy’ari lebih cenderung berkutat

pada adab dan etika serta relasi antara pendidik dan peserta didik, namun lebih

luas lagi, juga mencakup berbagai hal terkait dengan pendidik dan kompetensi

yang perlu dimiliki oleh praktisi pendidikan termasuk pedagogik.

Kajian terhadap pemikiran KH. Hasyim Asy’ari yang tertuang dalam

karyanya tersebut menjadi menarik sebab kecenderungan pemikirannya yang

15
Agus Sunyoto, KH. Hasyim Asy’ari Ulama Pemikir dan Pejuang, dalam Tim Museum
Kebangkitan Nasional, KH. Hasyim Asy’ari; Pengabdian Seorang Kiyai Untuk Negeri, Museum
Kebangkitan Nasional Direktorat Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia hlm. 37
16
Ahmad Zubaidi, Kontribusi Hadhratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Menegakkan
NKRI, dalam, Ibid, hlm. 112
8

kental dengan nuansa sufistik dan tradisionalis.17 Sedangkan pedagogik sulit

menghindar dari fenomena perubahan global seperti perubahan teknologi, pribadi

dan organisasi. Namun demikian Indonesia memerlukan pedagogik yang

menempatkan manusia sebagai ‘manusia’. 18


Untuk itu pemikiran KH. Hasyim

Asy’ari terutama tentang kompetensi pedagogik perlu diuji relevasinya dengan

keadaan dan perkembangan dewasa ini.

Berangkat dari uraian di atas memandang penting dan tertarik untuk

mengkaji secara komperhensif pemikiran KH. Hasyim Asy’ari mengenai

kompetensi pedagogik dalam sebuah penelitian dengan judul: Kompetensi

Pedagogik Pesrpektif KH. Hasyim Asy’ari Dan Relevansinya Dengan

Pendidikan Modern.

B. Penegasan Istilah

Agar penelitian ini mendapatkan hasil dan kesimpulan yang sesuai dengan

keinginan penulis, serta agar tidak memberikan penafsiran yang berbeda

mengenai judul penelitian ini, maka perlu kiranya ada penegasan istilah-istilah

yang digunakan dalam judul penelitian ini, sebagai berikut:

1. Kompetensi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi diartikan sebagai kekuasaan

atau kewenangan untuk meutuskan dan menentukan sesuatu. Sedangkan kata

17
Hartono Margono, KH. Hasyim Asy’ari dan Nahdhatul Ulama; Perkembangan Awal dan
Kontemporer, Jurnal Media Akademika, vol. 26, No. 3 Juli 2011, hlm. 338
18
Walan Yudhiani, Kajian Studi Kultural dan Pedagogik dalam Pendidikan Indonesia, Jurnal
Tarbiyah, vol. 21 No. 2, Juli-Desember 2014, hlm. 434
9

kompeten diartikan dengan cakap mengetahui.19 Kompetensi (Competency) dapat

diartikan dengan kemampuan, kecakapan, dan wewenang.20 Sementara itu,

kompetensi menurut Kepmendiknas 045/U/2002 adalah: seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang

pekerjaan tertentu.

2. Pedagogik

Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan bagaimana

mendidik itu sebaik-baiknya.21 Sedangkan menurut pengertian Yunani adalah

pedagogik, yaitu ilmu menuntun anak yang membicarakan masalah atau

persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara

lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan,

anak didik, pendidik dan sebagainya. Oleh sebab itu pedagogik dipandang

sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia

mengalami perubahan.

3. Relevansi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata relevansi diartikan sebagai

hubungan atau kaitan.22

5. Modern

19
Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: DEPDIKNAS, 2008), hlm. 743
20
Fachruddin Saudagar, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Gaung Persada, Jakarta
2011), Cet.III, hlm, 29
21
Edi Suardi, Pedagogik, (Bandung: Angkasa OFFSET, 1979), hlm.113
22
Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 1190
10

Modern dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan terbaru,

mutakhir, sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman.23

Dengan demikian yang dimaksud Kompetensi Pedagogik Pesrpektif

KH. Hasyim Asy’ari Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Modern dalam

penelitian ini adalah kemampuan mendidik yang baik menurut pandangan KH.

Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Al ‘Alim wa Al Muta’allim dan kaitannya

dengan pendidikan saat ini atau kesesuaiannya dengan tuntutan zaman.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan tema pembahasan

kompetensi pedagogik perspektif KH. Hasyim Asy’ari dan relevansinya

dengan pendidikan modern, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan konsep pendidik secara umum.

b. Berkaitan dengan konsep pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari.

c. Seputar teori kompetensi seorang pendidik.

d. Seputar teori kompetensi pedagogik.

e. Seputar konsep kompetensi pendidik menurut KH. Hasyim Asy’ari.

23
Ibid, hlm. 965
11

f. Seputar kompetensi pedagogik untuk pendidikan modern.

2. Batasan Masalah

Dari masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut perlu adanya

pembatasan masalah agar kajian dalam penelitian ini dapat terarah dengan

batasan masalah yang tegas. Adapun kajian penelitian ini dibatasi pada

masalah-masalah berikut:

a. Konsep kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari.

b. Relevansi kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari dengan

pendidikan modern.

3. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini menjadi jelas dan sesuai dengan latar belakang yang

telah dipaparkan di awal, serta agar mendapatkan pembahasan yang konsisten

mengenai objek penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari?

b. Bagaimana relevansi kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari

degan pendidikan modern?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
12

Berdasarkan rumusan masslah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Mengetahui konsepsi kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari

b. Mengetahui relevansi kompetensi pedagogik menurut KH. Hasyim Asy’ari

degan pendidikan modern.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan muncul dari kajian dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pemetaan dan pemahaman kepada berbagai kalangan

terutama pada praktisi pendidikan mengenai konsep kompetensi pedagogik

menurut KH. Hasyin Asy’ari dan relevansinya dengan pendidikan modern.

b. Memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam studi pendidikan Islam,

juga memberikan sumbangan pemikiran terutama yang berkenaan dengan

problematika kependidikan dan kompetensi pedagogik.

E. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini dapat dilakukan secara teratur dan runtut, maka

diperlukan adanya rasionalisasi dan sistematika pembahasan. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini penulis membagi kedalam beberapa bab yang saling

berkaitan. Selanjutnya bab-bab tersebut akan dibagi lagi ke dalam beberapa sub ba
13

yang lebih kecil. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, penegasan

istilah, permasalahan yang terdiri dari identifikasi masalah, batasan masalah dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II yaitu landasan teoritis, berisi tinjauan umum kompetensi pedagogik

yang meliputi: pengertian kompetensi, kompetensi pedagogik guru. Tinjauan

umum pendidik yang meliputi: pengertian pendidik dan term-term pendidik dalam

Islam serta penelitian yang relevan.

Bab III yaitu metode penelitian yang berisi jenis penelitian, sumber data

primer dan sekunder serta teknik analisa data.

Bab IV yaitu pembahasan yang meliputi biografi KH. Hasyim Asy’ari,

mengenal kitab Adab Al ‘Alim wa Al Muta’allim, kompetensi pedagogik menurut

KH. Hasyim Asy’ari dan analisis relevansinya degan pendidikan modern.

Bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan kajian kompetensi pedagogik

perspektif KH. Hasyim Asy’ari, saran dan rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai