Anda di halaman 1dari 26

Inventarisasi Limbah yang Dihasilkan di Laboratorium Kimia SMA

Pusri Palembang dan Evaluasi Proses Pengumpulan dan


Penyimpanan Limbah di Laboratorium kimia SMA Pusri Palembang

1. 1 PENGERTIAN LIMBAH LABORATORIUM


Limbah adalah bahan yang dibuang, hendak dibuang, atau tidak lagi
berguna sesuai peruntukannya. Limbah Laboratorium adalah buangan yang
berasal dari laboratorium. Dalam hal ini khususnya adalah laboratorium
kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan
laboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko
berbahaya bagi lingkungan dan mahluk hidup.

1.2 Sifat-sifat Limbah Berbahaya


 Daya sulut: Bahan yang mudah tersulut meliputi pelarut organik
paling umum, gas seperti hidrogen dan hidrokarbon, dan beberapa
garam nitrat tertentu. Bahan dianggap mudah tersulut jika memiliki
satu atau beberapa sifat berikut ini:

– Cairan yang memiliki titik nyala kurang dari 60°C atau beberapa
sifat lain yang berpotensi menyebabkan kebakaran;

– Bahan-bahan selain cairan yang dapat, dalam suhu dan tekanan


standar, menyebabkan kebakaran akibat gesekan, penyerapan
kelembapan, atau perubahan bahan kimia secara spontan dan, jika
tersulut, terbakar dengan sangat cepat dan terus menerus sehingga
menimbulkan bahaya;

– Gas mampat yang mudah terbakar, termasuk gas yang membentuk


campuran yang mudah terbakar; dan

– Pengoksidasi yang memicu terbakarnya bahan-bahan organik.

 Korosivitas: Cairan korosif memiliki pH ≤ 2 atau ≥ 12,5 atau


menyebabkan karat pada tingkat baja tertentu. Asam dan basa
laboratorium yang paling umum bersifat korosif.

 Reaktivitas: Reaktivitas meliputi zat-zat yang tidak stabil, bereaksi


liar dengan air, dapat meledak jika terpapar sebagian sumber nyala,
atau menghasilkan gas beracun. Logam alkali, peroksida dan
senyawa yang telah membentuk peroksida, dan senyawa sianida atau
sulfida diklasifi kasikan sebagai bahan reaktif.
 Toksisitas: Toksisitas meliputi zat-zat yang cenderung keluar
(terekstrak) dari bahan limbah dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti
di tempat pembuangan.

1.3 JENIS-JENIS LIMBAH LABORATORIUM


a. Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan
pada:
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat. Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik.
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA.
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda
Biru Indofenol.
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD).
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3BO3) dengan metoda
Titrimetrik.
f. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA.
3. Limbah gas
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat
(limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur
dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon
monoksida dan timah.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,
CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas
udara.
4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Bahayanya
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) adalah setiap bahan
sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena bersifat toxity, flammable, reactive,
corrosive, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau
membahayakan kesehatan manusia.
Merujuk pada peraturan pemerintah No. 12 tahun 1995 tentang sumber
penghasil limbah B3 didefinisikan sebagai setiap orang atau badan usaha
yang menghasilkan limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di
dalam lokasi atau area kegiatan sebelum limbah B3 diserahkan kepada pihak
yang bertanggung jawab untuk dikumpulkan dan diolah.
Adapun karakteristik limbah B3 adalah sebagai berikut.
Dalam peraturan perundang-undangan yakni keputusan kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan nomor : Kep-05/BAPEDAL/09/1995
mengenai Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
telah diterangkan mengenai simbol LB3 sebagai berikut :

KETER
SIMBOL ARTI
ANGAN

Dipasang
pada
kemasan
limbah
Limbah B3 yang
B3 mudah
Mudah
meledak,
Meledak misalnya
:
Buangan
limbah
dari
pabrik
peledak

Dipasang
pada
kemasan
limbah
B3 cair
yang
mudah
Limbah terbakar
B3 secara
Cairan spontan
Mudah misalnya
Terbakar :
pelumas
bekas,
Buangan
pelarut
benzene,
toluene,
aceton
Dipasang
pada
kemasan
limbah
B3
padatan
yang
Limbah
bersifat
B3
mudah
padatan
terbakar
mudah
secara
terbakar
spontan
Misalnya
:
buangan
magnesiu
m

Dipasang
pada
kemasan
limbah
B3 yang

Limbah akan

B3 mengala

Reaktif mi reaksi
hebat
jika
bercamp
ur
dengan
bahan
yang
lain. Mis
alnya
: perklor
at, metil
keton
peroksid
a

Dipasang
pada
kemasan
limbah
B3 yang
bersifat
meracuni
, melukai
atau
membuat
Limbah cacat
B3 sampai
Beracun membun
uh
mahluk
hidup
baik
jangka
pendek
atau
panjang
misalnya
:sisa
pestisida
dalam
wadahny
a

Dipasang
pada
kemasan
limbah
B3 yang
mengand

Limbah ung atau

B3 terinfeksi

Infeksi kuman
penyakit
Misalnya
: Jarum
Suntik
bekas,
Bekas
Perban

Dipasang
pada
kemasan
limbah
Limbah
B3
B3
Limbah
Korosi
yang
dalam
kondisi
asam
atau basa
(pH <
dari 2
atau pH
> dari
12.5)
dapat
menyeba
bkan
nekrosis
(terbakar
) pada
kulit atau
dapat
mengkar
atkan
(mengkor
osikan)
logam. M
isalnya :
sisa
asam
cuka ,
sisa
asam
cuka

Dampak Limbah B3
No Unsur Efek yang ditimbulkan
Logam
1 Arsen (Ar) Sangat beracun
2 Barium (Ba) Konsumsi dalam waktu lama
menyebabkan
gangguan otot dan jantung,dan
merusak ginjal
3 Besi (Fe) Menurunkan estetika (air keruh
dan bau amis, warna coklat
pada baju )
4 Kadmium Menyebabkan karapuhan
(Cd) tulang dan nyeri dengan
intensitas tinggi, serta beracun
5 Kobal(Co) Konsentrasi tinggi beracun
6 Kromium Gangguan kulit, kerusakan
Heksavalen liver dan karsinogenik
(Cr (VI))
7 Merkuri (Hg) Beracun dan merusak sistem
syaraf
8 Tembaga Beracun bagi biota dan ikan.
(Cu) Konsentrasi tinggi
menyebabkan iritasi
9 Timbal (Pb) Kerusakan otak dan ginjal
10 Nikel (Ni) Karsinogenik

1.4 PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN LIMBAH LABORATORIUM


Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 18 tahun 1999, pengelolaan limbah
B3 meliputi pengumpulan limbah di laboratorium, pengambilan limbah dari
laboratorium, penyimpanan sementara di Gudang penyimpanan sementara
limbah B3 dan pengangkutan ke pengolah akhir yaitu lembaga berwenang
yang ditunjuk Pemerintah.

1.4.1 Pengumpulan Limbah Laboratorium


Limbah laboratorium harus dikumpulkan dalam wadah yang terpisah
sesuai dengan jenis bahan kimianya untuk dibuang. Kaleng wadah sebagai
contoh, diberi label sesuai dengan daftar yang dijelaskan dibawah ini dan
diberi label dengan huruf A-K. dalam menjalannya, harus dipastikan bahwa
bahan kimia yang dikumpulkan dalam satu kategori tidak bereaksi satu sama
lain. Minimal periksa kandungan asam dan basanya.
Adapun klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium antara lain:

Kelas Jenis
A Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik
dalam
Larutan
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa
organic
dalam larutan
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organic
D Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian
kandungan
kemasan pada pH 6 -8
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam
berat dan larutannya
F Senyawa beracun mudah terbakar
G Residu air raksa dan garam anorganik raksa
H Residu garam logam; tiap logam harus
dikumpulkan secara terpisah
I Padatan anorganik
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastic
Untuk pelarut organik bebas halogen - kelas A antara lain :
• Alifatik and alisiklik
• Aromatik
• Alkohol
• Keton
• Ester
• Eter
Pelarut Organik mengandung Halogen – Kelas B :
• CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)
• CHC (chlorinated hydrocarbons)
• HHC (halogenated hydrocarbons)
Cara Pengumpulan Limbah Laboratorium
a. Pembuangan Limbah
(1) Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah
menurut tipe bahan kimia yang berkaitan
(2) Wadah diberi label (A-J)
(3) Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu
kategori tidak bereaksi satu sama lain
(4) Pengecekan untuk kandungan asam dan basa
(5) Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.

b. Wadah Cairan Pelarut Organik


(1) Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan
(2) Tidak mudah pecah/rusak
(3) Anti-bocor dan rapat gas
(4) Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbah internasional
(5) Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasi baik
(6) Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap
berbahaya
(7) Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)

c. Persyaratan Wadah
(1) Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
(2) Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah
B3 yang hendak dikemas.
(3) Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam
(teflon, baja, karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak
bereaksi bereaksi denganlimbah B3 yang disimpannya.

d. Prinsip Pengemasan Limbah B3 :


(1)Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.
(2)Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya
pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama
penyimpanan.
(3)Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor)
dengan kemasan lain.
(4)Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(5)Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan
sebagai bagian pengelolaan limbah

1.4.2. Penyimpanan Limbah Laboratorium


Proses penyimpanan sementara limbah B3 dan pengangkutan ke pengolah
akhir harus mengikuti beberapa persyaratan penyimpanan dan pengangkutan.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan proses
penyimpanan dan pengangkutan mengingat besarnya potensi bahaya dari
beberapa limbah B3. Persyaratan penyimpanan dan pengangkutan dapat
diikuti dengan melihat dari karakteristik dan potensi bahaya dari setiap
limbah B3. Karakterisasi limbah B3 ini yang nantinya digunakan untuk
menentukan perlakuan dalam proses penyimpanan sementara dan
pengemasan pada saat akan dilakukan proses pengangkutan.
Penyimpanan :
(1) Penyimpanan limbah harus jauh dari bahan imcompability untuk
menghindari kebocoran, ledakan nayala, dan produksi racun.
(2) Fasilitas penyimpanan limbah harus dilengkapi dengan sistem pemadam
kebakaran, K3, komunikasi, pitu darurat dan alarm.

1.5 Inventarisasi Limbah yang dihasilkan dan bahayanya di Laboratorium


SMA Pusri Palembang
. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di laboratorium
kimia SMA Pusri Palembang, limbah yang dihasilkan dari laboratorium
kimia ini hanya limbah cair, karena laboratorium kimia SMA Pusri
palembang praktikumnya hanya menggunakan bahan cair tidak
menggunakan bahan yang padat. Sehingga yang dihasilkan Cuma limbah
cair. Akan tetapi terdapat juga jenis limbah padat seperti kertas kertas, tisu,
alat-alat praktikum yang pecah, dan botol bahan kimia yang sudah tidak
dipakai.
Untuk inventarisasi limbah yang dihasilkan ini dan bahayanya di laboratorium
kimia SMA Pusri Palembang ini tidak tersedia. Karena pada laboratorium kimia
ini hanya digunakan sebagai laboratorium pendidikan dan bahan-bahan yang
digunakan tidak terlalu berbahaya atau dengan konsentrasi rendah`

1.6 Evaluasi Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah di Laboratorium SMA


Pusri palembang
- Pengumpulan Limbah

1.Limbah Cair
Pada laboratorium kimia SMA Pusri Palembang ini, limbah cair yang
dihasilkan tidak langsung dibuang ke westafle, akan tetapi dikumpulkan dalam
suatu wadah (ember) yang sudah disediakan oleh guru pembimbing
praktikumnya. Ember itu juga disediakan terpisah sesuai dengan jenis limbah
yang dihasilkan.

Menurut keterangan dari laboran laboratotium SMA Pusri Palembang pengertian


dari jenis-jenis limbah tersebut,
sebagai berikut:
1. Limbah non organic halogen (limbah kelas A) yaitu Pelarut organik bebas
halogen dan senyawa organik dalam larutan, contohnya: Aliphatic and alicyclic
hydrocarbons, Aromatic hydrocarbons, Alcohols, Ketones, Esters, Ethers,Glycol
ethers.

2. Limbah organic halogen (limbah kelas B) yaitu Pelarut organik


mengandung halogen dan senyawa organik dalam larutan, contohnya : CFC
(chlorinated fluorinated hydrocarbons), CHC (chlorinated hydrocarbons), HHC
(halogenated hydrocarbons.

3. Limbah logam berat (limbah kelas E) yaitu Residu bahan anorganik


beracun dan garam logam berat dan larutannya, contohnya : As, Ca, Cr, Cu, Hg,
Pb, Ni, Zn.

2.Limbah Padat.
Limbah padat yang dihasilkan saat praktikum kimia di laboratorium ini
tidak ada, karena di SMA Pusri ini praktikumnya hanya menggunakan bahan yang
cair saja. Akan tetapi ada juga limbah padat, seperti kertas dan tisu dibuang ke
tempat sampah yang telah disediakan. Sementara untuk limbah padat seperti
pecahan alat-alat kimia dibuang ke bak sampah.

Gambar kotak sampah untuk limbah padat seperti kertas,tisu.


- Penyimpanan Limbah
Pada Laboratorium kimia SMA Pusri Palembang ini, limbah yang
dihasilkan disimpan dalam derigen yang sudah dibedakan sesuai dengan
jenis bahan kimia yang digunakan. Limbah yang dihasilkan ini sudah
melewati tahap penyaringan di laboratorium kimia tersebut. Setelah
derigen sudah diisi,derigen tersebut diletakan dibawah kolong westafle.
Ketika limbah yang didalam derigen itu sudah penuh limbah tersebut akan
disaring menggunakan alat filtrasi sederhana lalu setelah disaring derigen
yang berisi limbah itu akan dibawa ke pabrik (PT Pusri) untuk diolah.

Gambar Jerigen untuk Gambar derigen


limbah organik halogen untuk limbah non
organic halogen.

Gambar derigen
limbah logam berat.
Penanganan dan Pengurangan Bahaya Serta Opsi
Pembuangan Limbah di Laboratorium Kimia SMA Pusri
Palembang

1.7. Penanganan dan Pengurangan Bahaya

Volume atau sifat bahaya dari banyak bahan kimia dapat dikurangi melalui
reaksi yang dilakukan di dalam laboratorium. Sebenarnya, menyertakan reaksi
tersebut sebagai langkah akhir eksperimen sudah menjadi praktik yang semakin
umum. Penonaktifan bahan kimia sebagai bagian dari prosedur eksperimen bisa
sangat menguntungkan secara ekonomis karena kelebihan bahan dalam jumlah
yang sedikit tidak perlu ditangani sebagai limbah berbahaya.

1.7.1 Penanganan Bahan Kimia Laboratorium

Penanganan limbah meliputi perubahan karakter atau komposisi limbah


secara fisik, kimiawi, atau biologis. Tujuan penanganan ini adalah menetralkan
limbah, memulihkan energi atau sumber daya penting, atau membuat limbah
menjadi tidak berbahaya atau berkurang bahayanya.
Sebelum melakukan apapun yang dapat dianggap sebagai penanganan,
pegawai laboratorium yang terlatih atau kantor kesehatan dan keselamatan
lingkungan dilembaga yang bertanggung jawab harus bertanya kepada badan
setempat atau nasional untuk mengklarifikasi peraturan yang berlaku. Penanganan
limbah skala kecil di laboratorium tidak diperbolehkan disemua tempat. Kondisi-
kondisi tetentu yang memungkinkan dilakukannya penanganan tanpa izin
biasanya meliputi berikut ini, yaitu: Penetralan dasar, atau pencampuran limbah
asam dan alkali untuk membentuk larutan garam. Pikirkan pertimbangan
keselamatan, terutama penggunaan larutan encer untuk menghindari pembentukan
panas yang cepat.
1.7.2 Pengurangan Limbah Multi-Bahaya

Limbah multi-bahaya adalah limbah yang menimbulkan kombinasi bahaya


kimia, radioaktif, atau biologis. Pengelolaan limbah multi-bahaya sulit dan
kompleks. Misalnya,pembuangan limbah multi-bahaya yang meliputi bahan kimia
berbahaya dan bahan yang terkontaminasi mikroorganisme memerlukan standa
khusus untuk mencegah lepasnya bahan yang menyebabkan infeksi ke
lingkungan.
Metode pengelolaan limbah secara selamat dan aman memerlukan
komitmen dari manajemen senior untuk mengembangkan dan mendukung
program pengurangan limbah. Beberapa peningkatan operasional sederhana bisa
membantu mengurangi limbah campuran. Misalnya, manajer laboratorium dapat :
 membeli bahan kimia dan bahan radioaktif dalam jumlah yang diperlukan
untuk eksperimen yang direncanakan untuk menghindari kelebihan bahan
yang mungkin akhirnya akan menjadi limbah.
 menetapkan prosedur yang akan mencegah bercampurnya limbah
radioaktif dengan bahaya yang tidak terkontaminasi dan sampah,serta
 mempertimbangkan untuk bahan kimia atau sumber radioaktif limbah
campuran dengan bahan yang kurang berbahaya.

1.8 Evaluasi Proses Penanganan dan Pengurangan Bahaya Limbah di


Laboratorium kimia SMA Pusri Palembang
Di laboratorium kimia SMA Pusri Palembang terdapat limbah cair dan
limbah padat. Untuk penanganan limbah cair dilaboratorium ini, dilakukan cara
sebagai berikut:
- Dicek pH limbah menggunakan indikator universial, jika pH asam kuat (pH
1-5) atau basa kuat (pH 9-14), lakukan penetralan dengan mencampurkan
asam dengan basa, basa dengan asam atau pengenceran dengan air hingga pH
netral.
- Limbah halogen pembuangan langsung dimasukan ke dalam jerigen yang
sudah diberi label atau tanda,begitu juga untuk limbah non organik halogen
dan limbah logam berat.
- Apabila ¾ jerigen sudah terisi penuh, itu menandakan bahwa limbah sudah
harus dipindahkan ke pengolahan selanjutnya.
- Limbah itu akan diolah menggunakan metode adsorpsi atau filtrasi. Metode
pengolahan ini terdapat didalam ruang laboratorium kimia sma pusri itu,
setelah limbah itu diolah atau disaring, limbah itu akan dimasukan kembali ke
dalam jerigen dan akan dibawa ke Pabrik (PT Pusri) untuk diolah lebih lanjut
lagi`

Gambar tempat pengolahan limbah metode adsoprsi atau filtrasi


Gambar Banner pengolahan limbah cair dengan metode absoprsi dan filtasi

Gambar proses pengolahan limbah cair dan limbah padat


Limbah padat di laboratorium kimia sma pusri ini, bukan bahan kimia
berbahaya hanya limbah sisa praktikum adalah limbah padat berupa kertas, tisu,
alat kimia yang pecah,dan botol-botol bahan kimia yang sudah tidak dipakai .
Limbah kertas biasanya langsung dibuang ke kotak sampah, alat kimia yang
pecah dibuang ke bak sampah, sedangkan botol-botol bahan kimia hanya
disimpan saja dikarenakan belum ada kebijakan dari pihak Yayasan untuk
menangani dan mengelola limbah tersebut.

Gambar kotak sampah untuk limbah padat seperti kertas, tisu

Gambar bak sampah


Gambar Botol-botol bahan kimia yang tidak dipakai lagi

1.9 Pembuangan limbah di laboratorium kimia SMA Pusri

Palembang

Laboratorium sering kali menggunakan beberapa opsi pembuangan karena


masing-masing opsi memiliki keuntungan sendiri-sendiri untuk limbah tertentu.
Limbah B3 dapat diperoleh tau berasal dari B3 kadaluarsa, B3 tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, bekas kemasan B3 dan
limbah B3 yang berasal dari sumber spesifik. Limbah padat B3 tidak
diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik
dan harus diolah terlebih dahulu (Girsang, 2013).

1. Insinerasi
Gambar 1. Skema Insinerasi

Insinerasi adalah metode pembuangan limbah laboratorium yang


umum.Insinerasi biasanya dilakukan di oven berputar pada suhu tinggi (649-
760°C). Teknologi ini sepenuhnya menghancurkan sebagian besar bahan organik
dan secara signifi kan mengurangi residu bahan yang harus dibuang di tempat
sampah. Namun, opsi ini mahal karena memerlukan volume bahan bakar yang
banyak untuk mencapai suhu yang diperlukan.Selain itu, beberapa bahan, seperti
merkuri dan garam merkuri, mungkin tidak dapat diinsinerasi karena peraturan
dan pembatasan kemampuan penghancurannya.

2. Pembuangan di Pipa Drainase

Pembuangan di sistem drainase (melewati pipa pembuangan) dulunya


umum dilakukan, tetapi praktik ini telah sangat berubah. Banyak fasilitas
laboratorium industri dan akademik telah sepenuhnya meniadakan pembuangan
ke saluran drainase.
Bahan kimia yang mungkin diizinkan untuk dibuang di pipa drainase
meliputi larutan air yang terurai secara alami dan larutan toksisitas rendah dari
zat-zat anorganik. Cairan mudah terbakar yang tercampur air sering kali dilarang
untuk dibuang di sistem drainase.
3. Pelepasan ke Atmosfer

Gambar 2. Aliran Udara pada Lemari Asam

Pelepasan uap ke atmosfer, seperti melalui saluran keluar evaporasi atau


tudung asap yang terbuka, bukan metode pembuangan yang diperbolehkan.
Pasang perangkat perangkap yang tepat di semua alat untuk pengoperasian yang
diperkirakan akan melepaskan uap.
Tudung asap dirancang sebagai perangkat pengaman untuk menjauhkan
uap dari laboratorium jika terjadi keadaan darurat, tidak sebagai sarana rutin untuk
membuang limbah yang menguap. Sebagian laboratorium memiliki unit yang
berisi filter penyerap, tetapi kapasitas serapnya terbatas. Pengaturan arah tudung
asap keperangkat perangkap biasa bisa sepenuhnya meniadakan pelepasan uap ke
atmosfer.

4. Pembuangan Limbah yang Tidak Berbahaya

Jika aman dan diperbolehkan oleh peraturan setempat, pembuangan


sampah yang tidak berbahaya melalui cara pembuangan sampah biasa atau saluran
drainase bisa sangat mengurangi biaya pembuangan.
5. Pembuangan Limbah Di Luar Laboratorium

Tujuan akhir limbah mungkin fasilitas pengolahan, penyimpanan, dan


pembuangan. Di sinilah limbah ditampung, diolah (biasanya melalui aksi kimiawi
atau insinerasi), atau langsung dibuang. Meskipun limbah telah meninggalkan
laboratorium, laboratorium tetap bertanggung jawab atas nasib jangka panjang
limbah tersebut.

1.10 Evaluasi Pembuangan limbah di laboratorium kimia


SMA Pusri Palembang

Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan di laboratorium


kimia SMA Pusri Palembang ini untuk limbah cair yang dihasilkan tidak dibuang
ke westafle, melainkan dikumpulkan dalam suatu wadah berdasarkan jenis
limbahnya. Limbah cair tersebut akan diolah atau disaring menggunakan metode
adsorpsi atau filtasi, setelah diolah dimasukan dalam derigen dan akan dibawa ke
pabrik (PT PUSRI) untuk dikelola lebih lanjut. Oleh karena itu untuk limbah cair
di laboratorium ini tidak langsung dibuang.
Pembuangan limbah padat seperti kertas, tisu dilakukan cara pembuangan
sampah biasa. Jadi limbah tersebut dikumpulkan lalu dibuang ke tempat sampah
atau bak sampah, yang nantinya akan di angkut oleh petugas kebersihan
disekolah.
Limbah botol-botol bahan kimia yang sudah tidak dipakai hanya disimpan
saja, karena belum ada keputusan dari pihak Yayasan mengenai limbah ini, jadi
limbah-limbah tersebut masih disimpan di laboratorium.
Gambar 3. Botol-botol bekas bahan kimia ang tidak dipakai lagi yang
disimpan di laboratorium

KESIMPULAN
1. Limbah adalah bahan yang dibuang, hendak dibuang, atau tidak
lagi berguna sesuai peruntukannya. Limbah Laboratorium adalah
buangan yang berasal dari laboratorium. Jenis-jenis limbah dapat
dibedakan menjadi:

2. Inventarisasi atau pendataan limbah yang dihasilkan dan


bahayanya di laboratorium kimia SMA Pusri Palembang ini tidak
tersedia.

3. Pengumpulan limbah dilaboratorium sma pusri palembang ini


sudah sesuai dengan teori, karena pengumpulannya sudah dibuat
terpisah dalam beberapa ember berdasarkan jenis limbah yang
dihasilkan

4. Penyimpanan limbah dilaboratorium sma pusri palembang ini


sudah sesuai karena penyimpanan nya sudah dibedakan
berdasarkan wadah limbah yang dihasilkan, akan tetapi untuk tata
letak penyimpanan belum sesuai

5. Untuk penanganan limbah cair di laboratorium kimia SMA Pusri


palembang sudah sesuai karena limbah yang dihasilkan akan
dilakukan proses pengolahan dengan metode adsorpsi atau filtrasi
6. Opsi pembuangan di laboratorium kimia laboratorium kimia sma
pusri palembang hanya pembuangan tempat samah biasa untuk
limbah padat sedangkan untuk limbah cair di laboratorium kimia
sma pusri ini tidak dibuang, akan tetapi diolah dan akan di berikan
ke PT Pusri.

Daftar pustaka

Apriyanti, Yosi, dkk. 2014. Pengolahan Limbah Laboratorium. (Online).


https://www.slideshare.net/mobile/yeusongyousii/pengolahan-limbah-
laboratorium. (Diakses pada 15 April 2017).
Moran, Lisa dan Tina Masciangioli. 2010. Keselamatan dan Keamanan
Laboratorium Panduan Pengelolaan Bahan Kimia. Washington DC: The
National Academies Press.
Yunita. 2009. Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung : CV Insan
Mandiri

Anda mungkin juga menyukai