Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFLEKSI KASUS
Gangguan Psikotik Akut

OLEH
Varian Asman
H1A 014 078

PEMBIMBING
dr. Agustine Mahardika, M.Kes, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA NTB
2019
STATUS PSIKIATRI

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. LS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 47 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Batu Tulis, Lombok Tengah.
Tanggal MRS : 1 Agustus 2019

Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Provinsi NTB pada 1 Agustus 2019. Ini adalah pertama kalinya pasien dirawat inap
di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

2.2 RIWAYAT PSIKIATRI


Data diperoleh dari:
 Autoanamnesis pada tanggal 1 Agustus 2019.
 Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2019 dengan istri dan
anak pasien.
A. Keluhan Utama:
Mengamuk dan Gaduh Gelisah
B. Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamnesis
Pasien datang dibawa ke IGD RSJMS karena mengamuk dan gaduh
gelisah. Awalnya pasien dibawa ke poli RSJMS, namun keadaan pasien
yang iritabel menyebabkan pasien dipindahkan ke IGD. Pasien
menggunakan peci, kemeja dan sarung yang terkesan kurang rapi dan sesuai

1
usia. Pasien kurang kooperatif, sedikit dapat menjawab pertanyaan dari
pemeriksa walaupun terkadang pasien menjawab pertanyaan dengan nada
marah. Pasien tampak tenang, namun sesekali terkesan marah kepada
pemeriksa dan keluarganya.
Pasien tidak mengetahui alasannya dia dibawa ke RSJMS, dan
pasien selalu memaksa pulang kepada istrinya. Ketika digali lebih dalam
alasan mengamuk di rumah, pasien menjawab hal yang tidak berkorelasi,
namun sesekali menyinggung kejadian pembagian harta warisan minggu
lalu. Ketika ditanya lebih dalam tentang pembagian warisan tersebut, nada
dan intonasi pembicaraan pasien meningkat seakan akan sedang marah,
sesekali menunjuk pemeriksa dengan telunjuk.
Ketika ditanya apakah pasien sering mendengar suara bisikan,
pasien mengatakan bahwa pasien sering mendengar seperti ada yang
membisikkan seperti ingin memukul pasien karena harta warisan tersebut,
tidak jelas apakah suara perempuan atau laki laki. Pasien tidak melihat
sesuatu yang aneh, merasakan sesuatu, mencium bau, maupun mengecap
sesuatu, hanya suara suara saja. Pasien juga mengatakan sulit tidur karena
itu. Pasien juga mengatakan susah tidur 4 hari ini.
Alloanamnesis
Anamnesis dilakukan kepada istri pasien (ny. S). Istrinya
diwawancara dalam posisi duduk saat itu. Menurut istrinya, pasien
mengamuk di rumah seperti orang yang ingin pencak silat, memecahkan
barang-barang sekitar, serta sempat berkelahi dengan anaknya. Keluhan ini
dirasakan keluarga sejak 4 hari yang lalu (Senin, 29 Juli 2019) dimana pasien
dipulangkan dari pekerjaannya di Sumbawa karena perilakunya mulai
berubah. Sebelum keberangkatan pasien ke sumbawa pada hari Sabtu (27 Juli
2019), keluarga pasien mengaku pasien masih baik baik saja, layaknya orang
biasa pada umumnya. Sebelumnya, diketahui pasien ikut terlibat dalam
masalah sengketa harta warisan keluarga pada hari kamis, 25 Juli 2019
minggu lalu. Menurut pengakuan keluarga pasien dalam masalah tersebut
menjadi penengah/pendamai. Namun menurut keluarga, masalah tersebut

2
tidak menemukan titik temu yang adil walaupun masalah tersebut
diselesaikan di pengadilan praya.
Menurut keluarga pasien, dalam 4 hari ini, pasien sering berbicara
sendiri terutama pada malam hari, sembari membangunkan seisi rumah dan
mengatakan bahwa musuhnya telah datang. Awalnya pasien masih bisa
mengurus dirinya, namun memberat pada hari ini (1 Agustus 2019) yang
menyebabkan pasien lupa Sholat, namun gejalanya masih ringan, pasien
masih bisa BAB dan BAK mandiri. Sekarang pasien sering berbicara
mengenai masalah tersebut yang menyebabkan pasien tidak bisa tidur setiap
malamnya. Pasien sempat tidak mengenakan baju dan celana, namun tidak
sampai keluyuran. Riwayat makan dan minum (+) namun sedikit. Riwayat
psikiatri disangkal oleh keluarga pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien dan keluarga pasien menyangkal pernah mengalami gangguan


jiwa ataupun keluhan mengamuk dan sulit tidur seperti saat ini, ini
merupakan pertama kali pasien mengidap hal tersebut.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien dan keluarga pasien menyangkal memiliki gangguan medis. Riw
trauma (-) Riwayat kejang (-), riwayat kejang (-)
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Pasien merupakan perokok aktif, pasien tidak pernah mengonsumsi
alkohol maupun NAPZA.

D. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dimana semua
saudaranya adalah wanita yang semuanya telah menikah. Saat ini pasien
sudah memiliki dua anak laki-laki, dimana anak pertamanya berumur 23
tahun belum menikah, dan yang kedua berumur 15 tahun. Sebelum
mengalami sakit, pasien adalah pribadi yang tegas, terutama pada anak

3
anaknya, sering memarahi anak-anaknya namun masih sayang terhadap
mereka. Pasien menjalin hubungan dengan keluarga besarnya dan
tetangganya dengan baik,
E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1) Riwayat prenatal dan perinatal

Berdasarkan hasil wawancara dengan istrinya, pasien diketahui lahir


dengan sehat, tidak ada masalah pada masa ini.

2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Pasien mengaku bahwa masa kanak kanaknya normal sama seperti anak
anak lainnya. Keluarga pasien mengatakan pasien bermain bersama
pada saat kanak kanak lain dan tidak ada gangguan.

3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien mengaku bahwa lulus SD dan pasien menyelesaikan sekolahnya


dan tidak ada hambatan. Keluarga pasien mengakui bahwa pasien
normal dan biasa biasa saja sama seperti anak lainnya. Pada masa ini,
pasien sering menceritakan kepada istrinya, bahwa pasien sangat
disayang oleh orang tuanya, pasien tidak pernah dimarah walaupun
melakukan kesalahan.

4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)

Pasien mengaku sudah mulai bekerja membantu keluarganya di sawah,


pasien tidak melanjutkan sekolah karena masalah ekonomi. Pasien
bersosialisasi dengan baik di daerahnya. Keluarga pasien mengakui
pasien tidak ada masalah pada masa ini.

5) Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja sebagai petani sejak muda hingga sekarang,
pasien memiliki tanah yang di garap. Pasien sehari hari setiap hari
berangkat ke sawah pada pagi hari dan kembali pada siang hari

4
kerumah. Pekerjaan pasien baik baik saja cukup untuk menghidupi
keluarga pasien diakui oleh keluarga pasien.
b. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah dan sudah memiliki anak, pasien memiliki 2
orang anak laki – laki. Pasien sudah menikah selama 24 tahun
dengan istri pasien saat ini. Belum pernah bercerai.
c. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan merupakan pribadi yang taat
beribadah.
d. Aktivitas Sosial
Pasien diakui oleh keluarga pasien sehari hari sebelum sakit
aktivitas sosial baik, mampu bersosialisasi dengan lingkungan,
pasien memiliki hubungan yang baik di dalam keluarganya
maupun masyarakat, pasien terkadang diminta menjadi tukang kuli
bangunan. Keluarga pasien mengaku memiliki banyak teman untuk
duduk duduk dan mengobrol di rumah pasien.
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan penuturan pasien dan keluarga pasien, di dalam
keluarga tidak ditemukan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa atau yang pernah di rawat di RSJ Mutiara Sukma. Riwayat
penyakit berat seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, penyakit ginjal, dan
darah tinggi disangkal oleh keluarga pasien.
G. Riwayat Pengobatan
Berdasarkan penuturan keluarga pasien, pasien belum pernah mendapat
pengobatan apapun dan tidak mengkonsumsi obat obatan apapun untuk saat
ini.

5
H. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal serumah bersama istri dan anak-anaknya.
Pasien adalah seorang petani, namun sesekali menjadi kuli bangunan.
Keluarga pasien mengatakan pendapatan pasien tidak banyak, namun cukup
untuk makan keluarga dan sekolah anaknya. Menurut anak pertama pasien,
pasien sering memarahinya, namun tidak pernah hingga kontak fisik.
Genogram Keluarga Pasien

= laki-laki = tinggal serumah


= perempuan = pasien

I. Persepsi dan Harapan Keluarga


Keluarga berharap pasien dapat sembuh dan berhenti mengamuk.
Istri dan anak pasien sangat berharap anaknya dapat kembali normal.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2019 di IGD, Rumah
Sakit Jiwa Mutiara Sukma, Provinsi NTB.
A. Status Generalis

1. Keadaan Umum : baik


2. Kesadaran : E4V5M6
3. Tanda-tanda vital

6
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 84 kali/menit, kuat angkat, reguler
 Pernapasan : 16 kali/menit
 Suhu aksila : 36,6oC
B. Status Lokalis
1. Kepala : bentuk dan ukuran normal, anemis (-/-), ikterus (-/-),
sianosis (-), rambut warna hitam dan disemir coklat di ujungnya,
distribusi merata, nyeri tekan kepala (-), massa (-), edema wajah (-)
2. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-), deviasi trakea (-)
3. Thoraks
 Inspeksi: normochest, simetris kiri dan kanan, gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, ictus cordis tampak, jejas (-), massa
(-), penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran ICS (-)
 Palpasi: pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-),
massa (-), krepitasi (-)
 Perkusi: paru-paru: sonor di semua lapang paru; jantung: batas
jantung kanan di ICS II parasternal line dextra, batas jantung kiri
di ICS V midclavicular line sinistra
 Auskultasi: paru-paru: vesikuler di seluruh lapang paru (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-); jantung: S1S2 tunggal dan reguler,
murmur (-), gallop (-)

4. Abdomen
 Inspeksi : bentuk normal, jejas (-), scar (-), distensi (-)
 Auskultasi : bising usus (+) 7x/menit, frekuensi 8x/menit
 Perkusi : timpani di ke-empat kuadran abdomen
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
5. Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), deformitas (-), CRT <2 detik

7
C. Status Neurologis :
 Tanda Rangsang Meningeal : negatif
 Refleks patologis : negatif
 Refleks fisiologis : normal
 Motorik : normal
 Sensorik : baik
 Tanda Efek Ekstrapiramidal
Pergerakan abnormal yang spontan
Parkinsonisme : (-)
Akatisia : (-)
Bradikinesia : (-)
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Postural Instability : (-)

2.4 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2019 di IGD
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, Provinsi NTB.
A. Deskripsi Umum

1) Penampilan
Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan rapi
menggunakan pakaian pasien dan sarung semata kaki, rambut tertata
kurang rapi, kuku terpotong bersih, tidak tampak kesakitan, roman
wajah labil dan banyak tersenyum, tidak terlihat cemas selama
wawancara.

2) Kesadaran
Compos Mentis, jernih

3) Psikomotor
Normoaktif, terkadang agitasi

4) Sikap terhadap Pemeriksa

8
Kurang kooperatif

5) Pembicaraan
Bicara spontan, terarah, volume cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup.
B. Suasana perasaan dan emosi
 Mood : Labil
 Afek : Luas
 Keserasian : Serasi
C. Persepsi
 Halusinasi : (+) Auditorik tipe phoneme, visual (-), gustatorik (-
), olfaktori (-), taktil (-)
 Ilusi : (-)
 Depersonalisasi : (-)
 Derealisasi : (-)

D. Pikiran
 Bentuk pikir : non logis
 Arus Pikir : Asosiasi longgar
 Isi pikir : waham persekusi
E. Fungsi Intelektual

a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan

Pasien menempuh pendidikan sampai SD. Tingkat pengetahuan


dan kecerdasan sesuai dengan pendidikan pasien.

b. Orientasi :
 Waktu : Terganggu
 Tempat : Terganggu
 Orang : Terganggu

c. Daya Ingat :
 Jangka segera : Terganggu
 Jangka pendek : Terganggu

9
 Jangka menengah : Terganggu
 Jangka panjang : Terganggu

d. Konsentrasi dan Perhatian


Terganggu, pasien tidak mampu mengikuti wawancara dengan
baik. Pasien tidak mengulangi angka angka yang pemeriksa
sebutkan

e. Kemampuan Berhitung
Terganggu.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik.

g. Kemampuan Visuospasial
Tidak dapat dievaluasi

h. Pikiran Abstrak
Baik.

F. Daya Nilai dan Tilikan


 Daya Nilai Sosial : Terganggu
 Uji Daya Nilai : Terganggu
 Tilikan : Derajat 1

2.5 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Laki-laki 47 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan
sebagi petani, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Pasien dibawa ke RSJ
Mutiara Sukma oleh keluarganya pada tanggal 1 Agusuts 2019 karena pasien
mengamuk. Ini adalah kali pertama pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma. Pasien
dikatakan mengamuk seperti orang yang ingin pencak silat, memecahkan barang-
barang sekitar, berbicara sendiri, serta sempat berkelahi dengan anaknya. Gejala
muncul sejak senin, 29 juli 2019.
Keluhan seperti ini terjadi setelah kejadian perebutan harta warisan di
keluarga pasien. Pasien hanya memiliki riwayat mendengar suara-suara bisikan

10
dan. Keluarga pasien juga merasa, bahwa pasien bersikap seperti iritabel, mudah
tersinggung dan marah

2.5 FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan PPDGJ III seseorang yang mengalami suatu gangguan jiwa
akan ditemukan adanya suatu hendaya perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara
klinis bermakna pada fungsi baik psikososial maupun aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan autoanamnesis, allonamnesis, riwayat perjalanan penyakit, serta status
mental, pasien ini dapat dikatakan mengalami suatu gangguan jiwa.1
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien memiliki gejala
berupa sering mengamuk, berbicara sendiri, susah tidur, agitasi, mudah
tersinggung, terdapat waham persekusi, halusinasi, mood labil terkadang depresi
terkadang mania, perilaku agresi dan agitasi juga terkadang ditimbulkan, yang
semua itu onset terjadinya kurang dari 1 minggu. Berdasarkan PPDGJ III, pasien
memenuhi kriteria untuk dapat ditegakkan diagnosis mengalami gangguan psikosis
akut. Berdasarkan PPDGJ III hal ini dapat dimasukkan menjadi diagnosis aksis I. 1
Oleh karena itu didapatkan diagnosis Gangguan Psikosis akut dan sementara (F23)
pada diagnosis Aksis I.
Berdasarkan pengakuan keluarga pasien dan anak pasien sendiri, tidak ada
kriteria yang sesuai yang dapat digunakan dalam Aksis II ini , menurut keluarga,
pasien sering kali marah terhadap pasien, namun tindakannya tidak berlebihan dan
tidak menggunakan kontak fisik, ini dilakukan ketika anaknya tidak menuruti
pasien, ini dianggap hal wajar oleh keluarga. Tidak ada ditemukan adanya kriteria
yang lain juga. Jadi ditetapkan untuk aksis ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini
tidak didapatkan adanya tanda dan gejala penyakit fisik sehingga Aksis III tidak
ada. Pada pasien ini, ditemukan ada masalah keluarga yang diduga menjadi
pencetus gangguan yang dialami pasien yaitu masalah dengan keluarga dalam
Aksis IV. Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scale pada saat
dilakukannya pemeriksaan adalah 70-61 yaitu terdapat gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik, dan GAF Scale terbaik pada 1

11
tahun terakhir adalah 100-91 yaitu gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada
masalah yang tak tertanggulangi.1

2.6 EVALUASI MULTI AKSIAL


 Aksis I : F23. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
 Aksis II : Z 03.2 Tidak Ada Diagnosis
 Aksis III : Tidak ada
 Aksis IV : Masalah dengan keluarga
 Aksis V : GAF Scale saat diperiksa 70-61, GAF Scale terbaik 1
tahun terakhir 100-91.
2.7 DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :

 Tidak ada

B. Psikologis dan perilaku :


 Mengamuk
 Iritable
 agitatif

2.8 RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka :

 Inj. Chlorpromazin 50mg/ im


Antipsikotik sediaan injeksi secara intramuscular seperti chlorpromazin
dikatakan memiliki efek penenang, kadang tanpa sedasi berlebihan.
Pemberian antipsikotik dengan injeksi intramuscular, dapat berefek
lebih cepat pada pasien dengan agitasi berlebih. Namun terkadang
pemberian secara IM juga menyebabkan hipotensi ortostatik. Efek
samping lainnya adalah ekstrapiramidal sindrom. Dosis yang diberikan
pada kasus ini adalah 50mg/ 2ml chlorpromazine injeksi1, 2, 3.
 Risperidone 2 x 2 mg

12
Pemberian Antipsikotik adalah tatalaksana definitive untuk psikosis
akut. Risperidone merupakan antipsikotik generasi II yang bekerja
untuk mengatasi gejala positif dan gejala negatif pada pasien. Selain itu,
obat golongan ini dapat digunakan untuk psikosis manik-depresif jenis
mania. Obat golongan ini memiliki efek samping sindrom
ekstrapiramidal yang lebih rendah dari pada antipsikotik generasi
pertama.2,3,4
 Clozapine 2 x 25 mg
Clozapine merupakan antipsikotik generasi II yang bekerja untuk
psikosis manik-depresif jenis mania pada pasien dan memiliki efek
sedasi yang cukup tinggi untuk membantu pasien tidur di malam hari.
Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis, terkadang berisiko
tinggi kejang pada dosis tinggi.4

B. Psikoterapi:
 Social skills training
Pelatihan keterampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi
keterampilan perilaku. Seiring dengan terapi farmakologis, terapi ini
dapat secara langsung mendukung dan bermanfaat bagi pasien

 Dukungan Keluarga

 Psikoedukasi
Edukasi kepada keluarga:
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan jiwa yang dialami
pasien berharap keluarga dapat menerima dan mendukung
pengobatan pasien
- Memberikan penjelasan mengenai tanda dan gejala pasien jika
mengalami kekambuhan
- Memberikan penjelasan kepada keluarga pentingnya minum obat
secara teratur dan selalu kontrol agar pasien selalu dipantau
perkembangan dan efek terapi yang diberikan.

13
- Menjelaskan kepada keluarga, dalam proses penyembuhan dukungan
dari keluarga berperan penting dalam penyembuhan

2.9 PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Usia pasien
2. Pasien memiliki jaminan kesehatan BPJS.
3. Onset akut dari awal terjadinya keluhan sampai dibawa ke RSJ.
4. Respon yang cukup baik terhadap pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :


 ad vitam : dubia ad bonam
 ad functionam : dubia ad bonam
 ad sanationam : dubia ad bonam

2.10 PEMBAHASAN KASUS DAN CLINICAL REASONING


Berdasarkan hasil wawancara dengan istri dan anak kandung pasien,
didapatkan gejala gangguan psikosis akut. Gejala tersebut muncul selama lebih dari
1 minggu terakhir. Keadaan tersebut menyebabkan menyebabkan terganggunya
kehidupan dan fungsi global pasien.
Permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini adalah adanya
stressor dari keluarga pasien mengenai perebutan harta warisan yang dianggapnya
belum terselesaikan.
Pada pasien ini, diberikan terapi untuk mengontrol gejala psikotik pada
pasien sehingga diberikan obat golongan antipsikotik. Hal ini dilakukan untuk dapat
membantu mencapai dan memelihara gangguan yang dialami pasien. Pasien
diberikan antipsikotik injeksi diberikan chlorpromazine 50mg Im untuk meredakan
gelisah saat ini. Untuk golongan obat antipsikotik oral, terdapat dua golongan yaitu
golongan tipikal dan atipikal. Risperidone merupakan antipsikotik generasi II yang
bekerja untuk mengatasi gejala positif dan gejala negatif pada pasien. Obat
golongan ini memiliki efek samping sindrom ekstrapiramidal yang lebih rendah

14
dari pada antipsikotik generasi pertama. Diberikan juga Clozapine guna membantu
pasien untuk dapat tidur di malam hari.2,3,4
Selain pemberian obat-obatan, hal terpenting yang harus diberikan pada
pasien juga adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif
dilakukan dengan cara terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, yaitu
dengan menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap menjaga hubungan
baik dokter-pasien. Hal tersebut dilakukan agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Pada psikoedukasi keluarga diberikan edukasi mengenai penyebab,
gejala, dan pengobatan terhadap penyakitnya. Edukasi ini dimaksudkan agar
terjalin komunikasi yang baik antara keluarga dengan pasien, sehingga efektivitas
terapi diharapkan akan lebih baik.

REFLEKSI KASUS
Pasien MRS pada tanggal 1 Agustus 2019 dan sampai saat dilakukannya
wawancara pasien sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Hal yang ingin
saya pelajari dari kasus ini yaitu saya dapat mengenali gejala-gejala psikosis akut,
dimana ini adalah gangguan emergensi yang dapat mengganggu aktifitas dan
fungsional dari seseorang.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
2. Blashki, G. The acutely psychotic patient. Assessment and initial
management. 2006
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grabb JA. Kaplan - Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmi
Pengetahuan Perilaku Klinis. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher; 2011.
4. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai