Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
SEPTIC ARTHRITIS
Disusun oleh
Ansar Ahmed Shah I. T.
Sulistyaning Tyas
Pembimbing
dr. William S. Tjeng, Sp. A
1
LEMBAR PERSETUJUAN
TUTORIAL KLINIK
SEPTIC ARTHRITIS
Oleh :
Pembimbing
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tutorial tentang “Septic Arthritis”. Tutorial ini disusun
dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. A. Wisnu W., Sp. A, selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr.William S. Tjeng, Sp. A, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menjalani co-assistancedi Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak, terutama di divisi Infeksi Tropik.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK
Universitas Mulawarman.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini.Akhir kata, semoga
tutorial klinik ini berguna bagi penyusun sendiri dan para pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
1.2. Tujuan Penulisa
Tujuan dibuatnya tutorial ini adalah untuk menambah wawasan bagi dokter muda
mengenai“Septic Arthritis”, serta sebagai salah satu syarat mengikuti ujian stase
Ilmu Kesehatan Anak.
6
BAB 2
RESUME KASUS
Identitas Orangtua
Nama Ayah : Tn. J Nama Ibu : Ny. N
Usia : 40 tahun Usia : 37 tahun
Alamat : Jl.Damanhuri gg Sukun Alamat :Jl.Damanhuri gg Sukun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Keluhan Utama
Lutut kanan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa oleh ibunya datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie
dengan keluhan lutut kanan bengkak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Bengkak semakin lama semakin besar dan pasien tidak menekuk lutut kanannya.
Jika disentuh atau digerakkan pasien menangis kencang. Keluhan ini disertai
dengan adanya kemerahan dan teraba panas pada lutut kanan, serta demam sejak 4
hari yang semakin tinggi sebelum masuk rumah sakit. BAB lancar dan BAK warna
kuning lancar.
7
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat serupa (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat operasi (+) colostomy 1,5 bulan lalu
Regio Kepala/Leher
Makrosefali (-), leukokoria (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sianosis (-),
pembesaran KGB (-), pernapasasan cuping hidung (-), faring hiperemis (-), mulut
berselaput putih (-), bekas perdarahan gusi mulut (-), perdarahan gusi aktif (-)
Regio Thorax
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris
Dekstra = sinistra, retraksi intercosta, suprasternal dan
supraklavikula (-)
Palpasi : Pergerakan nafas simetris dekstra = sinistra
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru, redup jantung (+)
Auskultasi : vesicular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), suara jantung S1 S2
tunggal,regular, murmur (-), gallop (-).
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Stoma (+), Kolostomy Bag (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Distribusi timpani di keempat kuadran
Palpasi : Soefl, nyeri tekan empat kuadran (-), hepatomegali (-), splenomegali
(-), pembesaran KGB inguinal (-), turgor kulit < 2 detik
Regio Ekstremitas
9
Inspeksi : Edema (+) genue dextra, deformitas (-), ruam/petekie (-)
Palpasi : Akral dingin, sianosis perifer (-), edema (-), CRT <2 detik
Status lokalis
Genue dextra
Inspeksi : Edema (+), hiperemis (+), pergerakan sendi (-)
Palpasi : Teraba panas
ROM : Terbatas
10
2.4 Diagnosis
Septic Arthritis Genue dextra
Hisprung Disease post kolostomi
2.5 Tatalaksana
2.6 Follow Up
11
R. Melati 118x/mnt, RR: 38 x/mnt, Suhu:35,9 0C, 300ml/24 jam
pupil isokor (+/+), anemis (-/-), vesikuler - Inj Cefotaxime 3x100
(+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), S1S2 mg
tunggal reguler, murmur (-), - Inj Gentamisin 2x7,5
hepatosplenomegali (-),stoma (+), mg
kolostomi bag (+) - Inj Cortidex 3x0,5 mg
Status lokalis - PCT drip 3x0,3 ml
Genue dextra : edema (+), hiperemis (-) - Asi on demand
teraba hangat, ROM terbatas
Rabu, S:, demam (-), muntah (-), bengkak lutut P:
10/07/19 kanan berkurang - IVFD KAEN 4A
R. Melati O: Kes: CM, GCS E4V5M6, BB: 3,1 kg, N: 300ml/24 jam
120x/mnt, RR: 35 x/mnt, Suhu 36,3: 0C, - Inj Cefotaxime 3x100
pupil isokor (+/+), anemis (-/-), vesikuler mg
(+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), S1S2 - Inj Gentamisin 2x7,5
tunggal reguler, murmur (-), mg
hepatosplenomegali (-), stoma (+) - Inj Cortidex 3x0,5 mg
kolostomi bag (+) - PCT drip 3x0,3 ml
Status lokalis - Asi on demand
Genue dextra : edema (+) berkurang, - Konsul bedah
hiperemis (-) pergerakan sendi genue (+) orthopedi
Hasil Foto Rontgen Genue Dextra - Foto rontgen genue
Soft Tissu Swelling dengan gambaran area dextra AP/Lateral
lucent di regio genu kanan mengesankan
suatu septic arthritis
Kamis, S:, demam (-), muntah (-), bengkak lutut P:
11/06/19 kanan berkurang, pergerakan lutut kanan (+) - IVFD KAEN 4A
R. Melati O: Kes: CM, GCS E4V5M6, BB: 3,1 kg, N: 300ml/24 jam
125x/mnt, RR: 40 x/mnt, Suhu: 360C, - Inj Cefotaxime 3x100
pupil isokor (+/+), anemis (-/-), vesikuler mg
(+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), S1S2 - Inj Gentamisin 2x7,5
tunggal reguler, murmur (-), mg
hepatosplenomegali (-),stoma (+), - Inj Cortidex 3x0,5 mg
12
kolostomi bag (+) - PCT drip 3x0,3 ml
Status lokalis - Asi on demand
Genue dextra : edema (+) berkurang, - Cek lab DL.
hiperemis (-), ROM (+) PT/APTT/HDT
Jum’at, S:, demam (-), muntah (-), bengkak lutut P:
12/07/19 kanan berkurang, pergerakan lutut kanan (+) - IVFD KAEN 4A
R. Melati O: Kes: CM, GCS E4V5M6, BB: 3,1 kg, N: 300ml/24 jam
142x/mnt, RR: 45 x/mnt, Suhu: 36,30C, - Inj Cefotaxime 3x100
pupil isokor (+/+), anemis (-/-), vesikuler mg
(+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), S1S2 - Inj Gentamisin 2x7,5
tunggal reguler, murmur (-), mg
hepatosplenomegali (-),stoma (+), - Inj Cortidex 3x0,5 mg
kolostomi bag (+) - PCT drip 3x0,3 ml
Status lokalis - Asi on demand
Genue dextra : edema (+) berkurang, - Raber Bedah Anak
hiperemis (-), ROM (+) Terapi B. Anak
- Pro repair stoma
Lab tgl 12/07/19 - Transfusi PRC 30 cc
Alb : 3,6 Na : 127 Kalium : 4,8 Chlo : 92 (I,II)
Ab HIV : NR HbBsAg : NR APTT : 26,8 - Inj. Metronidazole 30
PT : 13,3 INR 0,98 mg/8 jam
- Cek Kultur darah
- Perbaikan KU sesuai
anak
- Cek lab elektrolit,
albumin, HbsAg, Ab
HIV, PT/APTT
13
pupil isokor (+/+), anemis (-/-), vesikuler mg
(+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), S1S2 - Inj Gentamisin 2x7,5
tunggal reguler, murmur (-), mg
hepatosplenomegali (-),stoma (+), - Inj Cortidex 3x0,5 mg
kolostomi bag (+) - PCT drip 3x0,3 ml
Status lokalis - Asi on demand
Genue dextra : edema (+) berkurang, - Tunggu hasil kultur
hiperemis (-), ROM (+) darah
- Cek DL, SE, Ca senin
tgl 15/07
Terapi Bedah Anak
- Pro repair stoma
setelah perbaikan KU
- Transfusi PRC Target
Hb >11
- Cek DL post Transfusi
- Inj. Metronidazole 30
mg/8 jam
14
Lab tgl 14/07/19 Terapi B. Anak
L: 25.090 Hb : 13,9 Ht : 40,8 Tr : 817.000 - Inj. Metronidazole 30
mg/8jam
15
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Septik arthritis adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh
infeksi bakteri atau jamur. Artritis bakteri atau biasa disebut supuratif piogenik
atau septik artritis, adalah infeksi pada sendi yang paling sering terjadi dan yang
paling penting karena merupakan kegawatan dibidang rematologi yang berpotensi
untuk menyebabkan kerusakan sendi dan hilangnya fungsi yang ireversibel (25-
50% dari pasien) jika terlambat dalam diagnosis dan pengobatan. Infeksi primer
disebabkan oleh inokulasi langsung akibat trauma termasuk pembedahan. Infeksi
sekunder akibat penyebaran secara hematogen atau perluasan dari osteomyelitis
atau selulitis yang berdekatan dengan celah sendi (Canale, 2008).
Septik artritis adalah salah satu penyakit infeksi pada sistem
muskuloskeletal. Infeksi pada sistem musculoskeletal dapat terjadi pada tulang,
sendi, otot dan jaringan lunak, sehingga menimbulkan manifestasi klinis yang
bervariasi, tergantung pada struktur yang terlibat. Ketika infeksi tersebut terjadi
pada sendi disebut septik artritis. Biasanya septik arthritis mempengaruhi satu
sendi besar seperti lutut atau pinggul. Septik artritis jarang mempengaruhi
beberapa sendi Septik artritis paling sering terjadi pada sendi pinggul, kemudian
sendi lutut dan pergelangan kaki. Angka kejadian ketiga sendi tersebut dapat
mencapai 80% dari seluruh kasus (Ortega, 2014).
Pada anak-anak yang memiliki keluhan nyeri sendi terutama pada daerah
yang non-weight bearing, maka dapat dicurigai sebagai septik artritis. Ortopedi
menggunakan Kriteria Kocher untuk menentukan kemungkinan terkena septik
artritis. Kriteria kocher terdiri dari (Bond, 2011):
Erythrocyte Sedimentation Rate >40 mm/hr
Demam
Jika anak memiliki 4 dari 4 kriteria tersebut, maka 99% menderita septik artritis.
Jika anak memiliki 3 dari 4 kriteria tersebut, maka 93% menderita septik artritis.
16
Jika anak memiliki 2 dari 4 kriteria tersebut, maka 40% menderita septik artritis.
Jika anak memiliki 1 dari 4 kriteria tersebut, maka 3% menderita septik artritis.
3.2 Epidemiologi
5 tahun (5 per 100.000/tahun) dan dewasa usia lebih dari 64 tahun (8,4
kasus/100.000 penduduk/tahun). Kebanyakan artritis septik terjadi pada satu
sendi,sedangkan keterlibatan poliartikular terjadi 10-15% kasus.Sendi lutut
merupakan sendi yang paling sering terkena sekitar 48-56%, diikuti oleh sendi
panggul 16-21%, dan pergelangan kaki 8% (Ortega, 2014).
3.3 Etiologi
Infeksi sendi dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme (bakteri,
jamur, virus), tetapi pada infeksi septic arthritis disebabkan oleh bakteri piogenik.
Biasanya dikenal sebagai supuratif atau arthritis piogenik, Hal yang paling umum
dan mungkin yang paling serius dari penyakit sendi, menyebabkan penurunan
17
yang cepat dari artikulasi (Ortega, 2014).
Arthritis klasik septik atau piogenik diklasifikasikan dalam dua kelompok,
arthritis gonokokal dan arthritis non-gonokokal, kategori ini sejak lama sebagai
gonokokal arthritis yang sekarang sudah langka di lingkungan kita (Ortega, 2014).
Bakteri penyebab Septik Athritis bervariasi tergantung usia dan karakteristik
pasien. Namun penyebab paling umum adalah sebagai berikut :
IDA**
H. influenza S. aureus S. aureus S. aureus
S. aureus S. pneumoniae GNB* P. GNB* aeruginosa
S. pneumoniae S. pyognes S. pneumoniae P. aeruginosa
S. pyognes N. gonorrheae S. pyognes S. agalactiae
Pada pasien yang menggunakan sendi buatan / prosthetic joint dapat juga
terjadi septik arthritis, yang berdasarkan waktunya dibagi menjadi tiga jenis
infeksi yaitu:
18
1. Early, infeksi terjadi pada awal, 3 bulan sejak implantasi, biasanya disebabkan
oleh S aureus.
2. Delayed, terjadi 3-24 bulan sejak implantasi, kuman tersering coagulase-
negative Staphylococcus aureus dan gram negatif. Kedua jenis ini didapat dari
kuman di kamar operasi.
3. Late, terjadi sekunder dari penyebaran hematogen dari berbagai jenis kuman
FAKTOR RESIKO
Septic arthritis adalah infeksi artikulasi karena invasi rongga sendi oleh
berbagai mikroorganisme. Ini adalah keadaan darurat medis dan keterlambatan
dalam diagnosis dan pengobatan menyebabkan kerusakan sendi ireversibel dan cacat
tetap (25-50%) di pasien. (Ortega, 2014).
Hal ini dapat terjadi pada semua kelompok umur, meskipun ada sejumlah
faktor resiko dari kemunculan dan perkembangan infeksi arthritis, antara lain :
Ederly
Cedera terbuka
Infeksi kulit.
Immunocompromised
Paling penting adalah pasien yang terinfeksi bakteri dan mempunyai resiko
tinggi. Secara umum pada sendi besar dengan suplai darah berlimpah terutama
untuk metafisis paling rentan terhadap infeksi bakteri. Secara teori sendi yang
paling umum terkena adalah lutut, pinggul dan bahu.
19
Tabel 1. Persentase sendi yang paling sering mengalami septic arthritis
(Ortega, 2014)
Joint Percentage
Knee 50%
Hip 20%
Shoulder 8%
Ankle 7%
Wrist 7%
Others ( elbow, interphalangeal, sternoclavicular, sacroilliac) 1-4%
Namun, sesuai dengan faktor resiko tertentu dan kelompok populasi tertentu
dengan lokasi yang menonjol.
Joint
Infants and children Appendicular skeleton
Intravenous drug abusers Sternoclavicular, sacroilliac, acromioclavicular
Rheumatoid arthritis Any affected joint
Diabetes melitus Foot articulation
Secara umum septik athritis kebanyakan terjadi pada sendi tunggal (85-
90%), tetapi sampai 22% kasus dapat mempengaruhi lebih dari satu sendi.
Biasanya dalam kasus asli yang sering terjadi pada pasien dengan rheumatoid
arthritis yang terjadi infeksi. Pada pasien immunocompromised atau dengan
berkepanjangan atau bakteremia berat terdapat organisme lain yang mungkin
hadir dengan polyarticular presentation sebagai virus yang menginfeksi (Ortega,
2014).
20
Sendi Lutut
Hampir 50% pasien penderita septik arthritis mengenai sendi lutut / sendi
genu. Sendi lutut merupakan salah satu sendi diarthrosis terbesar yang cukup
rumit. Sendi lutut sebenarnya merupakan salah satu jenis dari sendi engsel (hinge
joint) yang hanya bergerak dalam satu aksis (fleksi dan ekstensi), namun saat
sendi lutut difleksikan, sendi lutut dapat sedikit dirotasikan dan digeser secara
lateral. Sendi lutut tersusun atas 2 macam sendi, sendi tibiofemoral dan sendi
patelofemoral (Mattews, 2008).
Kapsul sendi pada lutut hanya menutupi bagian medial, lateral, dan posterior
dari sendi, sedangkan bagian anteriornya dilapisi oleh tendon otot quadriceps
femoris. Tulang patella tertanam pada tendon otot quadriceps, dan berlanjut menjadi
ligament patella yang menghubungkan antara patella dan tuberositas tibiae
(McKinley,2008).
Terdapat beberapa ligament yang ada di sekitar sendi lutut, seperti ligament
kolateral lateralis (fibularis), yang mencegah terjadinya hiperaduksi dari sendi
lutut. Ligament kolateral medialis (tibialis), mencegah terjadinya hiperabduksi
dari sendi lutut.Ligamen kolateral medialis juga menyatu dengan meniscus
medianus dari sendi lutut.Terdapat 2 mensikus di sendi lutut, mensikus medialis
dan lateralis.Kedua meniscus ini berfungsi sebagai bantalan dan mentabilkan
21
sendi lutut (Mathews, 2010).
Dua ligament lain yang berada di dalam sendi lutut adalah ligament cruciate
anterior (ACL) dan ligament cruciate posterior (PCL). ACL membentang dari
posterior femur ke anterior tibia, untuk mencegah hiperekstensi dari sendi genu
serta mencegah pergesaran tibia ke anterior.PCL membentang dari anteroinferior
femur ke posterior tibia, untuk mencegah gerakan hiperfleksi dari lutut serta
mencegah gerakan tibia kea rah posterior (McKinley, 2008).
3.4 Patofisiologi
Bakteri penyebab septik arthritis bisa berasal dari beberapa sumber, yaitu:
b. Contiguous atau secara perkontinuitatum dari jaringan atau organ sekitar yang
mengalami infeksi seperti osteomyelitis,
Infeksi secara langsung terhadap sendi tersebut baik selama proses
pembedahan, penyuntikan, trauma, gigitan hewan atau manusia, atau tindakan-
tindakan invasif lainnya. (Ortega,2014).
Penyebaran secara hematogen merupakan yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan septik arthritis. Bakteri masuk ke dalam sendi melalui pembuluh-pembuluh
darah kapiler synovial yang tidak mempunyai membrana basalis yang berfungsi
untuk membatasi terjadinya penyebaran infeksi (Mathews, 2010).
Dalam beberapa jam kemudian neutrophil dan sel-sel radang lainnya mulai
menginfiltrasi sinovium, serta terjadi hyperplasia pada membrane synovial. Sel-
22
sel radang dan bakteri masuk ke dalam celah sendi dan kemudian mulai menempel
(adesi) pada kartilago sendi. Kemudian dalam beberapa jam berikutnya sel-sel
inflamaasi mulai melepaskan sitokin-sitokin dan protease, yang selanjutnya akan
menyebabkan hidrolisis dari kolagen dan proteoglikan yang akhirnya menghambat
sitesis dari kartilago serta meningkatkan proses degradasinya (Abdullah, 2014).
Proses perusakan sendi akan berlanjut dengan terbentuknya pannus
(jaringan granulasi sinovial) dan erosi pada kartilago sendi. Efusi sendi yang
sangat massif dapat menyebabkan vaskularisasi ke sendi tersebut menjadi
terganggu, sehingga bisa menyebabkan nekrosis pada tulang (aspetic bone
necrosis). Proses perusakan sendi ini dapat terjadi pada septik arthritis pada tahap-
tahap awal, bila kondisi infeksi tidak segara diatasi. Oleh karena itu kondisi septik
arthritis bisa dianggap sebagai kondisi emergensi (Moyad, 2008).
. (a) gambaran sendi normal, dengan (f) cairan synovial dan (c) kartilago sendi.
(b) gambaran sendi dengan kondisi septik arthritis, tanda-tanda radang, sinovitis,
dengan (P) Pannus yang meerusak katilago sendi dan tulang. Panah putih
menunjukkan tulang subkondral yang mengalami perusakan dan terekspos ke
bagian intraartikular (Abdullah,2014).
3. Hiperemia : osteoportik
23
5. Perusakan tulang oleh pannus : erosi tulang sentral dan marginal
Umumnya septik arthritis ditandai dengan rasa nyeri, bengkak, panas, dan
keterbatasan gerak dari sendi yang terkena.Biasanya gejala dirasakan selama 1- 2
minggu. Pasien kadang merasa demam, namun tidak sampai menggigil.Ada suatu
kesalahpahaman bawa septik arthritis hanya mengenai 1 sendi saja, namun hasil
penelitian menyatakan bahwa 22% kasus melibatkan banyak sendi/poliartikular.
Septik artritis lebih sering mengenai sendi besar dibandingkan dengan sendi kecil,
dan sampai 60% kasus melibatkan sendi panggul dan sendi lutut (Catherine, et.al.,
2008)
b. Arthritis Gonococcal
Pasien dengan artritis gonococcal umumnya ditandai dengan tias klasik, yaitu
dermatitis, tenosinovitis, dan artritis poliartikular atau poliathralgia yang
berpindah-pindah. Gejala pada sendi biasanya parah dan bersifa asimetrik.
25
Pasien biasanya mengalami demam dengan suhu sedang, menggigil, dan
sampai mengalami kelemahan badan.Lesi dermatitis terdapat pada 60%
kasus. Lesi tidak terasa sakit atau gatal, bahakan tidak disadari oleh pasien.
Septik artritis gonococcal bisa terjad tanpa diawali oleh dermatitis atai
tenosinovitis, biasa disebut dengan artritis oleh bacteremia, secara klinis tidak
bisa dibedakan dengan artritis bakterial yang disebabkan oleh bakteri lainnya.
Sendi lutut, pergelangan tangan dan kaki adalah sendi yang terkena, dan
biasanya melibatkan satu sendi. Pada pasien dengan septik artritis gonococal
hasil kuntur menunjukkkan hasil yang lebih tinggi pada spesimen yang
diambil dari mukosa jika dibandingkan dengan cairan sinovial dan darah
(Abdullah, et.al. 2014).
c. Artritis Myobacterial
26
Walaupun gejala sendi hilang dalam waktu 2 minggu, artritis poliartikular
yang menetap dapat diikuti dengan infeksi parvovirus manusia B19 pada 20%
kasus pasien wanita dan pada beberapa individu dapat berlangsung lama
(Abdullah, et.al. 2014).
Manifestasi klinis septik artritis sangat bergantung pada usia dan kondisi dari
tubuh pasien. Tapi secara umum septik artritis ditandai dengan trias gejala
akut yang tipikal dan dengan durasi ejala 1-2 minggu, disertai dengan demam
dengan suhu rendah (tanpa menggigil), nyeri pada sendi, dan penurunan
pergerakan sendi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sendi tampak bengkak,
kemerahan, nyeri tekan, dan teraba panas. Apabila sendi yang terkena adalah
sendi lutut, pemeriksaan fisik tambahan yang dapat dilkukan adalah Pattelar
Tap Test. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah didapatkan
efusi pada sendi lutut (Ortega, et.al. 2014).
Pemeriksaaan fisik umumnya dilakukan untuk membedakan inflamasi yang
terjadi merupakan intraartikular atau periartikular (bursa, kulit). Umumnya
kelaianan yang melibatkan intraartikular ditandai dengan terbatasnya gerak
sendi baikitu secara aktif maupun pasif. Sendi biasanya terhenti pada posisi
maksimal dari sebuah pergerakan sendi. Berlawanan dengan itu, inflamasi
periatrikular terbatasnya gerak sendi hanya oada pergerakan sendi aktif, dan
disertai bengkak yang terlokalisir (Horowitz, et.al. 2011).
27
Gambar 8. Pattelar Tap Test, pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah ada efusi sendi lutut.
2. Pemeriksaan Laboratoium
Hasil tes laboratorium yang bisa mendukung diagnosa dari septik artritis
adalah peningkatan laju endap darah dan C reactive protein, walaupun
keduanya relatif tidak spesifik, dan peningkatan keduanya bisa disebabkan
oleh reaksi inflamasi sendi non infeksi. Selain itu keduanya juga bisa
digunakan sebagai parameter monitor treatmen (Ortega, et.al. 2014).
Hitung sel darah putih darah tepi biasanya meningkat pada pasien remaja,
namun bisa normal pada pasien bayi atau dewasa. Nilai hitung sel
polimorfonuklear dari aspirasi cairan sendi juga bisa dijadikan standar
diagnosa (Ortega, et.al. 2014).
Kunci diagnosa dari septik artritis adalah dengan analisa mikroskopik dan
kultur dari cairan sinovial dari sendi yang terkena. Pemeriksaan ini selain
dapat menegakkan diagnosa septik artritis, juga dapat menyingkirkan
diagnosa lain seperti gouty arthritis yang sama-sama memiliki gejala yang
28
sama (sendi yang bengkak, merah dan panas). Pewarnaan Gram dan kultur
cairan sendi dapat menegakkan diagnosa dari 50% kasus (Catherine, et.al.,
2008).
Angka hitung WBC yang rendah dari cairan sinovial bisa terjadi pada
pasien dengan Desiminated Gonococcal Diseases, leukopenia, dan
penggantian sendi. Septik artritis bisa disertai dengan crystal arthropathy,
namun keberadaan kristal tidak termasuk dalam kriteria septik arthritis.
Pengukuran kadar glukosa dan protein cairan synovial tidak terlalu berguna
karena tidak spesifik untuk septik arthritis. Pemeriksaaan Polymerase Cahin
Reaction dapat membantu mengisolasi penyebab dari septik arthritis
(Horowitz, et.al.2011).
3. Analisa Mikrobiologi
4. Pemeriksaan radiologis
29
Pemeriksaan radiologis sendi dan struktur periarticular yang terkena arthritis
karena bakteri, akan memberikan informasi yang berguna untuk membantu
diagnosis dan untuk mengevaluasi komplikasi dari infeksi. Temuan gambaran ini
akan bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan (Ortega, et al., 2014):
• Radiologi Konvensional
• Ultrasound
• CT
• MRI
3.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan artritis septik adalah dekompresi sendi,
sterilisasi sendi, dan mengembalikan fungsi sendi. Terapi atrhritis septik meliputi
terapi nonfarmakologi, farmakologi, dan drainase cairan sendi.1,23
Terapi non-farmakologi
Pada fase akut, pasien disarankan untuk mengistirahatkan sendi yang
terkena. Rehabilitasi merupakan hal yang penting untuk menjaga fungsi sendi dan
mengurangi morbiditas artritis septik. Rehabilitasi seharusnya sudah dilakukan saat
munculnya artritis untuk mengurangi kehilangan fungsi. Pada fase akut, fase
supuratif, pasien harus mempertahankan posisi fleksi ringan sampai sedang yang
biasanya cenderung membuat kontraktur. Pemasangan bidai kadang perlu untuk
mempertahankan posisi dengan fungsi optimal; sendi lutut dengan posisi ekstensi,
sendi panggul seimbang posisi ekstensi dan rotasi netral, siku fleksi 900, dan
pergelangan tangan posisi netral sampai sedikit ekstensi. Walaupun pada fase akut,
latihan isotonik harus segera dilakukan untuk mencegah otot atropi. Pergerakan
sendi baik aktif maupun pasif harus segera dilakukan tidak lebih dari 24 jam
setelah keluhan membaik.1,15,23
Terapi farmakologi
Sekali artritis septik diduga maka segera dilakukan pengambilan sampel
untuk pemeriksaan serta pemberian terapi antibiotika yang sesuai dan segera
dilakukan drainase cairan sendi. Pemilihan antibiotika harus berdasarkan beberapa
pertimbangan termasuk kondisi klinis, usia, pola dan resisitensi kuman setempat,
dan hasil pengecatan gram cairan sendi.3,28
30
Pemilihan jenis antibiotika secara empiris seperti pada tabel 3 yang dikutip
dari panduan The British Society for Rheumatology tahun 2006.7,15,24 Modifikasi
antibiotika dilakukan bila sudah ada hasil kultur dan sensitivitas bakteri. Perlu
diingat bahwa vankomisin tidak dilanjutkan pada pasien dengan infeksi
stafilokokus atau streptokokus yang sensitif dengan Blaktam. Perjalanan klinik
pasien juga perlu sebagai bahan pertimbangan karena korelasi pemeriksaan
sensitivitas dan resistensi bakteri in vitro dengan in vivo tidak absolut sesuai.1
Secara umum rekomendasi pemberian antibiotika intravenus paling sedikit
selama 2 minggu, diikuti dengan pemberian antibiotika oral selama 1-4 minggu.
Pemberian antibiotika intravena yang lebih lama diindikasikan pada infeksi bakteri
yang sulit dieradikasi seperti P.aerogenosa atau Enterobacter spp. Pada kasus
bakterimia S aureus dan arthtritis sekunder S aureus diberikan antibiotika
parenteral 4 minggu untuk mencegah infeksi rekuren.1,23,25,26 Pemberian antibiotika
intra artikular tidak efektif dan justru dapat menimbulkan sinovitis kemikal.7
Tabel 3. Ringkasan rekomendasi pemberian antibiotika awal secara empirik pada kasus
dugaan artritis septik24
KELOMPOK PASIEN PILIHAN ANTIBIOTIKA
Risiko tinggi terhadap sepsis gram negatif Generasi kedua atau ketiga sefalosporin
(usia tua, ISK berulang, baru selesai operasi Kebijakan lokal mungkin
32
abdomen) menambahkan fluklosaksilin terhadap
generasi ketiga sefalosporin.
Bila alergi maka diskusikan dengan ahli
mikrobiologi.
3.8 Prognosis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya septik arthritis adalah proses akut
yang membutuhkan diagnosis dini untuk menetapkan perawatan yang tepat
dengan cepat, karena keterlambatan septik arthritis dapat mengakibatkan
kerusakan sendi permanen dalam waktu 48 jam dari timbulnya infeksi.
33
Diperkirakan hingga 50% dari kasus orang dewasa dapat terjadi semacam sekuel.
Di antara faktor-faktor yang mendukung hasil yang buruk dari infeksi sendi
adalah usia di atas 60 tahun, rheumatoid arthritis, keterlibatan sendi tertentu
seperti bahu atau pinggul atau kultur cairan sinovial yang positif setelah 7 hari
pengobatan antibiotik (Ortega, et al., 2014).
Di antara sequel dan komplikasi yang dapat timbul dari septik arthritis, kita
menemukan subluksasi dan dislokasi artikular, kerusakan epifisis, osteonekrosis,
osteoarthritis sekunder, osteomyelitis, fusi tulang dan kerusakan struktur yang
berdekatan seperti kapsul, tendon, jaringan lunak (Ortega, et al., 2014).
34
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
- Lutut kanan bengkak 2
Tapi secara umum septik artritis
hari sebelumnya demam
ditandai dengan trias gejala akut yang
sejak 4 hari SMRS
tipikal dan dengan durasi ejala 1-2
- Teraba panas
minggu, disertai dengan demam dengan
- Pasien tidak
suhu rendah (tanpa menggigil), nyeri
menggerakkan sendi
pada sendi, bengkak dan penurunan
lututnya secara aktif
pergerakan sendi. Septik artritis lebih
- Saat kakinya disentuh
sering mengenai sendi besar
bayi menangis
dibandingkan dengan sendi kecil, dan
- Lutut berwarna
sampai 60% kasus melibatkan sendi
kemerahan
panggul dan sendi lutut
35
), sianosis (-), pembesaran KGB (-),
pernapasasan cuping hidung (-), faring
hiperemis (-), mulut berselaput putih (-
), bekas perdarahan gusi mulut (-),
perdarahan gusi aktif (-)
Regio Thorax
Inspeksi : Bentuk dada
normal, pergerakan dinding dada
simetris Dekstra = sinistra, retraksi
intercosta, suprasternal dan
supraklavikula (-)
Palpasi : Pergerakan nafas
simetris dekstra = sinistra
Perkusi : sonor seluruh
lapangan paru, redup jantung (+)
Auskultasi : vesicular
(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), suara
jantung S1 S2 tunggal,regular, murmur
(-), gallop (-).
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Stoma (+),
Kolostomy Bag (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+)
kesan normal
Perkusi : Distribusi timpani
di keempat kuadran
Palpasi : Soefl, nyeri tekan
empat kuadran (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), pembesaran KGB
inguinal (-), turgor kulit < 2 detik
Regio Ekstremitas
Inspeksi : Edema (+) genue
36
dextra, deformitas (-), ruam/petekie (-)
Palpasi : Akral hangat,
sianosis perifer (-), edema (-), CRT <2
detik
Status lokalis
Genue dextra
Inspeksi : Edema (+),
Hiperemis (+) pergerakan sendi (-)
Palpasi : Teraba panas
ROM : Terbatas
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
- IVFD KAEN 4A 300 ml/24 jam
Terapi atrhritis septik meliputi terapi
- Inj Cefotaxime 3x100 mg
nonfarmakologi, farmakologi, dan
37
drainase cairan sendi. - Inj Gentamisin 2x7,5 mg
- Inj Cortidex 3x0,5 mg
- PCT drip 3x0,3 ml
- Inj. Metronidazole 30 mg/8 jam
38
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan anak perempuan berusia 2 bulan. Dibawa oleh
ibunya datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan lutut kanan
bengkak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak semakin lama semakin
besar dan pasien tidak menekuk lutut kanannya. Jika disentuh atau digerakkan
pasien menangis kencang. Keluhan ini disertai dengan adanya kemerahan dan
teraba panas pada lutut kanan, serta demam sejak 4 hari yang semakin tinggi
sebelum masuk rumah sakit. BAB lancar dan BAK warna kuning lancar. Secara
umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai dengan literatur
yang ada.
39
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier
40
41