Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KPK3

(Mengidentifikasi masalah keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KPK3
Dosen pengampuh : Raharjo Apryatmoko SKM, M.Kes

Di susun oleh:

Rianto Trisaputro
( 010217A027 )

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
Tindakan Aseptik Dalam Keperawatan

A. Besar Dan Urgesinya Permasalahan

Teknik aseptik/asepsis adalah sebuah penanganan ataupun perlakuan yang


dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme dalam aktifitas medis yang
bisa menyebabkan terjadinya infeksi. Teknik aseptik/asepsis ini bertujuan untuk
menghindari, mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme pada
sebuah permukaan benda hidup atau benda mati yang meliputi: antisepis, desinfeksi,
dan sterilisasi. Dalam aktifitas medis perlakuan ini sangat penting terutama dalam
tindakan operasi ataupun bedah.
Pada umumnya untuk membantu praktisi medis, saat ini sudah banyak beredar
bahan/material antiseptik yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbahaya, berbagai macam sifatnya dari yang bersifat
sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal.
Infeksi terkait pelayanan kesehatan ini biasa dikenal dengan infeksi
nosokomial, yaitu kasus infeksi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit.
Penularan kuman ini terjadi melalui berbagai cara, seperti interaksi langsung maupun
tidak langsung di rumah sakit, antara petugas medis dengan pasien, antara pasien satu
dengan pasien lainnya, atau bahkan pengunjung. Selain itu, penularan juga terjadi
melalui udara, ketika bakteri menempel dengan partikel debu dan terbawa angin ke
seluruh penjuru rumah sakit. Dalam proses ini, bakteri bisa menempel dan berpindah-
pindah ke tempat lain dengan bantuan manusia. Sebagai contoh, dokter yang
memegang gagang pintu setelah menangani pasien, kemudian pengunjung memegang
gagang pintu itu, lalu tertular. Ini berarti infeksi nosokomial terjadi lewat penularan
tangan.
Data WHO menyebutkan, infeksi terkait pelayanan kesehatan ini merupakan
salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan
1,4 juta angka kematian di seluruh dunia. Disebutkan bahwa 10 persen pasien rawat
inap di seluruh dunia mengalami infeksi terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit
dan pusat kesehatan lainnya.
Data dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada 2013 tentang
angka kepatuhan tenaga kesehatan terkait kebersihan tangan pada lima saat penting
menunjukkan, hanya 44 persen dokter dan 68 persen perawat yang cuci tangan
sebelum kontak dengan pasien, kemudian 90 persen dokter dan 98 perawat yang cuci
tangan sebelum melakukan tindakan antiseptik. Kemudian, terdapat 94 persen dokter
dan 90 persen perawat yang cuci tangan setelah menyentuh cairan yang berisiko
tinggi, 53 persen dokter dan 69 persen perawat yang cuci tangan setelah menyentuh
pasien, dan 65 persen dokter dan 79 persen perawat yang cuci tangan setelah kontak
dengan lingkungan di sekitar pasien.

B. Penyebab Permasalahan
1. Jarang / tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
dengan teknik cuci tangan yang efektif sesuai prosedur cuci tangan menurut
WHO (2007) yaitu sebagai berikut ;
a. Basahi tangan dengan air
b. Tuangkan sabu 3-5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan.
c. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
e. Gosok kedua telapak tangan dan sela – sela jari
f. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
g. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya
h. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri
dan sebaliknya
i. Bilas ke dua tangan dengan air
j. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk sekali pakai atau tisu sampai
benar benar kering
k. Gunakan handuk atau tisu untuk menutuk keran air

2. Tidak tersedianya tempat cuci tangan / keterbatasan air untuk mencuci tangan
3. Lupa mengganti Handscoon saat melakukan tindakan keperawatan antara pasien
satu dengan pasien lainnya
4. Tidak menggunakan alat pelindung diri saat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien
5. Kurangnya kesadaran dari tenaga keperawatan tentang tindakan aseptik karena
menganggap hal tersebut adalah hal yang sepele
6. Kurangnya pengalaman atau keterampilan sebagai seorang perawat profesional
7. Padatnya kesibukan perawat sehingga tidak sempat dalam melakukan tindakan
aseptik seperti mencuci tangan dll

C. Dampak Permasalahan
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diakibatkan adanya interaksi antara
pasien dengan petugas medis, pasien satu dengan pasien lainnya, atau pasien
dengan orang yang menjenguk. Infeksi nosokomial bisa menyebar melalui udara
saat berbicara, batuk, atau bersin. Penularan akan dengan cepat terjadi jika
terjadi interaksi dalam jarak antara 60 cm sampai 1 meter, selain itu juga dapat
menyebabkan penyakit kulit, diare, dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Di Indonesia pasien rawat inap di rumah sakit paling sering menderita diare,
sementara pasien rawat jalan bisa terinfeksi penyakit kulit, ISPA, dan diare.

D. Upaya Mengatasi Permasalahan


1. Perlunya tindakan tegas dari pihak rumah sakit untuk melakukan pemantauan
terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tindakan aseptik
2. Memfasilitasi tempat cuci tangan / handscrub di setiap ruangan serta air yang
lancar
3. Sering melakukan sosialisasi antar perawat dan pasien dalam melakukan
tindakan aseptik seperti prosedur dan tahap mencuci tangan yang efektif

E. Daftar Pustaka
1. http://www.beritasatu.com/kesra/279763-dokter-kurangnya-kesadaran-cuci-
tangan-petugas-medis-tinggikan-angka-kematian-pasien.html di akses tanggal 13
- 12 - 2017
2. https://www.scribd.com/doc/313488381/panduan-cuci-tangan-terbaru-doc di
akses tanggal 13 – 12 - 2017

Anda mungkin juga menyukai