Anda di halaman 1dari 7

BERTANYA

(Rahasia dibalik sebuah pertanyaan)

Ada pepatah lama mengatakan “malu bertanya sesat di jalan”, ya


memang benar dan pepatah ini masih relevan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Saya pun dalam sesi ini akan mengajarkan bagaimana teknik
bertanya yang memberdayakan dan tanpa mendapatkan kritikan. Masih
ingatkah ketika saya bilang bahwa saya pernah mengutip kata-kata Milton
H. Erickson bahwa “komunikasi yang berhasil adalah Hypnosis”. Ya
tepat sekali saat ini kita akan belajar tentang teknik bertanya yang berbasis
komunikasi Hypnosis untuk tujuan therapy dan empowerment
(penguatan) pada klien. Mari kita belajar...

1. Exception Questions (biasa juga disebut sebagai change-talk)


Pertanyaan berisi tentang saat-saat dimana klien bebas dari
masalah. Waktu tersebut disebut pengecualian dan disebut “news of
difference”. Therapist mengajukan ask exeption question untuk
menempatkan klien pada waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau
ketika masalah yang ada tidak kuat. Pengecualian merupakan
pengalaman hidup klien di masa lalu ketika dimungkinkan masalah
tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak terjadi.
Dengan membantu klien mengidentifikasi dan memeriksa pengecualian
tersebut kemungkinan meningkatkan mereka dalam bekerja menuju
solusi. Eksplorasi ini mengingatkan klien bahwa masalah tidak selalu
kuat dan ada selamanya; juga menyediakan kesempatan untuk
meningkatkan sumber daya, melibatkan kekuatan, dan menempatkan

The Power Of Questions 17


solusi yang mungkin. Therapist menanyakan pada klien apa yang harus
dilakukan agar pengecualian ini lebih sering terjadi.
Sebagai contoh adalah ketika ada seorang ibu datang dengan
keluhan : “Saya tidak bisa mengatur anak ini. Kalau tidak pukul, dia
tidak akan nurut!”. Maka, teknik pengecualian bisa dilontarkan
sebagai berikut : “Pernahkah dia menurut pada Ibu tanpa Ibu harus
memukulnya?”. “Coba deh Ibu ingat-ingat kembali, apakah pernah
si Budi menurut tanpa Ibu pukul?”; “Kapan itu?”; “Bagaimana itu
bisa terjadi?;”Apa yang Ibu lakukan saat itu?” dst.

2. Miracle Questions
Pertanyaan yang mengarahkan klien berimajinasi apa yang akan
terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. Therapist
menanyakan “jika suatu keajaiban terjadi dan masalah Anda
terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa
masalah tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Klien
kemudian terdorong untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar
merasa lebih percaya diri dan aman. Jika konteksnya bagi karyawan
maka Therapist bisa bertanya : “biarkan dirimu berimajinasi bahwa
kamu meninggalkan kantor hari ini dan kamu dalam rel untuk
bertindak lebih percaya diri dan aman. Hal berbeda apa yang akan
kamu lakukan?”.
Oleh karenanya mengubah cara pandang dan hal yang dilakukan
terhadap masalah akan mengubah masalah tersebut. Meminta klien
untuk mempertimbangkan keajaiban tersebut dapat membuka celah
kemungkinan di masa depan. Klien didorong untuk mengikuti
The Power Of Questions 18
mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja
yang paling ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa
depan bahwa klien dapat mulai mempertimbangkan hal yang berbeda
dalam hidupnya yang tidak didominasi oleh masalah tertentu.
Intervensi ini menggeser penekanan dari masa lalu dan masalah saat
ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa depan.

4. Scaling Questions
Pertanyaan pertanyaan yang meminta klien membuat yang
abstrak menjadi konkret, yang samar menjadi jelas dengan meng-
angka-kan kekuatan, masalah, keadaan, atau perubahan klien. Therapist
juga bisa menggunakan teknik ini ketika mengubah pengalaman klien
yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau
komunikasi. Misalnya meminta klien menilai kondisi dirinya (masalah,
pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1 - 10.
Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia
merasa panik atau cemas, bisa ditanyakan: ”Jika dibuat skala 1-10,
dengan 1 adalah apa yang Anda rasakan ketika Anda pertama kali
sesi therapy dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini setelah keajaiban
terjadi dan masalah Anda teratasi, bagaimana Anda menyatakan
skala kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika klien hanya
berkembang dari 1 ke 2, dia telah berkembang. Bagaimana dia
melakukan itu? Apa yang dia perlukan untuk meningkatkan skala?
Pertanyaan skala memungkinkan klien untuk lebih memperhatikan apa
yang mereka lakukan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah
yang akan memandu perubahan yang mereka inginkan.

The Power Of Questions 19


5. Coping Questions
Pertanyaan yang meminta klien mengemukakan pengalaman
sukses dalam menangani masalah yang dihadapi. Hampir sama dengan
exception namun pertanyaan ini lebih di detail lagi.

6. Presession change question


Merupakan pertanyaan perubahan pra-pertemuan yang
dimaksudkan untuk menemukan eksepsi atau mengeksplorasi solusi
yang diupayakan klien. Tujuannya ialah menciptakan harapan terhadap
perubahan, menekankan peran aktif dan tanggung jawab klien dan
menunjukkan bahwa perubahan terjadi di luar ruang konseling.
Misalnya, konselor bertanya, ”Sejak pertemuan yang lalu, apakah
kamu melihat adanya perubahan pada dirimu?” atau ” Sejak
pertemuan yang lalu apakah kamu menemukan cara baru dalam
melihat masalah yang kamu alami?” atau ”Sejak percakapan kita
yang lalu di telepon, apa perubahan yang kamu alami sejauh ini?”

7. Videotape Question
Pertanyaan yang ditujukan kepada klien dengan tujuan klien
bersedia menceritakan kejadiannya kemudian dibuat video dan klien
sendirilah yang menyaksikan, klien bisa melakukan editing maupun
mengulang-ulang kejadian yang disukai maupun tidak disukai.
Misalnya “Jika kejadian tersebut di-video-kan peristiwanya berjalan
seperti apa?”.

The Power Of Questions 20


8. Crystal Ball
Hampir sama konteknya dengan teknik bertanya pada Videotape
namun melihat pada bola kristal.

9. Formula first session task


Format tugas rumah yang diberikan Therapist kepada klien untuk
dikerjakan antara pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Misalnya,
Therapist mengatakan,”Antara sekarang dan pertemuan yang akan
datang, saya harap kamu dapat mengamati apa yang terjadi pada
hubunganmu dengan teman-teman sekelasmu yang kamu ingin terus
pelihara sehingga kamu dapat menjelaskannya kepada saya pada
pertemuan yang akan datang.” Pada awal pertemuan konseling kedua,
Therapist menanyakan apa yang telah diamati klien sekaligus
menanyakan apa yang ingin terus dipelihara dalam hubungan dengan
teman-teman sekalasnya.

10. Compliments
Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji klien atas
kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian
tujuannya. Dalam hal ini yang sering dilakukan adalah melakukan
pujian langsung, yaitu pujian yang berdasarkan pengamatan tindakan
yang telah dilakukan klien untuk berubah menjadi sukses. Contoh,
Wow.... Kerenn...., Ahhaaa....., Aaaa......, Great...!

The Power Of Questions 21


TEKNIK MENDENGAR

Mendengar merupakan sebuah aktivitas yang terlihat mudah untuk


diucapkan namun sangat menantang untuk dilakukan. Ada beberapa level
keterampilan dalam mendengar yang anda kuasai sebagai seorang
therapist. Level keterampilan mendengar tersebut terbagi menjadi :
1. Cosmetic listening
Merupakan level yang paling rendah tingkatannya, karena secara
bebas diterjemahkan sebagai cara mendengar tapi tidak mendengarkan
atau bisa dikatakan pura-pura mendengar, bisa juga hanya pura-pura
mendengar namun fokus fikirannya ada di tempat lain.

2. Conversational Listening
Level ini diterjemahkan secara bebas sebagai sikap mendengar
dengan ego nya. Therapis seolah-olah mendengarkan klien namun dia
sebenarnya mendengarkan komunikasi pada dirinya sendiri (self talk).
Therapis yang cara mendengarkannya berada di level ini memiliki
kecenderungan bahwa pendapat klien salah dan pendapat dirinya yang
benar. Dan terkadang di level ini therapis memiliki maksud
mendengarkan untuk menyanggah klien atau memotong pembicaraan
klien.

The Power Of Questions 22


3. Active Listening
Keterampilan minimal yang dimiliki oleh seorang therapis adalah
di level ini. Therapis akan mendengarkan secara utuh (apa adanya) atas
apa yang disampaikan klien tanpa menilai apa yang disampaikannya
benar atau salah. Di level ini therapis akan memposisikan di posisi
netral yang seharusnya ia berada.

4. Deep Listening
Deep Listening atau disebut juga dengan global listening yaitu
keterampilan mendengar bukan hanya sekedar mendengarkan kalimat
demi kalimat yang di ucapkan klien namun sudah menyentuh values
dari klien. Kemampuan mendengarkan hal-hal yang tidak ia dengar.
Therapis ada sepenuhnya untuk klien dan di level ini therapis berada
“seolah-olah’ menjadi diri klien itu sendiri.

Note :
Ketika anda memutuskan untuk berjalan seribu meter maka anda akan memulai dari
selangkah kaki, itulah yang perlu Anda lakukan sekarang. Tentu apa yang Anda dapatkan
di sini tidak serta-merta Anda bisa praktekkan dengan mudahnya, karena cara termudah
adalah sebaiknya Anda mulai mempelajarinya, praktekkan dan biasakan mulai dari
sekarang sedikit demi sedikit dari hari ke hari.

The Power Of Questions 23

Anda mungkin juga menyukai