Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja
ini merupakan terjemahan dari “ Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai
lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi
masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya.
(Amarudin , 2006)
Tujuan akhir dari kesehatan kerja untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Industri informal di bidang jasa yang akhir-
akhir ini banyak diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha
konvenksi pakaian. Usaha ini dipilih karena di Jakarta semakin banyak jumlah
permintaan pakaian jadi wanita, pria, anak, pakaian olahraga, kebutuhan organisasi dan
lembaga maupun pakaian-pakaian partai politik. Umumnya, perusahaan-perusahaan konv
eksi mempergunakan bahan baku berupa tekstil dari bermacam-macam jenis,seperti katun
, kaos, linen, polyester, rayon,dan bahan bahan syntesis lain ataupun campuran dari jenis
bahan-bahan tersebut.Serta alat-alat yang biasanya digunakan yaitu berupa mesin potong,
mesin jahit, alat sablon, setrika, jarum jahit, kursi kerja, papan potong bahan, meja setrika
dan meja pengepakan.Sehingga bahanbahan dan alat yang dipegunakan dalam mengelola
industri perusahaan konveksi ini, dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas.
Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif
antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas
dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic) dan sebagainnya. (Amarudin , 2006)
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tercantum dalam undang-undang kieselamatan kerja No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Dalam undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan,m pasal
23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat
kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan , mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit
menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Depkes,2004
Dari hasil pengambilan data dengan kuisoner mendapatkan hasil tentang
penggunaan Alat Pelindung Diri saat bekerja 76.5% karyawan mengatakan tidak
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Dari hasil data kuisoner mengenai posisi
pada saat bekerja 70.6% karyawan mengatakan bekerja dengan posisi duduk, sedangkan
masalah kesehatan yang dirasakan karyawan saat bekerja 76.5% mengatakan Nyeri Pada
pinggang.
Dari hasil wawancara dengan pemilik CV. Konveksi Jakarta Selatan, tentang
penggunaan alat pelindung diri bagi karyawan saat bekerja dan pelatihan atau pendidikan
tentang keselamatan kesehatan kerja (P3K) , pemilik mengatakan karyawannya belum
menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja, dan belum pernah mengadakan
pelatihan atau pendidikan keselamatan kesehatan kerja.
Dengan demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha konveksi
pakaian,tambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja dan
pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri masalah K3 akan muncul pada usaha
konveksi pakaian tersebut. (Kurniawidjaja, 2010)
Dari berbagai potensi bahaya tersebut , maka kami sebagai mahasiswa profesi
keperawatan ( Ners) STIKIM , merasa perlu diadakannya penyuluhan K3 bagi pekerja
terlebih pekerja yang belum mengetahui pentingnya K3 bagi mereka.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) pada usaha konveksi pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pada usaha konveksi
pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan
b. Untuk mengetahui faktor resiko dari setiap proses produksi dari CV. Konveksi
Jakarta Selatan
c. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu
kesehatan pekerja di usaha konveksi pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan.
d. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan pada para pekerja di usaha
konveksi pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan
e. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja usaha konveksi
pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan
f. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada para pekerja di usaha konveksi
pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan.
g. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian pimpinan perusahaan
tentang K3 di tempat kerja CV. Konveksi Jakarta Selatan.
h. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan pada usaha konveksi pakaian CV. Konveksi Jakarta Selatan.
i. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan,
pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah
diadakan) di CV. Konveksi Jakarta Selatan.
j. Untuk mengetahui cara mengatasi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di
industri konveksi CV. Konveksi Jakarta Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya.
(Amarudin , 2006).
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus
pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun
lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku
yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan
berbahaya. (Amarudin , 2006)
Program K3 di tempat konveksi pakaian bertujuan untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan
pekerja, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar tempat konveksi pakaian.
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002)
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja (Ramli,
Soehatman. 2010).
Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja yaitu :
a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
b. baik secara fisik, sosial dan psikologis.
c. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
d. dan seefektif mungkin.
e. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
f. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja.
g. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
h. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
i. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja (Ramli,
Soehatman. 2010)
2.2. Indentifikasi Hazard Umum
Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja ada satu kata
yang selalu harus diingat yaitu ”Pencegahan merupakan cara yang paling efektif” artinya
mencegah terjadinya kecelakaan berarti sudah tercapai tujuan menhindari kecelakaan itu
sendiri. (Amarudin , 2006)
Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di tempat konveksi pakaian.
a. Hazard lingkungan kerja proses pemasokan barang dan gudang bahan, dapat
berpotensi pekerja terkena polusi udara dan debu dari bahan-bahan konveksi,
bahaya kebakaran maupun kecelakaan lalu lintas pada proses pemasokan.
b. Hazard lingkungan kerja pemotongan bahan dapat menimbulkan kecelakaan
ketika pekerja melakukan pemotongan pola dari bahan-bahan yang akan menjadi
pakaian, beresiko untuk cedera tersengat arus listrik, kebakaran akibat konsleting.
c. Hazard lingkungan kerja penggunaan mesin jahit terdapat aktivitas berulang
berupa menjahit yang dapat beresiko terkenanya jarum, kebisingan, getaran,
tersengat arus listrik, kebakaran, jari tergunting, serta nyeri pada pergelangan
tangan.
d. Hazard lingkungan kerja proses finishing beresiko pada pekerja untuk terjadi
cedera.
e. Hazard lingkungan kerja penyablonan pakaian dapat berpotensi pekerja
terpapar bahan kimia dari proses konveksi, gangguan pernafasan, gangguan.
penglihatan akibat kelelahan bekerja pada komputer, tangan terkena setrika,
tersengat arus listrik.
f. Hazard lingkungan kerja packing pada proses ini para pekerja melakukan
pengepakan maupun pembungksan dari produk konveksi dan harus dilakukan
dengan cepat sehingga kesenpatan untuk terjadinya kecelakaan kerja sangat besar.
g. Hazard lingkungan kerja proses distribusi: beresiko terjadinya kecelakaan lalu
lintas
h. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk di dapat
pekerja selama melakukan aktivitasnya.
i. Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan proses konveksi secara
manual dan terus menerus dalam posisi yang membungkuk, tidak nyaman, statis
dan berulang.
j. Hazard perilaku merokok muncul pekerja sering merokok baik pada saat
bekerja maupun tidak bekerja.
k. Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang
banyak mengandung lemak jenuh didapatkan karena sistem kerja 24 jamadanya
pengaturan waktu kerjamengakibatkan jadwal makan pekerjateratur.
l. Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja didapatkan karena
fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.

2.3. Alat Pelindung


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut alat
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha
akhir. Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar
dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.
Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat kerja oleh pekerja konveksi
pakaian, sesuai dengan faktor hazard yang ada berupa alat pelindung kepala, melindungi
rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang berputar; helm melindungi kepala dari
benturan benda keras; alat pelindung mata, digunakan untuk melindungi mata dari
terkena patahan jarum,serta melindungi mata agar terkena debu; pelindung tangan berupa
sarung tangan, hal ini penting ada untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam serta
benda yang berat, sepat boot, celemek serta masker dan google. (Fatdriati, 2012)
2.4. Kesediaan Obat P3K
Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap
tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan.
Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian,
mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan. (Ramli, Soehatman,
2010).
2.5. Pemeriksaan Kesehatan
Petugas K3 harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah
memiliki sertifikasi. (Ramli, Soehatman, 2010).
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat
secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit
menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin,
serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. (HIMU, 2010).
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun
sekali.Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang
melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus juga
dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa dimulai pada tanggal 01 - 05 Agustus 2019
diwilayah RT 09/RW 07 yang terdiri dari 17 karyawan kerja. Kemudian mahasiswa
melakukan perhitungan sampel dengan tehnik Total Slamping yang dimana semua
karyawan Cv. Konveksi Jakarta Selatan menjadi Responden.
B. Hasil wawancara
Dari hasil wawancara dengan Pemilik Cv. Konveksi Jakarta Selatan dengan list
pertanyaan Sbb:
a. Kapan usaha ini pertama kali dimulai, pemilik mengatakan sejak tahun 2012
b. Apakah usaha ini sudah mendapat izin, pemilik mengatakan lokasi tempat CV
konveksi Jakarta Selatan adalah lokasi hijau yang dimana tidak diberikan izin
namun tidak dilarang dalam pelaksanaan produksi.
c. Berapa jumlah pekerja dalam usaha ini, pemilik mengatakan ada 12 pekerja tetap
5 orang pekerja borongan.
d. Masalah kesehatan apa saja yang di temukan pada para pekerja, pemilik
mengatakan karyawannya sering Mengeluh sakit Meriang
e. Apakah para pekerja memiliki asuransi kesehatan, pemilik mengatakan Tidak
namun jika ada karyawannya yang sakit yang dianytarkan ke klinik atau rumah
sakit.
f. Apakah para pekerja pernah mengikuti pelatihan keselamatan kerja, Alat
Pelindung Diri (APD) dan penyuluhan mengenai masalah kesehatan, pemilik
mengatakan karyawannya jarang menggunakan APD bahkan tidak pernah
menggunakan APD saat bekerja , dan belum ada pelatihan/pendidikan mengenai
Keselamatan Kesehatan Kerja ( P3K ).
g. Apakah alat–alat pabrik sering dibersihkan setelah digunakan, Pemilik
mengatakan selalu dibersikan alat-alat pabrik setelah digunakan.
h. Apakah beban kerja dipabrik seimbang tenaga kerja, pemilik mengatakan
seimbang tenagan kerja.
i. Dimana tempat pembuangan limbah pabrik, pemilik mengatakan untuk
pembuangan limbah ada orang yang mengambilnya atau dibayar perbulan.
C. Hasil observasi

D. Hasil Angket
I. DATA DEMOGRAFI
A. Usia responden

Usia Frekuensi Persent %


17-25 tahun 10 58.8 9%
10%
26-35 tahun 2 11.8
36-45 tahun 3 17.6 23% 58%
46-55 tahun 1 5.9
> 65 tahun 1 5.9
Total 17 100.0
Berdasarkan data diatas, usia karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan sebagian besar
berusia 17 – 25 Tahun yaitu sebanyak 58.8% (10 orang).

B. Jenis kelamin

Jk Frekuensi Persent %
laki-laki 17 100.0
Berdasarkan data diatas, usia karyawan di Cv. Konveksi Jakarta semua berrjenis kelamin
Laki-laki

C. Pendidikan terakhir

Pnddkn Frekuensi Persent %


SD 5 29.4
SMP 6 35.3
SMA 3 17.6
TIDAK
3 17.6
SEKOLAH
Total 17 100.0
Berdasarkan data diatas, Pendidikan Terakhir karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar Pendidikan Terakhir SMP yaitu sebanyak 35,3% (6 orang).
D. Status pernikahan

Status Frekuensi Persent %


Menikah 8 47.1
Belum
9 52.9
Menikah
Total 17 100.0
Berdasarkan data diatas, Status Pernikahan karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar belum Menikah yaitu sebanyak 52,9% (9 orang).

II. RIWAYAT PEKERJAAN DAN EKONOMI


1. Berapa lama bekerja

L.Bekerja Frekuensi Persent %


< 1 tahun 5 29.4
2-3 tahun 3 17.6
3-5 tahun 2 11.8
> 5 tahun 7 41.2
Total 17 100.0
Berdasarkan data diatas, lama bekerja karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar lama bekerja lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 41,2% (7 orang).

2. Riwayat pekerjaan sebelumnnya

Riwayat Frekuensi Persent %


Ya 4 23.5
Tidak 13 76.5
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, riwayat pekerjaan karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar karyawan tidak memiliki riwayat pekerjaan yaitu sebanyak 76,5% (13
orang).

3. Jabatan di tempat kerja

Jabatan Frekuensi Persent %


Karyawan 17 100.0

Berdasarkan data diatas, jabatan semua responden adalah karyawan di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan .
4. Transportasi ke tempat kerja

Transportasi Frekuensi Persent %


jalan kaki 10 58.8
sepeda 1 5.9
motor 2 11.8
angkot 4 23.5
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, transportasi ke tempat kerja karyawan di Cv. Konveksi Jakarta
Selatan sebagian besar karyawan berjalan kaki yaitu sebanyak 58,8% (10 orang).

5. Berapa lama bekerja dalam I minggu

Lama bekerja Frekuensi Persent %


5 hari 1 5.9
6 hari 6 35.3
7 hari 10 58.8
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, lama karyawan bekerja dalam I minggu di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan sebagian besar karyawan bekerja 7 Hari dalam seminggu yaitu
sebanyak 58,8% (10 orang).

6. Shift kerja di tempat kerja

Shift Frekuensi Persent %


ada 3 17.6
tidak 11 64.7
kadang-kadang 3 17.6
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, shift kerja karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan sebagian
besar tidak ada Shift karyawan yaitu sebanyak 64,7% (11 orang).
7. Berapa jam bekerja dalam sehari

Jam kerja Frekuensi Persent %


2-4 jam/hari 3 17.6
4-6 ja/hari 2 11.8
>6 jam/hari 12 70.6
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, Jam Kerja karyawan dalam sehari di Cv. Konveksi Jakarta
Selatan sebagian besar jam kerja karyawan >6 jam/hari yaitu sebanyak70,6% (12orang).

8. Berapa jam waktu istirahat dalam sehari

Jam istirahat Frekuensi Persent %


< 1 jam 3 17.6
1 jam 12 70.6
> 1 Jam 2 11.8
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, jam istirahat karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar jam istirahat karyawan dalam sehari 1 Jam yaitu sebanyak 70,6% (12
orang).

9. Apakah puas dengan gaji yang diberikan

Kepuasan Frekuensi Persent %


Ya 16 94.1
Tidak 1 5.9
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, kepuasan karyawan dengan gaji yang dibverikan di Cv.
Konveksi Jakarta Selatan sebagian besar karyawan mengatakan puas yaitu sebanyak
94,1% ( 16 orang).

10. Apakah ada BPJS kerja yang di berikan di tempat kerja

Usia Frekuensi Persent %


Ya 2 11.8
Tidak 15 88.2
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, BPJS karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan sebagian
besar BPJS Karyawan tidak diberikan yaitu sebanyak 88,2% (15orang).
III. PENYAKIT DAN ERGONOMI
1. Posisi dalam bekerja

posisi Frekuensi Persent %


Berdiri 4 23.5
Duduk 12 70.6
Membungkuk 1 5.9
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, posisi karyawan dalam bekerja di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar posisi duduk pada saat bekerja yaitu sebanyak 70,6 % (12orang).

2. Lamanya berganti posisi dalam bekerja

Lama Ganti Frekuensi Persent %


Posisi
> 15 Menit 3 17.6
15 Menit 13 76.5
> 15 Menit 1 5.9
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, lamanya berganti posisi karyawan saat bekerja di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan sebagian besar lama berganti posisi15 menit yaitu sebanyak 76,5%
(13orang).

3. Masalah kesehatan yang di rasakan saat bekerja

Masalah kesehatan Frekuensi Persent %


Nyeri pinggang 13 76.5
Nyeri sendi 1 5.9
Lain-lain 3 17.6
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, masalah kesehatanyang dirasakan karyawan di Cv. Konveksi


Jakarta Selatan sebagian besar karyawan mengatakan nyeri pinggang yaitu sebanyak
76,5% (13 orang).
4. Penyakit yang di derita selama bekerja

Penyakit Frekuensi Persent %


Batuk 3 17.6
Gatal-Gatal 7 41.2
Rematik 4 23.5
Lainnya 3 17.6
Total 17 100.0

Berdasarkan data diatas, Pendidikan Terakhir karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar Pendidikan Terakhir SMP yaitu sebanyak 35,3% (6orang).

5. Pekerja menderita penyakit tulang akibat pekerjaan

Penyakit Frekuensi Persent %


Ya 5 29.4
Tidak 12 70.6
Total 17 100.0

IV. LINGKUNGAN KERJA


1. Polusi udara di tempat kerja

Polusi udara Frekuensi Persent %


Ada 11 64.7
Tidak 6 35.3
Total 17 100.0

2. Sistem antisipasi kebakaran di tempat kerja ( tabung APAR )

APAR Frekuensi Persent %


Ada 5 29.4
Tidak 12 70.6
Total 17 100.0

3. Ada binatang berkeliaran di tempat kerja

Hewan Frekuensi Persent %


berkeliaran
Ada 11 64.7
Tidak 6 35.4
Total 17 100.0

4. Suhu tempat kerja


Suhu Frekuensi Persent %
Lembab 1 5.9
Panas 10 58.8
Sejuk 6 35.3
Total 17 100.0

5. Kondisi penerangan di tempat kerja

Penerangan Frekuensi Persent %


kurang 2 11.8
cukup 15 88.2
Total 17 100.0

6. Keaadan ventilasi di tempat kerja

Ventilasi Frekuensi Persent %


kurang 2 11.8
cukup 9 52.9
baik 6 35.3
Total 17 100.0

7. Tingkat kebisingan tempat kerja

Usia Frekuensi Persent %


bising 7 41.2
sangat bising 4 23.5
tidak ada kebisingan 6 35.3
Total 17 100.0

8. Pengolahan limbah hasil kerja

Usia Frekuensi Persent %


ditimbun 6 35.3
dibakar 4 23.5
dibuang
1 5.9
diselokan/sungai
lain-lain 6 35.3
Total 17 100.0

V. PERILAKU HIDUP SEHAT


1. Sarapan sebelum bekerja

Sarapan Frekuensi Persent %


ya 14 82.4
tidak 3 17.6
Total 17 100.0

2. Pekerja mengkonsusmsi makanan bergizi setiap harinya

Makanan Frekuensi Persent %


bergizi
ya 16 94.1
tidak 1 5.9
Total 17 100.0

3. Apakah tempat kerja di rasakan luas oleh pekerja

Luas Frekuensi Persent %


luas 17 100.0

4. Pekerja melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja

Cuci tangan Frekuensi Persent %


ya 16 94.1
tidak 1 5.9
Total 17 100.0

5. Pekerja merokok pada saat bekerja

Merokok Frekuensi Persent %


ya 12 70.6
tidak 5 29.4
Total 17 100.0

6. Darimana pekerja memperoleh makanan untuk dikonsumsi

Makanan Frekuensi Persent %


kantin 7 41.2
membeli diluar
3 17.6
tempat kerja
memasak sendiri 7 41.2
Total 17 100.0
7. Pekerja melakukan olahraga fisik secara rutin

Olahraga Frekuensi Persent %


ya 11 64.7
tidak 6 35.3
Total 17 100.0

8. Ada kegiatan pemberantasan nyamuk di tempat kerja

Nyamuk Frekuensi Persent %


ada 15 88.2
tidak ada 2 11.8
Total 17 100.0

9. Keadaan air bersih di tempat kerja

Air bersih Frekuensi Persent %


tidak ada 1 5.9
ada 16 94.1
Total 17 100.0

10. Tersedia jamban sehat di tempat kerja

Jamban Frekuensi Persent %


tersedia 15 88.2
tidak
2 11.8
tersedia
Total 17 100.0

11. Tempat sampah di tempat kerja

Tempat Frekuensi Persent %


sampah
ada 17 100.0

12. Pekerja membuang sampah di tempat sampah

Membuang Frekuensi Persent %


ya 17 100.0
13. Penggunaan APD sebelum bekerja

APD Frekuensi Persent %


ya 10 58.8
tidak 7 41.2
Total 17 100.0

VI. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


1. Apakah lingkungan tempat kerja aman

Lingkungan Frekuensi Persent %


ya 16 94.1
tidak 1 5.9
Total 17 100.0

2. Apakah sistem atau alat keamanan tersedia

Keamanan Frekuensi Persent %


ya 13 76.5
tidak 4 23.5
Total 17 100.0

3. Apakah ada alat pemadam kebakaran di tempat kerja

APAR Frekuensi Persent %


ya 6 35.3
tidak 11 64.7
Total 17 100.0

4. Apakah ada alat transportasi yang tersedia

Transportasi Frekuensi Persent %


ya 15 88.2
tidak 2 11.8
Total 17 100.0

5. Jenis alat transportasi yang tersedia

Usia Frekuensi Persent %


motor 12 70.6
mobil pribadi 2 11.8
transport umum 3 17.6
Total 17 100.0

VII. POLITIK DAN PEMERINTAHAN


1. Apakah anda memilikmi BPJS kesehatan

BPJS Frekuensi Persent %


ya 6 35.3
tidak 11 64.7
Total 17 100.0

2. Apakah kartu BPJS di manfaatkan setiap berobat

BPJS Frekuensi Persent %


ya 7 41.2
tidak 10 58.8
Total 17 100.0

VIII. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


1. Apakah setiap bekerja mnenggunakan APD

APD Frekuensi Persent %


ya 4 23.5
tidak 13 76.5
Total 17 100.0

2. Apakah setiap bekerja menggunakan masker,kaca mata, sarung tangan

APD Frekuensi Persent %


selalu 2 11.8
jarang 15 88.2
Total 17 100.0

3. Apakah APD sudah dapat melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja

APD Frekuensi Persent %


ya 12 70.6
tidak 5 29.4
Total 17 100.0

4. Apakah APD sudah dapat melindungi pekerja dari kecelakaan kerja

APD Frekuensi Persent %


ya 14 82.4
tidak 3 17.6
Total 17 100.0

5. Pendidikan atau pelatihan tentang APD

APD Frekuensi Persent %


pernah 7 41.2
belum pernah 10 58.8
Total 17 100.0

6. Apakah penggunaan APD saat bekerja itu penting

APD Frekuensi Persent %


ya 14 82.4
tidak 3 17.6
Total 17 100.0

7. Apakah hari ini anda menggunakan APD

APD Frekuensi Persent %


ya 3 17.6
tidak 14 82.4
Total 17 100.0

IX. KECELAKAAN KERJA


1. Apakah pekerja pernah mengikuti pelatihan keselamatan kerja

Usia Frekuensi Persent %


pernah 9 52.9
tidak pernah 8 47.1
Total 17 100.0
2. Apakah pekerja pernah mengalami kecelakaan di tempat kerja

Usia Frekuensi Persent %


pernah 8 47.1
tidak pernah 9 52.9
Total 17 100.0

3. Apakah pekerja tahu tentang P3K

P3K Frekuensi Persent %


tahu 14 82.4
tidak tahu 3 17.6
Total 17 100.0

4. Apakah di tempat kerja mempunyai fasilitas P3K

P3K Frekuensi Persent %


ada 13 76.5
tidak ada 4 23.5
Total 17 100.0

5. Apakah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan di tempat kerja

Pendidikan Frekuensi Persent %


pernah 9 52.9
belum pernah 8 47.1
Total 17 100.0

6. Apakah pekerja terpajan zat-zat berbahaya di tempat kerja

Zat Berbahaya Frekuensi Persent %


ya 14 82.4
tidak 3 17.6
Total 17 100.0

7. Zat berbahaya apa yang menggangu pekerja

Usia Frekuensi Persent %


asap 1 5.9
limbah pabrik 1 5.9
bakteri/virus 2 11.8
panas 13 76.5
Total 17 100.0

X. KOMUNIKASI DAN REKREASI


1. Apakah sesama karyawan selalu saling menyapa ketika bertemu

Komunikasi Frekuensi Persent %


ya 17 100.0

2. Apakah informasi dari pemilik/pemimpinan dapat dipahami dengan baik

Komunikasi Frekuensi Persent %


ya 17 100.0

3. Komunikasi pemimpin dan karyawan terjalin dengan baik

Komunikasi Frekuensi Persent %


ya 17 100.0

4. Cara menyampaikan pendapat

Pendapat Frekuensi Persent %


lisan 5 29.4
tertulis 1 5.9
Diskusi 11 64.7
Total 17 100.0

5. Karyawan mendapat jata libur atau cuti

Libur/cuti Frekuensi Persent %


ya 15 88.2
tidak 2 11.8
Total 17 100.0

6. Berapa jam istirahat

Jam Frekuensi Persent %


<2 jam 13 76.5
>2 jam 4 23.5
Total 17 100.0
7. Karyawan puas dengan jam istirahat

Kepuasan Frekuensi Persent %


ya 14 82.4
tidak 3 17.6
Total 17 100.0

8. Family gathering

Family Frekuensi Persent %


ya 11 64.7
tidak 6 35.3
Total 17 100.0
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hazard Pada Saat Pemasokan dan Penyimpanan Bahan Baku


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses pemasokan dan penyimpanan bahan baku
berjumlah 2 orang. Tata ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan
ukuran ruangan tempat beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa
mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini
dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang berada disekitar pekerja terutama debu yang berada ditempat
penyimpanan bahan dengan tumpukan bahan yang hanya ditumpuk saja, pekerja
tidak memakai alat pelindung seperti masker. Pajanan hazard kimia meningkat
karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya adalah jamur dan parasit. Dari hasil survey didapatkan
bahwa pekerja masih rentan untuk terkena infeksi jamur dan parasit yang berasal dari
bahan kain konveksi.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Para pekerja melakukan
aktivitas yang berulang, mengangkat barang-barang bahan baku ke gudang. Dari cara
bekerja pula, hasil survey menunjukkaan bahwa pekerjadi tuntut untuk lebih sering
berdiri dan membungkuk.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

4.2. Hazard Pada Proses Obras dan Jahit


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 3 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri. Keb
isingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini berkaitan de
ngan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.
Peralatan kerja yang digunakan pada saat menjahit seperti gunting tidak dilengkapi
dengan pengaman. Oleh sebab itu tingkat terjadinya cedera pada tangan semakin
tinggi untuk pengunaan gunting dalam jangka waktu yang lama.
Pada usaha penjahitan tidak dipungkiri adanya paparan getaran yang disebabkan
karena dynamo mesin yang digunakan untuk menggerakkan mesin jahit. Untuk itu
perlu adanya perhatian khusus sehingga tidak mengakibatkan penyakit akibat kerja
seperti kaki menjadi kaku dan kehilangan indra perasa (disfungsi saraf).

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Seorang penjahit memang
dituntut untuk duduk lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti SPG. Kondisi penjahit
yang dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta leher
menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja.
Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut tegangan pada kaki rendah, sikap
tak alami dapat dihindari, konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan peredaran darah
hanya sedikit. Akan tetapi untuk posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa
adanya refleksi otot punggung dapat mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

4.3. Hazard Pada Proses Finishing (Buang Benang)


a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 1 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekerja itu sendiri.
Kebisingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini berkaita
n dengan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
finishing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.4. Hazard Pada Proses Sablon (cat sablon)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses sablon berjumlah 3 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses penyablonan, disamping itu bahan baku sablon terutama
bahan-bahan kimia sangat dekat dengan pekerja ini disebabkan ruangan penyablonan yang sangat
sempit. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak
kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi
beberapa barang penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri
yang semakin mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada
pekerja.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Bahan baku dalam proses
penyablonan menggunakan bahan kimia sebagai pewarna, disamping itu juga digunakan bahan
kimia pembersih cat warna yang hampir setiap waktu para pekerja akan terpajan dengan zat-zat
tersebut.. Akibat dari penggunaan bahan kimia tersebut dapat megakibatkan perih pada mata,
pajanan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit, berpengaruh pada pernafasan karena zat yang
dihirup, serta berpengaruh pula pada sistem saraf. Oleh sebab itu, sebaiknya guna alat yang dapat
melindingi mata dari pengaruh bahan kimia tersebut.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pekerja akang dominan
berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta leher menekuk dan
melakukan penyablonan secara berulang sehingga dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
kerja.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

4.5. Hazard Pada Proses Quality Control ( Pakaian Jadi Yang Telah Selesai Di Jahit Dan
Telah Melalui Proses Buang Benang.
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 1 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri. Keb
isingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini berkaitan de
ngan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses quality
control pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

4.6. Hazard Pada Proses Packing (Pakaian jadi dan plastik kemasan)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses packing berjumlah 2 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan
keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit
mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat
pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan tersebut.
Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
packing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

4.7. Hazard Pada Proses Distribusi (pakaian yang telah dikemas dan alat transportasi)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses distribusi berjumlah 2 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan
keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit
mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat
pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan tersebut.
Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja. Disamping itu juga pada proses
distribusi ini pekerja dapat beresiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
Hazard kimia lainnya berupa polusi atau gas buangan yang dikeluarkan oleh kendaran, hal ini dapat
mengakibatkan penyakit pada pekerja jika pekerja terpapar dalam waktu yang relative lama atau
terus menerus seperti gas CO yang adapat mempengaruhi kesehatan.

c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.

d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
distribusi pekerja dominan berada dalam kondisi jongkok, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.

e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.8. Alat yang Digunakan
Jenis alat yang digunakan pekerja selama proses konveksi adalah 3 mesin jahit , 5
alat pencetak sablon , 1 alat komputer, 1 printer, serta beberapa pewarna kimia cat sablon.
Dari hasil survei, mesin yang digunakan masih bagus dan masih berfungsi dengan baik.

4.9 Menggunakan alat pelindung diri selama bekerja


Dari hasil survey didapatkan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang
disediakan saat bekerja. Alat yang harus digunakan berupa masker, sarung tangan karet, ,
sepatu boot, goggle, dan celemek. Namun belum beberapa alat tidak disediakan. Hal ini
menunjukkan bahwa pihak terkait masih perlu menyediakan alat pelindung yang sesuai
demi keselamatan pekerja dan mewajibkan pekerja memakai alat pelindung diri.

4.10 Ketersediaan obat P3K di tempat kerja


Berdasarkan hasil survey, didapatkan tersedianya obat P3K di tempat kerja. Kotak
P3K berisi betadine, kassa, salep, dan minyak kayu putih.

4.11 Pemeriksaan kesehatan dan upaya pengobatan bila sakit


Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan pekerja masih kurang kesadaran
untuk memeriksakan kesehatan secara berkala dan khusus walaupun telah diberikan
kemudahan untuk selalu memeriksakan kesehatan. Para pekerja tidak selalu
memeriksakan kesehatan jika ada keluhan atau sakit. Hal ini menunjukkan bahwa
kesehatan pekerja masih perlu diperhatikan lagi karena ia bisa mempengaruhi kinerja dan
penghasilan mereka.

4.12 Upaya lain perusahaan tentang K3


Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan adanya penyediaan APAR
(pemadam api ringan). Namun hingga saat ini, belum pernah dilakukan penyuluhan,
pelatihan, pemantauan hazard/penyuluhan dan peringatan akan rambu-rambu bahaya
4.13 Keluhan pekerja selama melakukan pekerjaannya
Dari hasil survey didapatkan setiap pekerja yang mempunyai keluhan kesehatan
atau sakit pasti akan mengajukan izin baik secara tertulis seperti surat sakit atau surat cuti
maupaun secara lisan. Dari survey yang dilakukan didapatkan beberapa keluhan pekerja
seperti mata merah karena kelelahan, maupun akibat pewarnaan pada proses sablon serta
debu, keluhan nyeri ulu hati karena pola makan yang tidak teratur, pusing dan sakit
kepala, keluhan nyeri punggung bawah karena cara kerja yang sering membungkuk dan
mengangkat alat-alat berat, keluhan nyeri pada bahu yang menjalar kepergelangan
tangan, keluhan keram-keram pada pergelangan tangan, beberapa pekerja juga sering
mengeluhkan bersin-bersin, serta keluhan gatal pada sela-sela jari tangan.

4.14 Pencegahan dan pengendalian kebakaran


Dari hasil survey untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran di tempat
pencucian telah disediakan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ). Tetapi belum
tersedianya hydrant, detector ( head detector, smoke detector, fire Detector ), alarm,
Springlers dan rambu-rambu evaluasi.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Masih banyak ditemukan pada sistem kerja manual terutama pada jenis pekerjaan
pembuatan pola, pengguntingan kain, pencetakan, penjahitan, pengobrasan dan
numbering yang belum memperhatikan dan memenuhi persyaratan ergonomi
kerja, yang mana ergonomi merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan guna
menghasilkan peralatan maupun metode yang sesuai dengan tubuh manusia
sebagai pemakai.
5.1.2. Sikap kerja pada pekerja di atas yang belum memenuhi persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja, sebab pada sikap kerja yang diamati dapat terjadi
ketegangan otot, tulang, saraf, dan meningkatkan tingkat kelelahan kerja.
5.1.3. Ditemukan adanya bahan yang berpotensi mengganggu kesehatan pekerja seperti
larutan M3, dan larutan lain yang digunakan dalam proses penyablonan.
5.1.4. Pekerja konveksi sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung diri berupa
masker.
5.1.5. Tersedianya kotak P3K ditempat perusahaan konveksi PT. AKSAR yang berisi
betadine, kassa, salep dan minyak kayu putih.
5.1.6. Tidak adanya peraturan yang mewajibkan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala maupun berkala khusus pada pekerja konveksi PT.
AKSAR.
5.1.7. Upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran di tempat pencucian belum
disediakan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), detector ( head detector, smoke
detector, fire Detector ), alarm, Springlers dan rambu-rambu evaluasi.
5.1.8. Pekerja konveksi memiliki beberapa keluhan pekerja seperti sakit punggung
karena sering membungkuk, tangan kram, nyeri ulu hati karena pola makan yang
tidak teratur, nyeri otot lengan atas, bahkan pusing akibat terpapar bahan kimia.
5.1.9. Upaya yang dilakukan berupa cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) namun belum dilaksanakannya upaya berupa penyuluhan, pelatihan,
pemantauan hazard/penyuluhan dan peringatan akan rambu-rambu bahaya.

5.2. Saran
Masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki pada aspek K3 perusahaan
konveksi. Masih perlunya penyuluhan tentang pemakaian alat pelindung diri untuk
kesehatan dan keselamatan kerja. Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat
pelindung diri saat bekerja. Selain itu perlunya dilakukan follow-up atau survey ulangan
untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerja minimal 6 bulan sekali.
Jika ada keluhan pada petugas perusahaan konveksi, sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk mendapatkan penanganan secara tepat.
Pihak atasan juga harus melakukan pengadaan kotak P3K serta memberikan penerangan
tentang penggunaan kotak P3K.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available from:

http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt

2. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja . Jakarta: UIPress

3. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS

18001. Jakarta: Dian Rakyat 3.

4. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pada Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012.

5. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat 4. Aspek kesehatan

dan keselamatan kerja. Available from ; http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-

22832-BAB%20II_fero.pdf

6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM

PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA (HIMU). Jakarta. 2010

Anda mungkin juga menyukai