Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PENERAPAN NORMA HUKUM TERHADAP

SISTEM,BUDAYA DAN KULTUR HUKUM PADA MASYARAKAT


DAYAK KALIMANTAN BARAT

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,


yang mana secara geografis sangat stategis karena diapit oleh dua
samudera dan dua benua yang menghubungkan antar negara
didunia.Pulau-pulau yang terbentang penuh dengan kasanah budaya
peninggalan nenek moyang yang terus terpelihara walau sudah banyak
mengalami degradasi akibat pengaruh modernisasi dan era globalisasi.
Kemajuan teknologi disegala bidang berakibat pada beralihnya perhatian
masyarakat kepada hal-hal baru yang lebih menarik untuk terus dipelajari
dan dikembangkan serta diketahui terutama mereka yang tergolong
dalam masyarakat secondary rules of obligation( penggolongan
masyarakat menurut hart), dimana budaya dan kultur lebih
dikesampingkan dan lebih mengedepankan aturan atau hukum positif
yang dianggap lebih mampu mengatasi persoalan-persoalan hukum
yang dihadapi.berbeda halnya dengan masyarakat primary rules of
obligation, dimana hukum dianggap akhir dari sebuah penyelesaian
masalah apabila cara yang ditempuh melalui musyawarah gagal.
Masyarakat tersebut beranggapan bahwa hukum dianggap terlalu lama
dan berbelit-belit yang pada akhirnya penyelesaian masalah condong
lebih pada penyelesaian hukum adat (adatrecht).

Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam produk


hukum diciptakan oleh pakar-pakar hukum untuk menjadi landasan
penerapan hukum sesuai dengan fungsi dan obyek permasalahan
hukum yang dihadapi dengan tujuan agar diperoleh jawaban yang pasti
dan berkeadilan bagi siapa yang melanggarnya serta terwujudnya cita-
cita hukum (Rechtsidee) sebagaimana yang tertuang dalam batang
tubuh UUD 1945.

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem hukum dimasyarakat

hukum yang berlaku disemua negara didunia merupakan suatu


sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Lawrence M.Friedman
(dikutif) yang terdiri dari komponen-komponen diantaranya:

1. Komponen yang disebut dengan struktur

2. Komponen substansi yang berupa norma-norma hukum

3. Komponen hukum yang bersifat kultural

Dari ketiga komponen tersebut maka sistem hukum sangat


dipengaruhi oleh kultur yang ada dimasyarakat yang sifatnya
mengikat,memaksa setiap orang untuk mematuhi atau tidak
mematuhinya dan mengatur tatanan hidup sehingga ada kesadaran
untuk saling menghargai antara satu dan lainnya, dengan demikian maka
dapat dikatakan bahwa kultur setiap orang itu berbeda tergantung dari
mana ia berasal dalam arti apakah dari masyarakat secondary atau
primary, masyarakat atas atau masyarakat bawah dan tidak terlepas dari
latar belakang keluarga,profesi dan lingkungan tempat tinggalnya yang
sekaligus menjadi salah satu faktor penyebab berlakunya sistem hukum
dalam kultur dan budaya hukum.

C. Aplikasi hukum terhadap kultur dan budaya hukum

Awal mulanya hukum itu ada tentu tidak terlepas dari sejak adanya
sebuah negara ,masyarakat dan manusia diciptakan, apakah jaman
purbakala,zaman nabi-nabi apalagi zaman raja-raja (mulai berlakunya
zaman sejarah). Hal tersebut berdasarkan fakta dalam sejarah baik
cecara theologi maupun ilmiah.Banyak catatan-catatan yang bisa kita
pelajari yang memberikan pandangan bagaimana cermin hukum itu
berkembang sesuai zamannya.Zaman purbakala misalnya, orang yang
memimpin komunitasnya diambil dari orang yang kuat dan dianggap
mampu membawa kelompok tersebut menghadapi lawannya maupun
bahaya lainnya. Dan orang tersebut ditunjuk dengan suatu acara tradisi
dan dinobatkan menjadi pemimpin yang mempunyai
kharisma,mempunyai aturan dan selalu dipatuhi oleh
kelompoknya.Dizaman ini belum ada aturan yang ditulis karena belum
mengenal baca tulis sehingga apa yang disampaikan oleh pemimpinnya
bersifat lisan tetapi sangat mengikat. Sementara disisi lain bila kita lihat
dari zaman sejarah, hal tersebut ditandai dengan hadirnya para tokoh
pemimpin yaitu raja-raja,tokoh-tokoh rohaniawan yang menjabarakan
aturan dalam negaranya melalui perintah dalam kitab suci yang dianggap
sebagai perintah Tuhan ( contoh dalam kitab taurat mengenai 10
perintah Allah), dimana dari 10 larangan tersebut ada beberapa korelasi
dengan perundang-undangan yang berlaku didunia misalnya jangan
membunuh ,jangan berzinah, jangan mengucapkan saksi dusta atau
sekarang lebih dikenal dengan pencemaran nama baik dan lain-lain.
Beberapa contoh tersebut sudah ada sebelum undang-undang itu dibuat
dan diberlakukan. Dan sanksi bila larangan tersebut dilanggar adalah
dihakimi secara bersama-sama( contoh pelaku perzinahan dirazam)
yang hingga saat ini masih berlaku pada daerah dan negara tertentu. Hal
ini membuktikan bahwa ada suatu pemaksaan bagi setiap individu untuk
selalu mematuhinya sekalipun zaman sudah berubah begitu juga pranata
hukum semakin baik, tetapi masih ada kultur dan budaya hukum yang
terus terpelihara dengan baik dan mempengaruhi sistem hukum yang
sedang berproses.

Dari uraian-uraian tersebut diatas, bila kita hubungkan dengan


aplikasi hukum diwilayah kalbar khususnya suku dayak kanayat'n (
sebagai sample), ada norma adat yang masih sangat kental dan terus
dijunjung tinggi dan dianggap sangat mampu menyelesikan
permasalahan yang ada secara cepat,adil dan sangat mengikat.
Misalnya dalam kasus 284 KUHP,yang melakukan persetubuhan diluar
nikah (coitosonechtelijk) hingga akhirnya melahirkan anak .Dalam
mayarakat adat tersebut, dimana cara untuk menyelesaikkan persoalan
yang terjadi melalui musyawarah adat yang dilaksanakan dirumah
betang/rumah panjang yang dipimpin tumenggung dan dihadiri oleh
kedua belah pihak dan keluarga masing-masing. Putusan yang diambil
merupakan kesepakatan dari beberapa kali pertemuan atau musyawarah
untuk besaran bayar adat yang sudah diturunkan dan berlaku secara
turun temurun oleh nenek moyang sebesar 6,5 tahil sampai dengan 12
tahil (dibayar untuk 2 nyawa yaitu anak dan ibunya). Dan hukuman
tersebut sangat diakui dan dihargai oleh masing-masing pihak yang
kemudian diantar kepada korban dan keluarganya oleh pengurus adat
sesuai peruntukannya karena secara moril bahwa pertanggung jawaban
adat ada pada keluarga korban(orang yang menerima adat).Sekarang
timbul pertanyaan ' Bagaimana tanggung jawab pelaku terhadap korban
dan anak yang dilahirkan tersebut baik dari sudut formil dan materiel
kedepan? Jawabannya adalah : bahwa sejak adat tersebut dibayar dan
diterima oleh korban dan keluarganya, maka hukum positif dianggap
tidak diperlukan lagi karena sudah ada hukum adat( Adatrecht)
,pengakuan adat terhadap perbuatan dan terhadap anak yang dilahirkan
tersebut ( ada bapaknya), walau tidak untuk hidup dalam satu rumah
dengan korban karena adat yang dijatuhkan merupakan syarat mutlak
yang harus dipatuhi (Conditio sine qua non)dan mempunyai kekuatan
hukum tetap serta pasti (inkracht van gewijsde).

Bila dihubungkan dengan kondisi sosial dimasyarakat dayak


kanayant dimana hukum adat itu sebenarnya sangat dijunjung tinggi
karena sudah ada sejak dahulu kala. Hal ini bisa dibuktikan dengan
sample kasus berbeda misalnya kasus 362 KUHP tentang pencurian.
Contoh : sebidang kebun yang diatasnya tumbuh pohon buah dan saat
itu sedang berbuah.Orang-orang yang melewati kebun tersebut tidak
akan mengambil buah yang ada walau mungkin lapar dan haus apabila
pada pohon tersebut diikat atau diberi tanda dengan tali atau akar yang
dililitkan. Hal tersebut memberikan peringatan(warning)bahwa, pohon
buah tersebut tidak boleh diambil

buahnya dan larangan tersebut akan dipatuhi dan orang yang


melintasinya baru akan mau mengambil untuk dimakan menunggu jatuh
dan tidak untuk dibawa pulang.Beda halnya bila ada satu atau dua
pohon yang tidak diikat, maka tanpa diminta pada pemiliknya buah
tersebut boleh diambil karena disediakan oleh pemiliknya untuk siapa
saja yang ingin makan buah dari kebun tersebut.

Bila dihubungkan dengan hukum positif pada pasal 362 KUHP


diatas, maka hal tersebut menjadi berbalik karena orang akan dikatakan
mencuri bila mengambil untuk dimiliki (dinikmati) tanpa ijin dari pemilik
kebun tersebut.

Berdasarkan dua contoh tersebut diatas maka bekerjanya fungsi


hukum juga sangat dipengaruhi oleh kenyataan sosial(social reality) yang
ada dimasyarakat baik itu lingkungan maupun budaya dan kultur suatu
daerah dan juga dipengaruhi oleh kondisi sosial yang ada(social
condition).

D. Akumulasi persoalan bekerjanya Hukum terhadap kultur dan


budaya hukum dalam masyarakat.

Pada dasarnya pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai


macam aturan yang bertujuan untuk menghasilkan kehidupan yang
rukun,tertib, aman dan damai guna memenuhi kehidupan dari sisi
sandang,pangan ,dan lainnya, serta terus mengembangkan
diri.Berdasarkan pengalaman tersebut,bisa menghasilkan hal yang positif
maupun negatif sehingga mempunyai konsepsi abstrak tentang apa yang
baik untuk dilakukan dan buruk untuk dihindari yang sangat berpengaruh
terhadap pola pikir karena merupakan pedoman mental bagi setiap
orang.Pola pikir tersebut mempengaruhi sikap untuk melakukan seuatu
yang dikehendaki yang selanjutnya membentuk kaidah-kaidah untuk
hidup teratur dan pantas.

Kaidah-kaidah tersebut dapat dirumuskan dalam hukum tertulis


maupun kebiasaan. Pada masyarakat modern, hukum tertulis sangat
memegang peranan penting dalam kehidupan, dimana dianggap sebagai
salah satu bukti outentik dalam hal pembuktian yang apabila sewaktu-
waktu diperlukan dapat ditunjukkan.Berbeda halnya dengan masyarakat
dipedesaan yang mana kultur,budaya sangat mendominasi penyelesaian
setiap masalah, dimana dalam setiap pengambilan keputusan selalu
didasari pada kesepakatan.Beranjak dari dua pengelompokan
masyarakat tersebut,maka akan timbul persoalan-persoalan hukum
dalam bekerjanya fungsi hukum yaitu

a. Pada masyarakat Modern

- Lebih mengedepankan penegakan hukum dalam setiap


persoalan yang dihadapi sehingga kurang memperhatikan
aspek sosial yang ada dimasyarakat

- Individualis dan kurang berinteraksi sosial

- Lebih memahami aturan hukum yang berlaku

- Orientasai lebih pada persaingan ekonomi

- Kesibukan lebih tinggi sehingga waktu benar-benar berharga

-Lebih mudah dalam memahami dan menerapkan Hukum


karena latar belakang dan kualitas SDM yang memadai

- Kritis,budaya modern

b. Pada Masyarakat Pedesaan

- Hukum Positif tidak terlalu diperhatikan dalam enyelesaian


masalah

- Keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah dan


mufakat

- Memiliki sikap kekeluargaan dan gotong royong (kepedulian


sosial tinggi)
- Pemahaman hukum positif sangat minim

- Lebih mengutamakan kedamaian

- Materi belum pada posisi yang dinomor satukan

- Lebih banyak waktu luang untuk berinteraksi sosial antara satu


dan yang lainnya.

Melihat perpedaan ciri tersebut, maka akan timbul permasalahan


ketika hukum itu harus benar-benar ditegakkan oleh aparat penegak
hukum terhadap masyarakat pedesaan dan tidak menutup kemungkinan
akan mendapat perlawanan karena sulit diterima dan dianggap berbelit-
belit dan membutuhkan waktu yang panjang dalam memperoleh
kepastian, sehingga yang berlaku adalah hukum kebiasaan/adat yang
tidak tertulis dan sangat merugikan apabila suatu saat timbul persoalan
baru atau permasalahan yang telah diselesaikan tersebut diangkat
kembali untuk dituntut dimuka pengadilan akan sulit karena tidak
memiliki kekuatan pembuktian (bewisjkracht),dengan demikian
diharapkan agar hukum tersebut dapat mengubah pandangan
masyarakat bagaimana bekerjanya hukum yang sebenarnya.

E. Upaya-upaya agar hukum dapat bekerja dengan baik

Pancasila dan UUD 1945 adalah merupakan urutan tertinggi


perundang-undangan di Indonesia, karena merupakan cita-cita luhur
bangsa indonesia seperti yang tertuang dalam batang tubuh pembukaan
UUD 1945 alinea ke-IV dengan salah satu tujuan memberikan
perlindungan dan mensejahterakan rakyatnya.Oleh karena itulah sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat yang merupakan hasil perjuangan
rakyatnya sudah sepatutnya diisi dengan berbagai kegiatan positif agar
masyarakatnya cerdas dan berwibawa dimata dunia. Upaya-upaya
tersebut tentunya berpariatif tergantung dari mana pemerintah
memberikan kepedulian untuk membangunnya.Dalam upaya
pembangunan manusia Indonesia, tentunya tidak dapat dipisahkan
antara hukum dan upaya lainnya,karena sifatnya mengatur,mengikat,dan
memaksa untuk ditaati dan dipatuhi sehingga pengembangan dan
pembangunan disegala bidang dapat berjalan dengan baik apabila
masyarakatnya telah menjadi manyarakat yang tau dan sadar hukum.

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya, melalui


sosialisasi hukum ( secara sederhana dan mudah dimengerti ) terutama
pada masyarakat pedesaan, penyuluhan-penyuluhan hukum,seminar
hukum,pemutaran film-film yang berkaitan dengan hukum dan
penegakan hukum melalui tindakan persuasif dan banyak lagi. Dengan
demikian diharapkan bahwa hukum itu benar-benar dirasakan dalam
bekerjanya sistem hukum terhadap kultur dan budaya hukum benar-
benar bisa terwujud dengan tidak mengesampingkan aspek sosial
dimasyarakat, sehingga diharapkan norma hukum yang dilaksanakan
benar-benar sesuai dengan tipikal,karakteristik masyarakat indonesia.

G. Penutup

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan


kesejahteraan masyarakatnya seuai dengan cita-cita luhur bangsa
indonesia seperti tertuang dalam batang tubuh UUD 1945.
Pembangunan disegala bidang menandai adanya kemajuan yang sangat
signifikan dimana hal tersebut diiringi dengan munculnya produk undang-
undang yang dikeluarkan oleh lembaga legislatif dengan tujuan agar ada
payung hukum yang membatasi gerak lingkup setiap orang,para
penguasa dan elit politik sehingga diharapkan adanya kesinambungna
antara yang kaya dan yang miskin,yang kuat dan yang lemah.

Tetapi pada kenyataannya, produk undang-undang tersebut tidak


semua memahaminya, sehingga timbul sebuah rasa krisis kepercayaan
terhadap kemampuan pemegang amanah undang-undang tersebut
untuk mengaplikasikannya ditengah-tengah masyarakat terutama
masyarakat pedesaan seperti contoh kasus diatas.

Bagi masyarakat secondary rules of obligation yang memiliki tingkat


pemikiran yang modern dan tentulah tidak mengalami kesulitan dalam
memahami maksud dari norma hukum yang ada, tetapi tidak demikian
halnya dengan masyarakat primary rules of obligation yang minim
pengetahuan hukum, sehingga beranggapan bahwa hukum hanyalah
sebuah alat penyelesaian yang lama dan bertele-tele sehingga rasa
keadilan yang diharapkan belum tentu seperti kenyataan.untuk itulah
perlu adanya suatu ketegasan dari adanya proses pembuatan undang-
undang yang berbasis sosial sehingga benar-benar mewakili harapan
masyarakat dan bukan karena kepentingan dan titipan dari penguasa
dan elit politik sehingga cita-cita luhur perjuangan masyarakat indonesia
da9lam pancasila dan UUD 1945 dapat terwujud sesuai harapan.

Penyelesaian-penyelesaian permasalahan adat yang dilakukan


oleh suku dayak kalimantan barat diatas, hanyalah sebagai sample
betapa budaya hukum yang telah tertanam dan diwariskan oleh nenek
moyang mereka merupakan gambaran kepada kita bahwa keadilan dan
kepastian dapat diperoleh diluar pengadilan sepanjang apa yang telah
diputuskan dalam musyawarah adat tersebut dijunjung tinggi dan
dihormati oleh masyarakat. Walaupun zaman semakin maju tetapi kultur
dan budaya hukum tidak berpengaruh pada sistem dan norma hukum
yang terus berkembang sesuai aperkembangan dan kebutuhan zaman.

Berbagai cara memperoleh keadilan yang dicetuskan oleh ahli dan


peneliti-peneliti sosial diindonesia yang selanjutnya dijabarkan dalam
suatu aturan untuk pelaksanaannya seperti ADR (Alternatif dispute
resolution) yang mana spesifikasi kasus yang dapat diselesikan melalui
jalur tersebut adalah kasus-kasus yang tidak berakibat luas dan
berkepanjangan dimasyarakat dan tidak harus sampai kemeja hijau
contoh 2 (dua kasus ) yang sudah dibahas diatas dan bila dihubungkan
dengan asas equality before the law seperti dalam undang-undang tidak
bersifat formil dalam pelaksanaannya tetapi dianggap mampu, atau
melalui dipersif yang lebih diutamakan pada anak dibawah umur untuk
menghindari pemidanaan terhadap anak yang melakukan pelanggaran
sehingga diharapkan mampu mengatasi dan menyelesaikan masyalah
terhadap anak, dan banyak lagi contoh lain seperti comuniting policy
yang juga sama sebagai wadah penyelesaian masalah guna win win
solution. Beberapa jalur penyelesaian tersebut diatas adalah cerminan
cita hukum yang benar-benar bernuansa Indonesia dan bukan amanah
undang-undang yang selama ini digunakan yang merupakan
peninggalan penjajah belanda yang tidak memperhatikan aspek sosial
yang ada dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
yang ada saat ini. Untuk itulah diperlukan adanya peran aktif dari para
ahli hukum indonesia untuk terus berkarya dimasyarakat dalam
memberikan saran dn masukan dalam pembuatan produk undang-
undang melalui lembaga legislatif yang ada sehingga norma hukum yang
dilahirkan benar-benar cerminan cita hukum masyarakat indonesia serta
membangun saling pengertian,saling menghormati, dan menghargai
antar masyarakat yang satu dan lainnya sehingga terwujud masyarakat
yang adil dan berkesejahteraan.

ANALISIS PENERAPAN NORMA HUKUM TERHADAP


SISTEM,BUDAYA DAN KULTUR HUKUM PADA MASYARAKAT
DAYAK KALIMANTAN BARAT

Tugas Sosiologi Hukum

Dosen
Prof.Dr.Esmi Warassih,SH,MS

Disusun Oleh

LUSIANA FENI, SH

NPM. A. 21212026

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK

2012
KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN BARAT

RESORT PONTIANAK

SEKTOR SIANTAN

TELAAHAN STAF

Nomor R/01/I/2013/Polsek Siantan

tentang

Pengembangan Polsek Rural

menjadi polsek urban

I. PERMASALAHAN

Polsek Siantan yang berbatasan langsung dengan kotamadya


pontianak merupakan polsek penyangga karena posisinya yang
menghubungkan ibu kota propinsi dengan beberapa wilayah kabupaten
dikalimantan barat sekaligus merupakan jalur sutera yang
menghubungkan indonesia dengan negara tetangga malaysia dan brunai
darussalam.

Secara geografis,polsek siantan memiliki wilayah penugasan yang


cukup luas yang terdiri dari 5 desa dengan luas yaitu 324.30 KM2
dengan jumlah penduduk 49.787 jiwa sesuai statistik 2012. Dari jumlah
penduduk tersebut profesi terbesar sebagai petani dan buruh.
Sedangkan dari sisi kualitas pendidikan SDM yang ada, rata-rata tidak
tamat SD dan SD. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap
implementasi tugas polri sesuai Undang-undang NO.13 tahun 2002.
Selain itu wilayah hukum polsek siantan adalah kawasan industri
yang sangat berpotensi terjadinya gangguan kamtibmas. Untuk itu dalam
kerawanan yang cukup tinggi, diperlukan adanya kemampuan baik itu
sarana,prasarana,kekuatan dan kemampuan personil yang ada sehingga
mampu menjawab tantangan tugas kedepan dan memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat.

Dengan keterbatasan sarana,prasarana dan kekuatan personil saat


ini, tentulah sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan,
apalagi bila dilihat dari posisi polsek siantan yang memiliki dusun cukup
banyak dengan jangkauan yang jauh serta akses jalan yang masih
belum memadai,dan minimnya personil, tentulah menjadi salah satu
kendala dan memperlambat kecepatan dalam bertindak dilapangan
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. HAl tersebut tentulah
menjadi satu pemikiran yang harus dipertimbangkan dengan
meningkatkan tipe polsek rural menjadi polsek urban dengan dukungan
sarana,prasarana,dan personil yang memadai.

II. FAKTA

Sebagai Polsek yang memiliki wilayah cukup luas dan terdiri dari
masyarakat yang majemuk, serta berbatasan langsung dengan
kotamadya, tentu sangat berpeluang bagi pelaku kriminal untuk
beroperasi diwilayah hukum polsek siantan, serta rawan terjadinya
konflik sosial. Hal tersebut memerlukan perhatian serius sehingga setiap
gejala yang akan timbul dapat terdeteksi dengan cepat dan teratasi
sebelum menjadi luas.

Disamping itu dalam upaya pencegahan diperlukan jumlah personil


yang cukup dan mampu bersosialisasi dan berinteraksi sosial dengan
baik serta memiliki kemampuan untuk bisa mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan penggalangan - penggalangan dengan baik untuk
menjadi masyarakat yang sadar hukum.

Adapun fakta yang mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas


dilapangan antara lain terdiri dari:

a. Tugas Pokok Polsek

Menyelenggarakan tugas pokok polri dalam memelihara


keamanan dan ketertiban masyarakat,penegak hukum,memberi
perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, serta
memelihara keamanan dan ketertiban.

b. Pembinaan Organisasi

Dalam struktur Organisasi terdiri dari beberapa unit antara lain:

- Unit Binmas

_ Unit Intel

- Unit Reserse

- Unit Sabhara

_ Unit Lantas

- Unit Provos

_ Kasi Humas

_ Kasium

- SPK

- Kasubsektor

c. Pembinaan Latihan

Menyelenggarakan latihan-latihan singkat berkaitan dengan


safety reading kepada secuirity perusahan-perusahaan yang
ada diwilayah hukum polsek siantan,serta berusaha
meningkatkan kemampuan personil dengan mengikutsertakan
dalam berbagai pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dinas

d. 1) Pembinaan lainnya melibatkann peran FKPM dalam


penyelesaian masalah, dan pembinaan serta memberikan
latihan kepada kelompok paskibra, serta melaksanakan
penyuluhan-penyuluhan dan memberikan himbauan- himbauan

2) Kemampuan Dan kekuatan Personil ( terlampir)

3) Data Materiel / Inventaris Yang Dimiliki (terlampir)

4) Data Gangguan Kamtibmas 3 (tiga) tahun terakhir (


terlampir)

III. DISKUSI

1. Luas wilayah tidak sesuai dengan personil yang ada

2. Sarana dan prasarana belum memadai

3. Jangkauan wilayah tertentu cukup jauh dan akses jalan yang


belum memadai

4. Keterbatasan personil berakibat pada penjabaran tugas


rangkap

5. Tarap hidup masyarakat masih rendah dan berimpllikasi


rentan konfik sosial

6. Wilayah industri yang berpeluang terjadinya kasus kriminal


dan kesenjangan sosial yang mana posisi - posisi penting,staf,dan
jabatan tertentu diduduki oleh orang luar sementara untuk buruh
rata-rata mempekerjakan masyarakat lokal karena kualitas
pendidikan dan non skill.

7. Memiliki wilayah pemukiman penduduk ex kerusuhan sambas


dan ex G.30 S/PKI yang perlu terus dipantau

8. Peran aktifnya tokoh masyarakat dalam menyikapi


setiap permasalahan yang terjadi masih kurang

9. Minimnya anggaran untuk mendukung kegiatan operasinal


polsek siantan.
IV. KESIMPULAN

Polsek Siantan merupakan salah satu ujung tombak


pelaksanaan tugas polri memerlukan dukungan yang memadai baik
dalam dukungan sarana prasarana,personil,dan piranti-piranti lainnya.
Jumlah penduduk yang cukup banyak serta wilayah yang cukup luas
tentu membutuhkan kehadiran polri ditengah-tengah masyarakat
sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat dalam memberikan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan
hukum,pelindung pengayom dan pelayan masyarakat serta penegakan
hukum, namun pada faktanya personil yang ada tidak sebanding
sehingga diperlukan penambahan personil yang cukup agar masyarakat
dapat terlayani dengan baik.

Kultur,tipikal masyarakat,serta kualitas SDM yang minim, sangat


mempengaruhi tugas polsek siantan terutama dalam penerapan dan
penegakan hukum sehingga upaya preemtif dan prepentif terus
dikembangkan untuk menjadikan masyarakat yang taat dan sadar
hukum.

Luas wilayah,gangguan-gangguan keamanan yang terjadi serta


geografis polsek siantan saat ini sangat memungkinkan adanya
perubahan tipe polsek rural menjadi urban,namun hal ini perlu dikaji
kembali mengingat desa yang dimiliki hanya 5 (lima ) desa yang telah
terpecah dengan Polsek Segedong yang membawahi 6 (Enam ) desa.

Sebagai jalur sutera dan yang menghubungkan kalimantan barat


dengan negara tetangga juga merupakan kawasan industri , tentunya
memiliki kerawanan yang cukup tinggi, sehingga diperlukan sarana roda
empat yang baik guna mengantisipasi gangguan keamanan,menekan
dan mencegah terjadinya kriminalitas, serta kualitas SDM polri yang
cukup, dukungan anggaran yang memadai ,niscaya kehadiran polri
ditengah-tengah masyarakat terutama dalam memberikan pelayanan
akan dirasakan oleh masyarakat sehingga visi dan misi polri akan
terwujud seperti yang diharapkan.
V. SARAN

Secara fakta polsek siantan hanya membawahi 5 desa dalam


pembinaan dan operasionalnya, tetapi ditiinjau dari tingkat kerawanan
cukup tinggi . Hal tersebut dapat diminimalisir dengan penambahan
personil untuk ditempatkan pada titik rawan tentunya dengan
peningkatan tipe polsek,penambahan sarana pendukung operasional
polsek dan dukungan anggaran yang cukup.

Demikian telaahan staf ini dibuat untuk memberikan gambaran


pada pimpinan dalam mengambil keputusan serta dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

DIBUAT DIJUNGKAT

Pada tanggal Januari 2013

KEPALA KEPOLISIAN SEKTOR JUNGKAT

LUSIANA FENI, SH

IPTU NRP. 72080029

Anda mungkin juga menyukai