Anda di halaman 1dari 4

Perdarahan Postpartum

A. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-
600 ml dalam masa 24 jam setelah anak plasenta lahir. Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian: (Amru Sofian)
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15
postpartum.

B. Etiologi
Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan
karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas
tidur. Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah bayi lahir
dan penentuan jumlah perdarahan dilahat dari perdarahan lebih dari
niormal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital.(Abdul
bari)
Factor terjadinya menurut Amru sofian:
1. Atonia Uteri. Dilihat dari factor predisposisinya yaitu, umur, paritas,
partus lama dan partus terlantar, obstetric operatif dan narkosa, uterus
terlalu regang dan besar, mioma uteri, malnutrisi.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan ;lahir. Robekan peritoneum, vagina serviks, forniks dan rahim
4. Penyakit darah. Kelainan pembekuan darah sering dijumpai pada
perdarahan yang banyak, solusio plasenta, kematian janin yang lama
kenadungan, pre-eklamsi dan eklamsi, infeksi, hepatitis dan septic
syok.

C. Manifestasi klinis
Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat
dingin, menggigil, pusing, gelisah, hiperpnea, sistolik <90 mmHg.
Nadi >100x/mnt, kadar Hb <8 g% ini karena kehilangan darah lebih dari
normal dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.(Abdul bari)
Gejala klinis berdasarkan penyebab: (pastakyu.wordpress.com)
1. Atonia uteri gejala yang selalu ada yaitu, uterus tidak berkontraksi dan
lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan
postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang tmbul yaitu syok
(tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
2. Robekan jalan lahir. Gejala yang selalu ada, perdarahan segera, darah
segar mengalir segera setealh lahir, kontraksi uterus aik, plasenta
baik. Gejala yang kadang-kadang timbul, pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta. Gejala yang selau ada yaitu, plasenta belum lahir
setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala
yang kadang-kadang timbul, seperti tali pusat p[utus akibat traksi
berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta). Gejala yang selalu timbul yaitu,
plasenta atau sebagai selaput (mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap dan perdarahan segara. Gejala yang kadang timbul, uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversion uterus. Gejala yang selalu ada yaitu, uterus tidak teraba,
lumen vagina terisi masa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir),
perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-
kadang timbul, yaitu syok neurogenik dan pucat.

D. Penatalaksanaan
1. Resusitasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena
sehingga dapat member waktu untuk menegakkan diagnose dan
menangani penyebab perdarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen
dan akses intravena. Selama persalinan perlu dipasang paling tidak 1
jalur intravena pada wanita dengan resiko perdarahan postpartum, dan
dipertimbangkan jalur kedua pasien dengan resiko sangat tinggi.
Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang
besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan ringer laktat melalui
intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat
persalinan karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan
sebagian besar obat dan tranfusi darah. Resik terjadinya asidosis
hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan perdarahan
postpartum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak
(>10L), dapat dipertimbangkan penggunaan cairan ringer laktat.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D5% tidak memiliki
peran pada penanganan perdarahan postpartum. Perlu diingat bahwa
kehilangan 1 L darah perlu penggantian 4-5 L kristaloid, karena
sebagian besar cairan infuse tidak bertahan diruang intravasluler,
tetapi terjadi pergeseran keruang interstisial. Pergeseran ini
bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema
perifer pada hari-hari setelah perdarahan postpartum. Ginjal normal
dengan mudah mengeksresi kelebihan cairan. Perdarahan post partum
lebih dari 1.500 ml pada wanita hamil yang normal dapat ditangani
cukup dengan infuse kristaloid jika penyebab perdarahan dapat
tertangani. Keilangan darah yang banyak, biasanya membutuhkan
penambahan tranfusi sel darah merah.
Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000-1.500 ml/hari) dapat
menyebabkan efek yang buruk hemostasis. Tidak ada cairan koloid
yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dank arena harga serta
resiko terjadinya efek yang tidak diharapkan pada pemberian koloid,
maka cairan kristaloid tetap direkomendasikan.
1. Tranfusi darah
Tranfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut
dan diperkirakan akan melebihi 2.000 ml atau keadaan klinis pasien
menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi
cepat. PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan
jika terdapat indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah
tranfusi, berkaitan dengan waktu, tipe dan jumlah produk darah
yang tersedia dalam keadaan gawat. Tujuan tranfusi darah adalah
memasukkan 2-4 unit PRC untuk menggantikan pembawa oksigen
yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi. PRC
bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan
infuse . masalah ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 ml NS
pada masing-masing unit. Jangan menggunakan ringer laktat untuk
melakukan tujuan ini karena kalsium yang dikandung dapat
mengakibatkan penyumbatan.
2. Penangan sesuai penyebab
a. Perdarahan kala uri
 Member oksitosin
 Mengeluarkan plasenta menurut cara credee (1-2kali)
 Mengeluarkan plasenta dengan tangan. Pengeluaran
plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir
dilakukan bila: menyangka akan terjadi perdarahan
postpartum, perdarahan banyak (lebih 500cc), retensio
plasenta, melakukan tindakan obstetric dalam narkossa,
riwayat perdarahan postpartum pada persalinan yang
lalu.
 Jika masih ada sisa plasenta yang agak melekat dan
masih terdapat perdarahan segera lakukan uter-vaginal
tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika
dan antibiotic selama 3 hari berturut-turut dan hari ke-4
baru dilakukan kuretase untuk membersihkannya.
b.

Anda mungkin juga menyukai