PENDAHULUAN
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan
AIDS (1).
Sejak 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang di temukan di indonesia,
kemudian jumlah kasus HIV semakin meningkat pada tahun 1999 mulai meningkat tajam yang
Prevelensi kasus HIV menurut WHO (2015) menunjukan jumlah orang dengan HIV
berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS tercatat berjumlah 1.238 jiwa, setiap hari sekitar 6.300 orang
terinfeksi HIV, 700 oranng pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sekitar 5.500 infeksi pada
orang remaja/dewas muda berusia 15 tahun keatas, yaitu 47% wanita 39% remaja usis 15-2
tahun (1).
TB paru adalah suatu penykit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberculosis. TB paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Sebagian
besar hasil mikrobakterium tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone ifection
(11).
Penyakit TB masih menjadi masalah kesehatan diman who melporkan bahwa setengah
persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar berada di negara berkembang
sekitar 75% diantaranya di indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus TB BTA positif
dengan kematian 101.000. menurut catatan departemen kesehatan spertiga penderita tersebut
1
ditemukan dirumah sakit dan sepertiga lagi dipuskesmas , sisanya tidak terdikteksi dengan baik
(11)
Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada
pemeriksaan hapusan dahak umumnya diitemukan BTA positif. Batuk akan menghasilkan
droplet. Penularan umunya terjadi dalam ruangan denganventilasi kurang. Sinar matahri dapat
menumbuhkan kuman dengan cepat, sedamgkan pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Resiko
penularan infeksi akan lebih cepat tinggi pada BTA (+) dibanding BTA (-) (11).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 HIV
2.1.1 Definisi
dalam family retroviridae, subfamily lentivirinae, dan genus lentivirus. Memiliki berat molekul
9,7 kb dan terdiri dari 2 grup yaitu HIV-1 dan HIV-2. Grup HIV-1 paling banyak menimbulkan
kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia. Seseorang dapat terinfeksi bila kontak dengan cairan
sekumpulan gejala penyakit yang terjadi karena kerusakan sistem imunitas tubuh limfosit T
disebabkan karena HIV. HIV telah terinfeksi oleh virus HIV, sedangkan AIDS telah terinfeksi
virus HIV dan terinfeksi opotunistik. Akibatnya, orang yang terinfeksi menjadi rentan terhadap
penyakit yang dikenal sebagai infeksi oportunistik (IO) karena rusaknya sistem imunitas, dan
sepanjang hidupnya akan menjadi infeksius sehingga dapat menularkan virus melalui cairan
2.1.2 Epidemiologi
Menurut laporan tahunan UNAIDS tahun 2015, penderita HIV/AIDS di seluruh dunia
berjumlah sekitar 36.7 juta orang, diantaranya terdapat 2,1 juta orang yang baru terinfeksi HIV
dan 1,1 juta orang meninggal. Laju penularan virus mencapai 16 ribu orang per hari, dan
3
Indonesia tercepat di Asia Tenggara dengan rata-rata 63.000 kasus TB dengan HIV positif per
Presentasi infeksi HIV tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun, diikuti umur 20-24
tahun dan ≥50 tahun sebesar 69.7%, 16.6%, dan 7.2%, sedangkan pada AIDS tertinggi pada
kelompok umur 30-39 tahun, 20-29 tahun, 40-49 tahun sebesar 37.7%, 29.9%, dan 19%. Rasio
HIV dan AIDS sebesar 2 : 1 antara laki-laki dan perempuan. Persentasi faktor resiko HIV
tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual, diikuti oleh LSL (Lelaki seks
lelaki), penggunaan napza suntik tidak steril , dan lain-lain secara berurutan yaitu 47%, 25%,
3%, dan 25%, sedangkan pada AIDS tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual
2.1.3 Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan retrovirus yang disebut human immune deficiencyvirus
(HIV). Penularan HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual, pemindahan
darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-alat yang terkontaminasi darah dari
sipenderita HIV dan juga melalui transmisi vertical dari ibu ke anak (3).
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan
4
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,
semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang
terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan
terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi,
Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
5
Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi
HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase
ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat,
meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4
mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
Tuberkulosis paru
Sarkoma kaposi
Herpes rekuren
Limfadenopati
Candidiasis orofaring
6
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan
terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini
jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa
Muntah.
Sakit kepala.
Sakit perut.
7
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung
hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak
kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala
apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala,
seperti:
Demam.
Diare.
Herpes zoster.
Sakit kepala.
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita
memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita
8
Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
Diare kronis.
Sesak napas.
Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terserang
Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV,
Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.
9
Cytomegalovirus. Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu
kelompok virus herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada
Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang
kehilangan 10% berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.
ginjal. Kondisi ini menyebabkan gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme
dari tubuh.
Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita
AIDS dapat mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit
berjalan. Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah
demensia.
Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa jenis kanker yang dapat menyerang penderita
HIV, di antaranya adalah sarkoma kaposi dan limfoma. Sarkoma kaposi adalah kanker yang bisa
muncul di sepanjang pembuluh darah atau saluran getah bening. Sedangkan limfoma merupakan
10
2.1.6 Klasifikakasi Stadium HIV
Stadium klinis WHO dapat membantu untuk memperkirakan tingkat defisiensi kekebalan
tubuh pasien. Pasien dengan gejala pada stadium klinis 1 atau 2 biasanya tidak mempunyai
gejala defisiensi kekebalan tubuh yang serius. Pasien yang mempunyai gejala dan tanda stadium
klinis 3 atau 4 biasanya mempunyai penurunan kekebalan tubuh yang berat dan tidak
mempunyai cukup banyak sel CD4 sehingga memudahkan terjadinya infeksi oportunistik.
Stadium 1 : Asimptomatik, Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati generalisata persisten.
Stadium 2 : Sakit Ringan, Berat badan turun 5-10%, Luka pada sudut mulut (keilitis angularis),
Dermatitis Seboroik, Prurigo, Herpes zoster, ISPA berulang, dan Ulkus pada mulut berulang.
Stadium 3 : Sakit Sedang, Berat badan turun > 10%, Kandidiasis mulut, Oral hairy
leukoplakia, Lebih dari 1 bulan Diare, Demam tanpa sebab yang jelas, Infeksi bakteriyang berat,
TB paru, HB < 8 g, Lekosit < 500, Trombosit < 50.000, Gingivitis/periodontitis ulseratif
nekrotikan akut.
Stadium 4 : Sakit Berat, HIV wasting syndrome, Kandidiasis esophagus, Lebih dari 1 bulan:
Ulserasi Herpes simpleks, Limfoma, Sarkoma Kaposi, Kanker serviks invasif, Retinitis CMV,
11
Tidak ada gejala fisik spesifik pada infeksi HIV, gejala ringan mungkin muncul pada masa
serokonversi berupa flu-like syndrome, dan pada kondisi yang lebi berat dapat ditemukan tanda-
Oral thrush
Gangguan pernafasan
Herpes berulang
Diagnosis Laboratorium
Metode pemeriksaan laboratorium dasar untuk diagnosis infeksi HIV dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan digunakan sebagai
test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzyme – linked immunosorbent assay
(ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji Western blot atau indirect
immunofluorescence assay (IFA) digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari test krining.
Rapid test
Merupakan tes serologik yang cepat untuk mendeteksi IgG antibody terhadap HIV-1.
12
imunokromatografi. ELISA tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil rapid tes dan
semua hasil rapid tes reaktif harus dikonfirmasi dengan Western blot atau IFA.
Western blot
Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai
hasil yang benar-benar positif. Uji Western blot menemukan keberadaan antibodi yang melawan
protein HIV-1 spesifik (struktural dan enzimatik). Western blot dilakukan hanya sebagai
konfirmasi pada hasil skrining berulang (ELISA atau rapid tes). Hasil negative Western blot
menunjukkan bahwa hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan sebagai hasil positif palsu dan
pasien tidak mempunyai antibodi HIV-1. Hasil Western blot positif menunjukkan keberadaan
Uji ini sederhana untuk dilakukan dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sedikit lebih
mahal dari uji Western blot. Antibodi Ig dilabel dengan penambahan fluorokrom dan akan
berikatan pada antibodi HIV jika berada pada sampel. Jika slide menunjukkan fluoresen
sitoplasma dianggap hasil positif (reaktif), yang menunjukkan keberadaan antibodi HIV-1.
Progresi infeksi HIV ditandai dengan penurunan CD4+ T limfosit, sebagian besar sel target HIV
pada manusia. Kecepatan penurunan CD4 telah terbukti dapat dipakai sebagai petunjuk
perkembangan penyakit AIDS. Jumlah CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan
1. HIV
13
2. HIV AIDS No 1
3. HIV AIDS No II
5. HIV AIDS No IV
2.1.10 Diagnosis
2.1.11 Penatalaksanaan
memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin
berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum
terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian,
terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi
aktivitas HIV dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama
CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV
Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan ARV
14
l Dagang Nama Ginerik Golongan Sediaan Dosis
300mg,lamivudine
150 mg
mg >60 kg:2x30 mg
Neviral 14 hari
mg,malam
2.1.12 Prognosis
Prognosis infeksi HIV (human immunodeficiency virus) ditentukan oleh diagnosis dini
dan pengobatan pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Hingga kini belum terdapat
2.1.13 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis
2. TBC
15
3. Esofagitis
4. Diare
5. Herpes Simple
6. Toksoplasmositis
2.1.14 Pencegahan
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun
Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau
melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar
air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat
membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.
Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV.
Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa
Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena berhubungan seks
dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-exposure prophylaxis (PEP), untuk
dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat
16
mencegah perkembangan infeksi HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai
Edukasi dan promosi kesehatan mengenai bahaya HIV (human immunodeficiency virus)
sepatutnya diberikan sejak dini, seiring dengan pemberian pendidikan seksual. Hal ini perlu
dimulai sejak masa sekolah sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menghindari
perilaku berisiko. Menurut Permenkes No. 21 Tahun 2013 yang mengatur mengenai
pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan
Upaya edukasi dan promosi kesehatan ini perlu diberikan untuk seluruh lapisan masyarakat,
Pelanggan/pasangan seks PS
17
2.2 Tuberculosis Paru
2.2.1 Definisi
TB paru adalah suatu penyakt infeksi yang disebebkan oleh basil Myobacterium
tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
2.2.2 Etiologi
dengan ukuran panjang 1-4 mukrin, lebar kuman 0,3-0,6 mikronkuman akan tubuh o[timal pada
suhu sekitar 37°C dengan pH primal 6,4-7. Sebagaian besar kuman terdiri dari asam lemak.Lipid
inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan asam dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan
fisik.Kuman dapat hidup dalam udara kering dan dingin.Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam keadaan dormant (tidur) yang dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif dalam
2.2.3 Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi
dropletnuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai
berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terhisap orang yang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke aveolar bila ukuran partikel <5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh makrofag, kebanyakan partikel ini akan
18
mati atau dibersihkan oleh makrrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
Bila kuman menetap dijaringan pau, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia
dapat terbawa dijaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pnemonia kecil dan disebut
sarang pimer atau efek promer atau arang (facos) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi disetiap
bagian paru.Bila mejalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.Kuman dapat juga masuk
melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit terjadi limfadenopati regional
kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,
tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi
TB milier (13).
2.2.5 Klasifikasi
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menu jukkan BTA positif dan kelainan radiologi
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menujukkan BTA positif dan biakan positif.
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan
19
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberkulosis
positif(14).
1. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok.
Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita
2. Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah
3. Batuk berdarah
Darah yang dikeluarkan penderita berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus).
Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis atau initia
symptom karena batuk darah pada dinding kavitas.Oleh karena itu, proses tuberkulosis
4. Nyeri dada
20
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan didaerah aksila,
5. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
lanjut).
6. Dispneu
Dispneu merupakan lare symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya
7. Malaise
berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.Gejala malaise ini makin lama makin
Pada tuberkulosis paru kelainan yang didapat tergantung kelainan struktur paru. Kelainan
paru umumnya terletak dibagian apeks (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrasi luas maka
didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial.Akan didapatkan juga suara
21
Pada pluritis tuberkulosis kelainan pemeriksaaan fisik tergantungdari banyaknya cairan
dirongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis tuberkulosis terlihat
pembesaran kelenjar getah bening tersering di daerah leher kadang-kadang didaerah ketiak,
1. Pemeriksaan radiologi
pemeriksaan radiologi dada cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis. Pada
awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologi berupa
bercak-bercak seperti awan dan dengn batas-batas yang tidak tegas, bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka bayangan berupa bulat-biulatan dengan batas yang tegas lesi ini dikenal
sebagi tuberkuloma.
2. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin : jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih dibawah
normal, laju endap darah mulai meningkat, anemia ringan dengan gambaran normokron dan
3. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA diagnose
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diperluk. Kriteria sputum positif adalah bila sekurang-
22
kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dengan kata lain diperlukan 5.000
4. Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk mencegah diagnosis terutama pada ana-anak
(balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan menyuntikan0,1 cc tuberculin P.P.D
(purified protein derivative) intrakutan. Tes tuberculin hanya menyatakan bahwa apakh
seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculose , M. Brovis, vaksinasi
TB paru
Pneumonia
Mikkosis paru
Kanker paru
Bronkiektasis (5)
2.2.9 Diagnosis
TB Paru
2.2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intesif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari peduan obat utama dan
tambahan.
23
A. OBAT ANTI TUBERCULOSIS (OAT)
Streptomisin 15mg/kgBB
Amiksin 500mg/hari
Kuinolin 400mg/hari
atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
X semingggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
24
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
4. Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg,
BB < 40 kg : sesuai BB
Tahap awal menggunakan panduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol
a. Pada tahap awal pasien mendapatkan pasien yang terdiri dari 4 jenis obat
275mg). Diminum setiap hari dan diawasi secara langsung untuk menjamin
c. Pasien Tb paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negtif (konversi)
25
Tahap lanjutan menggunakan paduan obat rifampisin dan isoniazid
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapatkan 2 jenis obat (rifamisin dan isoniazid) namun
b. Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program) atau tiap
terjadinya kekambuhan.
Panduan OAT lini pertama yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2.2.11 Komplikasi
Pleuritis
Efusi pleura
Empyema
Laryngitis
Fibrosis paru
2.2.12 Prognosis
26
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan
pengobatan (18).
2.2.13 Pencegahan
3. Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi bagi populasi
terdampak TB (19).
2.2.14 Edukasi
1. Anjuran kepada pasien untuk rutin minum obat, sesuai anjuran resep dari dokter
3. ventilasi ruangan, kuman TBC menyebar lebih mudah dalam uangan tertutup kecil
dimana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang membuka jendela dan
menggunakan kipas.
5. menggunakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur (20).
27
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pribadi
Umur : 28 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Melayu
Allo Anamnesa
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan demam. Demam berlangsung
tselama 2 minngu ini. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan dan minum selama badannya
28
tersa demam. Badan pasien terasa lemas. Pasien juga mengatakan tidak bisa duduk dan terasa
berat untuk menggerakan tangannya sebelah kanan. Dan pasien juga sulit untuk berbicara.
Anamnesa Umum
Anamnesa organ
1. Cor
29
2. Sirkulasi perifer
3. Traktus respiratorius
4. Traktus digestivus
a. Lambung
Ructus : Tidak
b. Usus
30
d. Ginjal dan saluran kencing
5. Sendi
6. Tulang
7. Otot
Sakit : ya - Kejang-kejang : ya
8. Darah
9. Endokrin
31
Pankreas : dalam batas normal
Paralisis : Tidak
Penglihatan : terganggu
Pengecapan : teragangu
Pendengaran : terganggu
Perasa : tergangu
Penciuman : Normal
13. Psikis
Gelisah : ya
32
14. Keadaan sosial
Pekerjaan : wiraswasta
Hygiene : Baik
Anamnesa Makanan
Ikan : Ya - Daging : Ya
Anamnesa Family
Status Present
Keadaan Umum
Sensorium : Apatis
Temperatur : 38,5⁰ C
Keadaan Penyakit
33
Ikterus : Tidak - Turgor : Tidak
Keadaan Gizi
BB : 45 Kg
TB : 160cm
TB 160
Kesan : kurus
𝐵𝐵 45
IMT : 𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 kg/m2
Kesan : kurus
34
Pemeriksaan lab pada tanggal 23-07-2019
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Index Eritrosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 1 % 0-1
N. Stab 0 % 2-6
N. Seg 76 % 53-75
Limfosit 14 % 20-45
Monosit 9 % 4-8
35
HEMATOLOGI
Kimia Klinik
SGOT 33 / µL <40
SGPT 10 / µL <40
Fungsi Ginjal
40
1.1
Elektrolit
Imunologi
HIV Reaktif
CD4 60
36
RESUME
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan demam. Demam berlangsung
12 minnggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan dan minum selama dia sakit.
Badan terasa lemas. Pasien juga mengatakan tidak bisa duduk dan terasa berat untuk
menggerakan tangannya sebelah kanan. Dan pasien juga sulit untuk berbicara
Status present :
Keadaan Umum
Sensorium : Apatis
Temperatur : 38,5⁰ C
37
Keadaan penyakit
Anemi : tidak
Ikhterus : tidak
Sianosis : tidak
Dispnoe : tidak
Eritema : tidak
Turgor : tidak
TB 160
Kesan : kurus
𝐵𝐵 45
IMT : 𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 kg/m2
Kesan : kurus
Pemeriksaan fisik :
38
Abnomen : Dalam Batas Normal
Diagnosis Banding :
Diagnosis kerja :
Penatalaksanaan :
Diet : MB
Medikamentosa
- RL IV 20tt/menit
39
- Pirazinamid tab 2x1 500 mg
- ELISA
- Rapid Test
- RFT
- Sputum BTA3X
- Foto Thorax
40
BAB IV
DISKUSI KASUS
HIV
TEORI KASUS
Aloanamnesa Aloanamnesa
9. Dahak 2. Dahak
Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe
Nadi : 80x/ menit, equal, teg. Sedang/vol Nadi : 80x/ menit, equal, teg.
41
Keadaan penyakit Sedang/vol
Kesan : kurus
𝐵𝐵 45
IMT :𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 Kg/m2
𝐵𝐵 45
IMT :𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 Kg/m2
Kesan : kurus
Kesan : kurus
42
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik :
oral.
Leher : Dalam Batas Normal
Kepala : Dalam batas normal Kepala : mata anemis bibir kering candidiasis
43
Abdomen : dalam batas normal
digerakan.
DIAGNOSA DIAGNOSA
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi Non-farmakologi
Istirahat Istirahat
MB MB
Farmakologi Farmakologi
44
Pirazinamid tab 2x500 mg
PROGNOSIS PROGNOSIS
KOMPLIKASI KOMPLIKASI
a) TBC
Tuberkulosis
b) Candidiasis Oral
Candidiasis Oral
c) Diare kronis
d) Herpes simplex
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
4. menghindari kontak darah dengan pasien 4. menghindari kontak darah dengan pasien
HIV HIV
45
EDUKASI EDUKASI
1.Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, IMS, 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB,
2.Memberikan informasi pada pasien dan 2. Memberikan informasi pada pasien dan
TUBERKULOSIS
TEORI KASUS
Aloanamnesa Aloanamnesa
Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe
46
pernapasan Abdominal thoracal pernapasan Abdominal thoracal
Nadi : 80x/ menit, equal, teg. Sedang/vol Nadi : 80x/ menit, equal, teg.
Kesan : kurus
𝐵𝐵 45 2
IMT :𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 Kg/m
𝐵𝐵 45
IMT :𝑇𝐵2 = 2,56 = 17,5 Kg/m2
Kesan : kurus
Kesan : kurus
47
Kepala : Dalam Batas normal oral.
Kepala : Dalam batas normal Kepala : mata anemis bibir kering candidiasis
48
Ektremitas : atas dan bawah dextra tidak dapat
digerakan.
diperiksa)
49
Pneumonia HIV AIDS stadium I + TB Paru
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi Non-farmakologi
Istirahat Istirahat
MB MB
Farmakologi Farmakologi
50
PROGNOSIS PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien Prognosiss pada pasien buruk.
pengobatan.
KOMPLIKASI KOMPLIKASI
Pleuritis
HIV AIDS Stadium III
Efusi pleura
Candidiasis Oral
Empyema
Laryngitis
Fibrosis paru
Karsinoma paru
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
2. Makan makanan bergizi dan tidak 2. Makan makanan bergizi dan tidak
merokok merokok
51
EDUKASI EDUKASI
1. Anjuran kepada pasien untuk rutin 1. Anjuran kepada pasien untuk rutin
minum obat, sesuai anjuran resep minum obat, sesuai anjuran resep
2. Menerapkan pola hidup sehat untuk 2. Menerapkan pola hidup sehat untuk
menyebar lebih mudah dalam uangan menyebar lebih mudah dalam uangan
tertutup kecil dimana udara tidak tertutup kecil dimana udara tidak
bergerak. Jika ventilasi ruangan masih bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
5. menggunakan sinar matahari dan udara segar 5. menggunakan sinar matahari dan udara
masuk secukupnya ke dalam tempat tidur segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HIV (Human Immuno Devisiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusi. AIDS (Acguired Immuni-
Devesiensi) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan
Tanda dan gejala penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal penularan
umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam 3-6
minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapatkan kontak virus hiv tersebut.
Hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari virus hiv penyebab AIDS yang ada hanyalah pencegahan
saja.
Penyakit Tb paru disebabkan oleh microbacterium tuberculosis. Oleh karena itu untuk
mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
53