PENDAHULUAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa dimulai pada tanggal 01 - 05 Agustus 2019
diwilayah RT 09/RW 07 yang terdiri dari 17 karyawan kerja. Kemudian mahasiswa
melakukan perhitungan sampel dengan tehnik Total Slamping yang dimana semua
karyawan Cv. Konveksi Jakarta Selatan menjadi Responden.
B. Hasil wawancara
Dari hasil wawancara dengan Pemilik Cv. Konveksi Jakarta Selatan dengan list
pertanyaan Sbb:
a. Kapan usaha ini pertama kali dimulai, pemilik mengatakan sejak tahun 2012
b. Apakah usaha ini sudah mendapat izin, pemilik mengatakan lokasi tempat CV
konveksi Jakarta Selatan adalah lokasi hijau yang dimana tidak diberikan izin
namun tidak dilarang dalam pelaksanaan produksi.
c. Berapa jumlah pekerja dalam usaha ini, pemilik mengatakan ada 12 pekerja tetap
5 orang pekerja borongan.
d. Masalah kesehatan apa saja yang di temukan pada para pekerja, pemilik
mengatakan karyawannya sering Mengeluh sakit Meriang
e. Apakah para pekerja memiliki asuransi kesehatan, pemilik mengatakan Tidak
namun jika ada karyawannya yang sakit yang dianytarkan ke klinik atau rumah
sakit.
f. Apakah para pekerja pernah mengikuti pelatihan keselamatan kerja, Alat
Pelindung Diri (APD) dan penyuluhan mengenai masalah kesehatan, pemilik
mengatakan karyawannya jarang menggunakan APD bahkan tidak pernah
menggunakan APD saat bekerja , dan belum ada pelatihan/pendidikan mengenai
Keselamatan Kesehatan Kerja ( P3K ).
g. Apakah alat–alat pabrik sering dibersihkan setelah digunakan, Pemilik
mengatakan selalu dibersikan alat-alat pabrik setelah digunakan.
h. Apakah beban kerja dipabrik seimbang tenaga kerja, pemilik mengatakan
seimbang tenagan kerja.
i. Dimana tempat pembuangan limbah pabrik, pemilik mengatakan untuk
pembuangan limbah ada orang yang mengambilnya atau dibayar perbulan.
C. Hasil observasi
D. Hasil Angket
I. DATA DEMOGRAFI
A. Usia responden
B. Jenis kelamin
Jk Frekuensi Persent %
laki-laki 17 100.0
Berdasarkan data diatas, usia karyawan di Cv. Konveksi Jakarta semua berrjenis kelamin
Laki-laki
C. Pendidikan terakhir
Berdasarkan data diatas, riwayat pekerjaan karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar karyawan tidak memiliki riwayat pekerjaan yaitu sebanyak 76,5% (13
orang).
Berdasarkan data diatas, jabatan semua responden adalah karyawan di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan .
4. Transportasi ke tempat kerja
Berdasarkan data diatas, transportasi ke tempat kerja karyawan di Cv. Konveksi Jakarta
Selatan sebagian besar karyawan berjalan kaki yaitu sebanyak 58,8% (10 orang).
Berdasarkan data diatas, lama karyawan bekerja dalam I minggu di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan sebagian besar karyawan bekerja 7 Hari dalam seminggu yaitu
sebanyak 58,8% (10 orang).
Berdasarkan data diatas, shift kerja karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan sebagian
besar tidak ada Shift karyawan yaitu sebanyak 64,7% (11 orang).
7. Berapa jam bekerja dalam sehari
Berdasarkan data diatas, Jam Kerja karyawan dalam sehari di Cv. Konveksi Jakarta
Selatan sebagian besar jam kerja karyawan >6 jam/hari yaitu sebanyak70,6% (12orang).
Berdasarkan data diatas, jam istirahat karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar jam istirahat karyawan dalam sehari 1 Jam yaitu sebanyak 70,6% (12
orang).
Berdasarkan data diatas, kepuasan karyawan dengan gaji yang dibverikan di Cv.
Konveksi Jakarta Selatan sebagian besar karyawan mengatakan puas yaitu sebanyak
94,1% ( 16 orang).
Berdasarkan data diatas, BPJS karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan sebagian
besar BPJS Karyawan tidak diberikan yaitu sebanyak 88,2% (15orang).
III. PENYAKIT DAN ERGONOMI
1. Posisi dalam bekerja
Berdasarkan data diatas, posisi karyawan dalam bekerja di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar posisi duduk pada saat bekerja yaitu sebanyak 70,6 % (12orang).
Berdasarkan data diatas, lamanya berganti posisi karyawan saat bekerja di Cv. Konveksi
Jakarta Selatan sebagian besar lama berganti posisi15 menit yaitu sebanyak 76,5%
(13orang).
Berdasarkan data diatas, Pendidikan Terakhir karyawan di Cv. Konveksi Jakarta Selatan
sebagian besar Pendidikan Terakhir SMP yaitu sebanyak 35,3% (6orang).
3. Apakah APD sudah dapat melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja
8. Family gathering
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang berada disekitar pekerja terutama debu yang berada ditempat
penyimpanan bahan dengan tumpukan bahan yang hanya ditumpuk saja, pekerja
tidak memakai alat pelindung seperti masker. Pajanan hazard kimia meningkat
karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung kerja yang telah disediakan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya adalah jamur dan parasit. Dari hasil survey didapatkan
bahwa pekerja masih rentan untuk terkena infeksi jamur dan parasit yang berasal dari
bahan kain konveksi.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Para pekerja melakukan
aktivitas yang berulang, mengangkat barang-barang bahan baku ke gudang. Dari cara
bekerja pula, hasil survey menunjukkaan bahwa pekerjadi tuntut untuk lebih sering
berdiri dan membungkuk.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Seorang penjahit memang
dituntut untuk duduk lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti SPG. Kondisi penjahit
yang dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta leher
menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja.
Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut tegangan pada kaki rendah, sikap
tak alami dapat dihindari, konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan peredaran darah
hanya sedikit. Akan tetapi untuk posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa
adanya refleksi otot punggung dapat mengakibatkan sakit punggung.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
finishing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.4. Hazard Pada Proses Sablon (cat sablon)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses sablon berjumlah 3 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses penyablonan, disamping itu bahan baku sablon terutama
bahan-bahan kimia sangat dekat dengan pekerja ini disebabkan ruangan penyablonan yang sangat
sempit. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak
kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi
beberapa barang penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri
yang semakin mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada
pekerja.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Bahan baku dalam proses
penyablonan menggunakan bahan kimia sebagai pewarna, disamping itu juga digunakan bahan
kimia pembersih cat warna yang hampir setiap waktu para pekerja akan terpajan dengan zat-zat
tersebut.. Akibat dari penggunaan bahan kimia tersebut dapat megakibatkan perih pada mata,
pajanan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit, berpengaruh pada pernafasan karena zat yang
dihirup, serta berpengaruh pula pada sistem saraf. Oleh sebab itu, sebaiknya guna alat yang dapat
melindingi mata dari pengaruh bahan kimia tersebut.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pekerja akang dominan
berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta leher menekuk dan
melakukan penyablonan secara berulang sehingga dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
kerja.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.5. Hazard Pada Proses Quality Control ( Pakaian Jadi Yang Telah Selesai Di Jahit Dan
Telah Melalui Proses Buang Benang.
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses obras dan jahit berjumlah 1 orang. Tata
ruang pada usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat
beraktivitas sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi
kenyamanan dan keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat
megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang
penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Hazard kebisingan akibat mesin jahit dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri. Keb
isingan mungkin tidak menyebabkan penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini berkaitan de
ngan skill akan tetapi kebisingan dapat mempengaruhi kualitas jahitan.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses quality
control pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.6. Hazard Pada Proses Packing (Pakaian jadi dan plastik kemasan)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses packing berjumlah 2 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan
keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit
mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat
pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan tersebut.
Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
packing pekerja dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.7. Hazard Pada Proses Distribusi (pakaian yang telah dikemas dan alat transportasi)
a. Faktor Fisik:
Jumlah pekerja yang bekerja pada proses distribusi berjumlah 2 orang. Tata ruang pada
usaha konveksi ini dari hasil survei yang telah kami lakukan ukuran ruangan tempat beraktivitas
sangat kecil dalam menunjang proses produksi. Hal ini bisa mempengaruhi kenyamanan dan
keleluasaan pekerja. Lingkungan yang tidak kondusif seperti ini dapat megakibatkan pekerja sulit
mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi beberapa barang penyimpanan dan meja tempat
pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin mempersempit ruangan tersebut.
Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja. Disamping itu juga pada proses
distribusi ini pekerja dapat beresiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
b. Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh bahan kimia padat dan uap. Yang termasuk bahan
padat ialah debu yang dihasilkan dari kain baik saat proses pembungkusan dapat mengakibatkan
penyakit jika kita terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar yang berada
disekitar pekerja terutama debu pekerja tidak memakai alat pelindung seperti masker.
Pajanan hazard kimia meningkat karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung
kerja yang telah disediakan.
Hazard kimia lainnya berupa polusi atau gas buangan yang dikeluarkan oleh kendaran, hal ini dapat
mengakibatkan penyakit pada pekerja jika pekerja terpapar dalam waktu yang relative lama atau
terus menerus seperti gas CO yang adapat mempengaruhi kesehatan.
c. Faktor biologis
Hazard biologi penyebabnya pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang
digunakan selama prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat
banyak baketri dan jamur yang bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat
mengakibatkan kemungkinan besar untuk terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
d. Faktor ergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja. Pada saat proses
distribusi pekerja dominan berada dalam kondisi jongkok, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja untuk
posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya refleksi otot punggung dapat
mengakibatkan sakit punggung.
e. Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja, hubungan antara
sesama pekerja, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil
survey didapatkan dilhat dari jadwal pekerja, pekerja dituntut untuk bekerja selama 9
jam dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tanpa ada jam khusus untuk istirahat sehingga
pola makan pekerja tidak teratur. Jadwal harian ini dijalankan setiap hari tanpa ada
hari libur. Beberapa pekerja didapatkan merokok selama bekerja ataupun saat
istirahat. Hubungan sesama pekerja, bawahan dan atasan terjalin baik. Gaji yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
4.8. Alat yang Digunakan
Jenis alat yang digunakan pekerja selama proses konveksi adalah 3 mesin jahit , 5
alat pencetak sablon , 1 alat komputer, 1 printer, serta beberapa pewarna kimia cat sablon.
Dari hasil survei, mesin yang digunakan masih bagus dan masih berfungsi dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Masih banyak ditemukan pada sistem kerja manual terutama pada jenis pekerjaan
pembuatan pola, pengguntingan kain, pencetakan, penjahitan, pengobrasan dan
numbering yang belum memperhatikan dan memenuhi persyaratan ergonomi
kerja, yang mana ergonomi merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan guna
menghasilkan peralatan maupun metode yang sesuai dengan tubuh manusia
sebagai pemakai.
5.1.2. Sikap kerja pada pekerja di atas yang belum memenuhi persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja, sebab pada sikap kerja yang diamati dapat terjadi
ketegangan otot, tulang, saraf, dan meningkatkan tingkat kelelahan kerja.
5.1.3. Ditemukan adanya bahan yang berpotensi mengganggu kesehatan pekerja seperti
larutan M3, dan larutan lain yang digunakan dalam proses penyablonan.
5.1.4. Pekerja konveksi sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung diri berupa
masker.
5.1.5. Tersedianya kotak P3K ditempat perusahaan konveksi PT. AKSAR yang berisi
betadine, kassa, salep dan minyak kayu putih.
5.1.6. Tidak adanya peraturan yang mewajibkan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala maupun berkala khusus pada pekerja konveksi PT.
AKSAR.
5.1.7. Upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran di tempat pencucian belum
disediakan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), detector ( head detector, smoke
detector, fire Detector ), alarm, Springlers dan rambu-rambu evaluasi.
5.1.8. Pekerja konveksi memiliki beberapa keluhan pekerja seperti sakit punggung
karena sering membungkuk, tangan kram, nyeri ulu hati karena pola makan yang
tidak teratur, nyeri otot lengan atas, bahkan pusing akibat terpapar bahan kimia.
5.1.9. Upaya yang dilakukan berupa cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) namun belum dilaksanakannya upaya berupa penyuluhan, pelatihan,
pemantauan hazard/penyuluhan dan peringatan akan rambu-rambu bahaya.
5.2. Saran
Masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki pada aspek K3 perusahaan
konveksi. Masih perlunya penyuluhan tentang pemakaian alat pelindung diri untuk
kesehatan dan keselamatan kerja. Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat
pelindung diri saat bekerja. Selain itu perlunya dilakukan follow-up atau survey ulangan
untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerja minimal 6 bulan sekali.
Jika ada keluhan pada petugas perusahaan konveksi, sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk mendapatkan penanganan secara tepat.
Pihak atasan juga harus melakukan pengadaan kotak P3K serta memberikan penerangan
tentang penggunaan kotak P3K.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available from:
http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt
2. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja . Jakarta: UIPress
3. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
22832-BAB%20II_fero.pdf
6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM