Anda di halaman 1dari 15

UTILITAS

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DAN SISTEM PENANGANAN


KEBAKARAN PADA BANGUNAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Utilitas Semester 4 Tahun Ajaran 2017/2018.

Disusun oleh :
Nama : Dinar Aulia Rahma
NIM : 16/394843/TK/44135

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
PENGERTIAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI PADA BANGUNAN
Peralatan komunikasi gedung adalah bagian dari utilitas bangunan gedung yang
merupakan suatu sistem perlengkapan bangunan yang keberadaanya diperlukan untuk
memperlancar dan meningkatkan kegiatan, keamanan serta fungsi bangunan.
Sistem komunikasi bangunan diciptakan untuk mengembangkan dan memberikan
fasilitas serta kinerja yang maksimal dan efisien, sehingga fungsi dari bangunan tersebut
dapat tercapai.

INSTALASI DALAM BANGUNAN


1. Jaringan Kabel Telepon
Pada umumnya jaringan instalasi dalam bangunan dibuat dalam bentuk diagram satu
garis (single line diagram), baik untuk jaringan kabel listrik, telepon, tata suara, maupun
sistem instalasi lainnya yang terkait dengan fungsi dari suatu bangunan.
Untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi didalam bangunan, diperlukan
saluran telepon dan Telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar lokal (dalam kota),
hubungan keluar interlokal (DDD-Domestic Direct Dialling) atau hubungan
international (IDD –International Direct Dialling).
Sistem dalam bangunan dimulai dari saluran Telkom ke fasilitas PABX (Private
Automatic Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak hubung induk (MDF – Main
Distribution Frame). Melalui kabel distribusi (DC – Distribution Cable) jaringan telepon
disebarkan ke kotak terminal (JB – Junction Box) yang ada pada tiap – tiap lantai bangunan.
Dari kotak terminal ini jaringan telepon diteruskan ke pesawat telepon.
2. Jaringan Kabel Tata Suara

Jaringan tata suara pada bangunan tinggi biasanya digunakan dengan sistem keamanan,
sistem tanda bahaya, dan sistem pengatur waktu terpusat. Sistem tata suara biasanya
diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga bila terjadi kondisi darurat (kebakaran),
sistem tanda bahaya mendapatkan prioritas sinyal (signal) dari sistem tata suara untuk
membunyikan tanda bahaya (sirine) atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan.
Sistem tata suara untuk daerah lobby, koridor, area parkir dan ruang administrasi selain
digunakan untuk keperluan panduan evakuasi, digunakan pula untuk pemanggilan atau untuk
keperluan program musik.

Jaringan sistem pengaturan jam terpusat (master clock) ini dimaksudkan agar di semua
ruangan menunjukan waktu yang sama, terutama pada bangunan yang digunakan oleh satu
pengguna (single tenani), seperti asrama, corporate office, atau sekolah.

3. Jaringan Kabel Komputer/ Data/ Multimedia

Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer berjumlah banyak yang terpisah-


pisah akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya. Dua buah komputer
misalnya dikatakan terkoneksi bila keduanya dapat saling bertukar informasi. Bentuk koneksi
dapat melalui: kawat tembaga, serat optik, gelombang mikro, satelit komunikasi.

Dalam pengenalan jaringan komputer, pembahasan dilihat dari dua aspek : perangkat keras dan
perangkat lunak. Dalam perangkat keras pengenalan meliputi jenis transmisi, dan bentuk-
bentuk jaringan komputer atau topologi. Sedangkan dalam pembahasan perangkat lunaknya
akan meliputi susunan protokol dan perjalanan data dari satu komputer ke komputer lain dalam
suatu jaringan. Adanya server computer memungkinkan disajikannya pelayanan yang beragam
dalam suatu bangunan, antara lain : untuk keperluan ruang kerja (work station)
dengan penggunaan komputer personal (PC – Personal Computer), untuk layanan jaringan
local (LAN – Local Area Network) dengan beberapa terminal dan printer, untuk telecopier
dan facsimile, untuk dihubungkan dengan pesawat telepon ataupun untuk pengendalian
lingkungan dan keselamatan.

Selanjutnya, dengan bantuan modem, V-sat atau antenna microwave, sistem komputer/
data/ multimedia pada suatu bangunan dihubungkan dengan jaringan eksternal melalui
provideratau satelit.

4. Sistem Otomasi Bangunan

Sistem otomasi bangunan (BAS – Building Automation System) diintegrasikan dalam


suatu bangunan pintar (Intelligent building atau smart building). Integrasi sistem dari bangunan
pintar ini memberikan secara nyata penghuni/ penggunabangunan semua kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan suatu lingkungan kantor yang modern, seperti :

1.Telepon dan integrasinya dengan ruang kerja


2.Komputer personal
3.Proses pembuatan teks dan tulisan
4.Berita/ pesan, baik berupa suara (voice mail), maupun e – mail
5.Facsimile
6.Akses data melalui jaringan komputer (on – line database)
7.Teks video (videotext)
8.Konferensi jarak jauh (teleconference)

Sistem informasi pada bangunan pintarterdiri dari empat komponen utama :


1. Telekomunikasi merupakan pusat pada bangunan yang mempunyai banyak
penghuni/ pengguna, yang didasarkan pada penggunaan jaringan telepon.
Sistem yang umumnya digunakan adalah PBX (Privat Branch Exchange) atau
PABX (Privat Automatic Branch Exchange) atau sistem telekomunikasi, termasuk fasilitas
SMS (Short Messege Service).
2. Jaringan data menghubungkan setiap komputer langsung pada jaringan
komunikasi (telepon) akan menyebabkan meningkatnya jumlah sambungan telepon yang perlu
disediakan.
• LAN (Local Area Network)
Hubungan antar terminal bangunan gedung, sehingga tidak perlu server. LAN
bisa digunakan untuk Intelegent building, gedung yang dikontrol dan dipantau
dengan computer. LAN menyediakan sambungan untuk komunikasi suara dan
data

• MAN (Metropolitan Area Network)


MAN pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan
biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat
mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga
sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau
umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan
dengan jaringan televisi kabel.
• WAN (Wide Area Network)
Wide Area Network (WAN) jangkauannya mencakup daerah geografis yang
luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari
kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program
(aplikasi) pemakai.

PERLETAKAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI PADA BANGUNAN

1. Perletakan Vertikal

2. Perletakan Horizontal

Perletakan kabel telekomunikasi dibedakan atas:


• Kabel induk melalui saluran vertikal
• Kabel pembagi /distribusi melatui saluran horisontal di atas ceiling, yang
didistribusi ke individu telepon
PERANCANGAN SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEBAKARAN
A. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan
panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang.
3. Bahaya kebakaran berat.
B. Klasifikasi Bahaya Api
1. Klasifikasi A : Bahaya api yang diakibatkan oleh bahan-bahan padat yang
mudah terbakar. Bisa dipadamkan dengan semua jenis pemadam. Dapat diatasi
dengan air atau CO2 padat.
2. Klasifikasi B : Kebakaran yang diakibatkan oleh BBM termasuk gas elpiji
(bensin, solar, avtur, bensol). Bisa dipadamkan oleh bahan kimia (CO2 atau
Tetra-chloride).
3. Klasifikasi C : Kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik.
Apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api
sangat cepat. Dapat diatasi dengan CO2 atau Tetra-chloride.
C. Sistem Pencegahan Kebakaran
1. Preventive : upaya mencegah kebakaran melalui persiapan dengan berbagai
perlengkapan antisipasi:

• Perlengkapan pencegahan. Contohnya CCTV.


• Pemilihan bahan bangunan (uncombustible materials) dengan fire severity
sesuai dengan persyaratan ruangnya.
• Isolasi terhadap api dengan cara mengisolir bahan-bahan mudah terbakar
jauh dari api.
2. Represive : upaya penyelamatan pada saat terjadi kebakaran. Usaha ini meliputi
pengadaan alat pemadam kebakaran serta penunjang lainnya, seperti:
• Fire alarm system :
Sifat cara kerjanya hanya memberita-hukan adanya bahaya kebakaran,
baik kepada penghuni bangunan maupun kepada petugas pemadam kebakaran.

Pada sistem manual, dilakukan dengan menekan switch tanda bahaya


kebakaran yang akan mengoperasikan sistem signal dan membunyikan bel atau
horn tanda bahaya.

Pada peralatan otomatis secara otomatis memberikan perintah kepada


sistem signal untuk bekerja membunyikan bel atau horn. Perlengkapan otomatis
dilengkapi dengan detector. Ada 2 macam detector, yaitu:
Thermal Detector, mendeteksi perubahan suhu ruang dan pada
ketinggian suhu tertentuakan memberi isyarat pada signal-box.
Smoke Detector, mendeteksi kepekatan asap dan pada kepekatan
tertentu kemudian memberikan isyarat ke signal-box.

• Sprinkler system :

Fire sprinkler tidak terlepas dari tandon air yang menyediakan pasokan
air ketika terjadi bencana kebakaran.

Prinsip kerja fire sprinkler sangat komplek terdiri dari pipa pada
sprinkler, kepala sprinkler, dan sistem penyediakan air. Fire Sprinkler akan
menyala secara otomatis ketika ada api yang akan menyebabkan kebakaran.
Bila fire sprinkler dipadukan dengan alarm smoke detector atau alarm fire
detector tentunya kebakaran akan lebih diminimalisir kerugiannya.

Beberapa prinsip kerja fire sprinkler saat terjadi kebakaran pada sebuah gedung
:
1. Fire Sprinkler akan bekerja ketika mendapatkan suhu dari panas api sekitar 68C
yang akan terbuka dan air akan keluar pada kepala sprinkler.
2. Clapper pada alarm valve akan terbuka dan menyebabkan seat pada alarm check
valve terbuka, kemudian air akan mengalir ke pipa alarm trim dan mengaktivasi
alarm.
3. Aliran air akan berhenti mengalir ke pressure switch, alarm gong dan juga ke fire
sprinkler.
• Smoke Detector :

Cara kerja smoke detector dipicu oleh asap yang masuk kedalam smoke
detector, partikel asap yang memenuhi ruang smoke chamber saat kebakaran
terjadi. Saat kepadatan asap ( smoke density ) sudah memenuhi ambang batas (
threshold ), rangkaian elektronik yang terdapat didalam smoke detector akan
aktif. Karena berisi rangkaian elektronik smoke detector membutuhkan
tegangan. Smoke detector memiliki area proteksi 150 m2 untuk ketingian plafon
4m.

Smoke Detector memiliki 2 tipe prinsip kerja :

1. Ionization Smoke Detector : bekerja berdasarkan tumbukan partikel asap


dengan unsur radioaktif di dalam ruang detector (smoke chamber).
2. Photoelectric (Optical) Smoke Detector : bekerja berdasaarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang detector karena adanya asap yang masuk
dengan kepadatan tertentu. Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari
kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena
false alarm karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karena itu perangkat ini
lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.

Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari


kobaran api kecil, sehingga cocok untuk hallway (lorong) dan tempat-tempat
yang rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm sehingga dapat diletakkan
di dekat dapur.

• Heat Detector :
Tugasnya adalah mengindera perubahan suhu yang terjadi di dalam
ruangan dan kemudian menunjukkan lokasi kesulitan pada panel kontrol.
Prinsipnya adalah menggunakan thermostat, tube, atau sejenis kabel yang akan
putus bila terkena suhu tertentu.

• Fire Hydrant :

Merupakan sistem untuk perlindungan terhadap kebakaran menggunakan


media air, pipa hydrant secara umum hampir mirip dengan sistem pipa air pada
rumahan untuk mengalirkan air. Pompa khusus fire hydrant yang digunakan
serta komponen yang digunakan untuk merancang fire hydrant sistem. Rata-
rata pompa fire hydrant mampu menghasilkan tekanan 9-10 bar keatas.
Beberapa komponen fire hydrant :

1. Unit tangki penampung atau Reservoir.

Tangki penampungan ini dalam sebuah gedung yang bertingkat


biasanya diletakan di basement atau di bawah tanah. biasanya posisinya
berdampingan dengan alat pompa air. Sementara untuk kapasitas penampungan
airnya ini tidak sama.masing-masing tangki ukurannya berbeda, disesuaikan
dengan kebutuhan dan luas dari gedung tersebut.

2. Jockey pump unit.

Komponen untuk penggerak awal saat stop valve hydrant box terbuka.
Selain itu fungsi dari komponen ini adalah untuk menstabilkan tekanan aliran
air dari pipa jenis wet riser system.
3. Electric pump unit.

Lanjutan jika jockey pump sudah tidak bisa lagi memberikan suplai air yang
cukup. Seperti juga namanya maka electric pump unit menggunakan daya listrik
tertentu untuk mengalirkan air.

4. Diesel pump unit.

Pendorong terakhir dalam sebuah sistem pemadam kebakaran. Diesel Pump


menggunakan starting pressure switch yang menggunakan bahan bakar sendiri tanpa
mengandalkan aliran listrik. motor penggerak dari diesel yang dirakit menjadi kesatuan
diesel pump.

5. Instalasi hydrant unit.

Dalam sebuah sistem pemadam kebakaran gedung-gedung bertingkat tinggi,


hydrant unit memiliki saluran pipa-pipa yang berasal dari tangki air menuju ke berbagai
box hydrant yang tersebar di seluruh titik yang ada di gedung tersebut. Pada umumnya
hydrant instalation ini diletakan pada sebuah ruangan shaft sendiri.

6. Unit penurun tekanan.

Untuk membuat tekanan pada setiap pipa stabil hingga sampai ke box hydrant.
Hal ini penting karena tekanan sebanding dengan ketinggian. Jadi semakin tinggi box
hydrant itu berada maka tekanannya akan semakin besar.

7. Hydrant box unit.

Komponen yang berhubungan dengan operator. Fungsi dari komponen ini


adalah sebagai tempat untuk menyimpan peralatan pemadam api yang harus selalu siap
kapan saja digunakan. Di dalam komponen ini terdapat beberapa alat seperti :

✓ 1 buah connector + stop valve ukuran 1 ½,


✓ 1 buah connector + stop valve ukuran 2 ½,
✓ 1 roll dengan panjang minimal 30 meter,
✓ Sebuah Nozzle,
✓ Sebuah break glass fire alarm,
✓ Satu unit alarm bell,
✓ Sebuah emergency phone socket,
✓ Satu unit lampu indikator
• Fire Dumper & Shutter

Pada saat terjadi kebakaran, Fire dumper dan Shutter akan menutup
berbagai perlobangan yang terdapat pada partisi tahan terhadap api.

• Portable Fire Extinguisher / Chemical Extinguisher

Alat ini digunakan untuk kebakaran-kebakaran yang kecil. Alat ini


berbentuk tabung pemadam api dengan isi bahan kimia tertentu (CO2 dst).
Penempatan Chemical Extinguisher System :
✓ Satu alat untuk luas lantai 5.000 sqft atau sekitar 464,5 meter persegi.
✓ Mudah dicapai.
✓ Dipasang pada tempat-tempat yang strategis.
✓ Dipasang agar dapat dicapai kurang dari 30 meter di setiap tempat.
• Smoke and Heat Venting

D. Cara Kerja Fire Protection


1. Manual : bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus
menuju ke signal box untuk menyalakan tanda bahaya dan mengatasi api dengan cara manual.
2. Semi Automatic: gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan
sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran tanda bahaya kebakaran akan berfungsi
otomatis, sedangkan tindakan pemadaman dikerjakan dengan sistem manual.
3. Automatic: tanda bahaya kebakaran dan pemadamannya bekerja secara otomatis.
Referensi

Anonym. 2004. Prinsip Kerja Fire Sprinkler. https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-


sprinkler/ (diakses pada 15 April 2018)

Anonym. 2004. Prinsip Kerja Fire Alarm Detector. https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-


fire-alarm-smoke-detector/ (diakses pada 15 April 2018)

Anonym. 2004. Cara Kerja Smoke Detector dan Penempatannya.


https://www.bromindo.com/cara-kerja-smoke-detector-dan-penempatanya/ (diakses pada 15
April 2018)
Anonym. 2017. Komponen dalam Fire Hydrant. https://guardall.co.id/komponen-dalam-fire-
hydrant/ (diakses pada 15 April 2018)
Rahardjo, Udi. 2011. Sistem Telekomunikasi Gedung.
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl-udiraharjo-3334-1-sistemt-g.pdf
(diakses pada 15 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai