Menurut Depkes RI 2009 yang tertuang dalam Undang- Undang Kesehatan tentang kesehatan, pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. 2. KLASIFIKASI SISTEM PELAYANAN KESEHATAN Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu: a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) / pelayanan kedokteran Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Menurut bentuk dan jenisnya pelayanan kesehatan ada bermacam-macam, namun jika disederhanakan dibagi menjadi: 1. Pelayanan kedokteran. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Pelayanan keperawatan. Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi dasar dan pelayanan rujukan. Dilakukan oleh perawat dalam pelayanannya memiliki tugas diantaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dan pelayanan kesehatan dasar dan asuhan keperawatan umum pada pelayanan rujukan. Tugas perawat dalam lingkup pelayanan rujukan adalah memberikan asuhan keperawatan pada ruang lingkup rujukan seperti pada anak perawata memberikakn asuhan keperawatan pada anak melalui pendekatan proses keperawatan anak, lingkup keperawatan jiwa perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa dll. Berdasarkan Lingkup Pelayanan Kesehatan o Pelayanan Kesehatan Tingkat pertama/primary health service. Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat. Biasa dilakukan pada masyarakat yang memiliki masalah atau masyarakat sehat. Sifat pelayanan adalah pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, balai kesehatan masyarakat, poliklinik dll. A. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah: 1. Rawat Jalan Tingkat Pertama Sifat pelayanan adalah pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas atau yang setara, balai kesehatan masyarakat, poliklinik.; praktik dokter; praktik dokter gigi; klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik TNI/POLRI;dan Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara. 2. Rawat Inap Tingkat Pertama Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap. B. Cakupan Pelayanan 3. Rawat Jalan Tingkat Pertama a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama; b. pelayanan promotif preventif, meliputi: 1) kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan (meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat) 2) imunisasi dasar; Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio, dan Campak. 3) keluarga berencana; a) Pelayanan keluarga berencana : meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. c) BPJS Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam kapitasi, kecuali untuk jasa pelayanan pemasangan IUD/Implan dan Suntik di daerah perifer. 4) skrining kesehatan a) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan selektif. b) Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, meliputi: 1) diabetes mellitus tipe 2; 2) hipertensi; 3) kanker leher rahim; 4) kanker payudara; dan 5) penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri. c) Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.; d) Jika Peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi berdasarkan riwayat kesehatan, akan dilakukan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu dan kemudian akan diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi medis. e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi medis. c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; g. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi h. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk penanganan komplikasi KB paska persalinan; i. rehabilitasi medik dasar. 4. Pelayanan Gigi a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis c. premedikasi d. kegawatdaruratan oro-dental e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi) f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit g. obat pasca ekstraksi h. tumpatan komposit/GIC i. skeling gigi (1x dalam setahun) 5. Rawat Inap Tingkat Pertama Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan cakupan pelayanan rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi bagi pasien sesuai indikasi medis. 6. Pelayanan darah sesuai indikasi medis Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan pada kasus: a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien c. Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat rekomendasi dari dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan o Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan Diperlukan bagi masyarakat atau klien yang memerlukan perawatan rumah sakit dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis (tingkat dua/ secondary health service) ataupun membutuhkan tenaga ahli / subspesialis serta sebagai rujukan (tingkat tiga/ tertiary health service) A. Fasilitas Kesehatan Pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat dilakukan di: klinik utama atau yang setara; rumah sakit umum; dan rumah sakit khusus. Baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan B. Cakupan Pelayanan 3. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan a. administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan kartu pasien. b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis; c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis; d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; e. pelayanan alat kesehatan; f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; g. rehabilitasi medis; h. pelayanan darah; i. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik; dan j. pelayanan jenazah terbatas hanya bagi peserta meninggal dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk peti mati 4. Rawat Inap Tingkat Lanjutan Cakupan pelayanan rawat inap tingkat lanjutan adalah sesuai dengan seluruh cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan akomodasi yaitu perawatan inap non intensif dan perawatan inap intensif dengan hak kelas perawatan sebagaimana berikut: a. ruang perawatan kelas III bagi: 1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan 2) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III. b. ruang perawatan kelas II bagi: 1) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya; 2) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya; 3) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya; 4) Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah sampai dengan 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan 5) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II. c. ruang perawatan kelas I bagi: 1) Pejabat Negara dan anggota keluarganya; 2) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya; 3) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya; 4) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya; 5) Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya; 6) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; 7) Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji atau upah di atas 1,5 (satu koma lima) sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan 8) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I. 5. Alat Kesehatan di Luar Paket INA CBG’s (Indonesia Case Base Groups) a. Tarif di luar paket INA CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas alat kesehatan yang digunakan secara tidak permanen di luar tubuh pasien b. Alat kesehatan di luar paket INA CBG’s ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan ke BPJS Kesehatan c. Alat kesehatan di luar paket INA CBG’s adalah pelayanan yang dibatasi, yaitu: a) Pelayanan diberikan atas indikasi medis, b) Adanya plafon maksimal harga alat kesehatan c) Adanya batasan waktu pengambilan alat kesehatan d. Jenis alat kesehatan di luar paket INA CBG’s adalah sebagai berikut: 1) Kacamata 2) Alat bantu dengar 3) Protesa alat gerak 4) Protesa gigi 5) Korset tulang belakang 6) Collar neck 7) Kruk e. Tarif alat kesehatan di luar paket INA CBG’s sebagaimana peraturan yang berlaku 3. DEFINISI SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. 4. KLASIFIKASI SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni : 1) Rujukan Kesehatan Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional. 2) Rujukan Medik Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain: A) Transfer of patient Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain. B) Transfer of specimen Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. C) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. 5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SITEM RUJUKAN DI INDONESIA 1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan, misal : untuk mengatasi masalah penyakit yang sulit dapat dilakukan dengan penggunaan alat seperti laser, hal tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dengan pelayanan yang lebih profesional serta membutuhkan tenaga ahli dalam bidangnya. 2. Pergeseran nilai masyarakat Beragamnya nilai yang ada di masyarakat sebagai pengguna jasa, dapat menimbulkan pemanfaatannya yang berbeda, misalnya : masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi akan memiliki kesadaran yang lebih dalam menggunakan pelayanan kesehatan demikian juga sebaliknya. 3. Aspek legal dan etik Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan sehingga pelaku/pemberi pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai hukum dan etik yang ada di masyarakat. 4. Ekonomi Semakin tinggi tingkat ekonomi di masyarakat/seseorang pelayanan akan mudah dijangkau dengan tingkat pelayanan kesehatan yang diinginkan begitu juga sebaliknya. 5. Politik Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada sangat berpengaruh dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. Dikurip dari Ilyas (2006), Zschock menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu : 1) Status Kesehatan, Pendapatan, Pendidikan Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan pelayanan kesehatan meskipun tidak selalu demikian fenomenanya. Artinya, makin tinggi status kesehatan, maka ada kecenderungan orang tersebut banyak menggunakan pelayanan kesehatan. Tingkat pendapatan seseorang yang tidak memiliki pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dia sangat membutuhkan pelayanan tersebut. Akibatnya adalah tidak terdapatnya kesesuaian antara kebutuhan dan permintaan (demand) terhadap pelayanan kesehatan. Disamping itu, tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Biasanya orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai tingkat pengetahuan akan informasi tentang layanan kesehatan yang lebih baik dan pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang. 2) Faktor Konsumen dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Provider sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang lebih besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang akan dikonsumsi bila dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan. Hal ini sangat menguntungkan provider melakukan pemeriksaan dan tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan bagi pasien. Pada beberapa daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatan yang banyak, masayrakat dapat menentukan pilihan terhadap provider yang sesuai dengan keinginan konsumen/pasien. Tetapi bagi masyarakat dengan sarana dan fasilitas kesehatan yang terbatas maka tidak ada pilihan lain kecuali menyerahkan semua keputusan tersebut kepada provider yang ada. 3) Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan Kemapuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan tingkat pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (perusahaan asuransi) pada umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung lebih besar dibanding dengan perorangan. Sebab itu, pada Negara dimana asuransi kesehatan sosial lebih dominan atas komersial atau sistem asuransi kesehatan nasional, peranan asuransi sangat penting dalam menentukan penggunaan pelayanan kesehatan. 4) Resiko Sakit dan Lingkungan Faktor resiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi palyanan kesehatan seseorang. Resiko sakit tidak akan pernah sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak terduga pada masing-masing individu. Disamping itu, faktor lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat. Lingkungan hidup yang memenuhi persyaratan kesehatan memberikan resiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat. 6. JENIS SISTEM PENJAMINAN KESEHATAN DI INDONESIA 1) JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) JKN adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah yang diluncurkan yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh untuk seluruh warga negara indonesia agar dapat hidup sehat, sejahtera dan produktif. Program ini sudah dipersiapkan sangat matang dan sudah mempertimbangkan berbagai faktor serta memiliki landasan hukum yang kuat. yaitu undang-undang No 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial Nasional dan undang-undang No 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial dan juga peraturan peresiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional. 2) BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) BPJS adalah suatu badan penyelenggara jaminan sosial implementasi dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai diimplementasikan tanggal 1 Januari 2014, program ini memberikan jaminan kesehatan dan sosial ekonomi melalui BPJS kesehatan dan juga BPJS ketenagakerjaan. Khusus untuk BPJS kesehatan program ini memberlakukan seluruh warga negara indonesia wajib menjadi peserta BPJS kesehatan dan harus membayar iuran bulanan yang besarnya sudah ditentukan. BPJS kesehatan menyediakan satu jenis kepesertaan PBI (Penerima bantuan iuran) yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah yang diperuntukan bagi warga miskin dan kurang mampu sehingga mereka tidak harus membayar iuran bulanan. BPJS PBI ini adalah jenis kepesertaan yang digunakan untuk warga miskin dan tidak mampu yang sebelumnya sudah menjadi peserta pemengang KIS, Jamkesda Jamkesmas dan KJS, artinya warga pemegang KIS, KJS Jamkesda dan Jamkesmas sebenarnya masih digolongkan sebagai peserta BPJS Kesehatan untuk Kategori Peserta BPJS PBI (Peserta Bantuan Iuran). 3) KIS (Kartu Indonesia Sehat) KIS adalah Kartu identitas yang diperuntukan untuk warga miskin yang sudah terdaftar menjadi peserta JAMKESMAS atau peserta BPJS Penerima bantuan Iuran (PBI) yang biaya iurannya dibayarkan oleh pemerintah, kartu ini dananya disubsidi oleh pemerintah dan digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang telah ditentukan. KIS juga sebenarnya sangat berkaitan dengan BPJS kesehatan karena data pesertanya juga diambil dari data BPJS sehinga tidak akan terjadi tumpang tindih. 4) KJS (Kartu Jakarta Sehat) KJS Adalah kartu identitas untuk warga miskin kota jakarta yang sebelumnya sudah terdaftar menjadi peserta Jamkesda, KJS dan KIS sangat berhubungan, keduanya diperuntukan untuk warga Miskin, namun KIS memiliki keunggulan sendiri karena bisa dimiliki oleh warga penyandang masalah kesejahtraan sosial (PMKS) yang banyak tinggal dan menetap di suatu daerah namun tidak memililiki KTP setempat, dengan memiliki KIS mereka masih bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. KJS juga sangat berkaitan dengan BPJS, karena data peserta KJS diambil dari data BPJS untuk peserta BPJS Penerima bantuan iuran (PBI) sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih antara KJS dan peserta BPJS karena datanya masih sama dan berkaitan. 5) Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) & Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Jamkesmas dan jamkesda sebenarnya sama-sama program jaminan kesehatan yang diperuntukan untuk fakir miskin namun ruang lingkupnya berbeda. JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten atau provinsi, untuk menyasar warga fakir miskin yang belum memiliki jamkesmas, sedangkan JAMKESMAS adalah program yang ruang lingkupnya lebih luas yang diperuntukan untuk warga miskin di seluruh indonesia. Jamkesda ada karena tidak semua warga miskin terutama yang tinggal di daerah terjaring program JAMKESMAS sehingga seluruh warga miskin indonesia bisa mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah. Hubungan antara JKN, KIS, KJS, BPJS Jamkesmas dan Jamkesda JKN adalah program Jaminan kesehatan dan penyelenggaranya adalah BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan yang memberikan jaminan kesehatan, sosial dan ekonomi sedangkan KIS, KJS, Jamkesmas dan Jamkesda, adalah warga kurang mampu yang sudah mendapatkan jaminan kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai Peserta BPJS Penerima bantuan iuran) PBI yang diperuntukan untuk fakir miskin dan warga tidak mampu. Di era BPJS saat ini Peserta yang sebelumnya terdaftar sebagai pemegang KIS, KJS dan peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta JAMKESMAS dan JAMKESDA semuanya akan dialihkan menjadi peserta BPJS PBI dengan kartu identitas yaitu KIS (Kartu Indonesia Sehat), kepesertaan ini khusus untuk fakir miskin dan warga kurang mampu dan iuran bulanannya akan dibayar oleh pemerintah. 7. PROSEDUR PELAYANAN AMBULAN INDONESIA 8. PROSEDUR SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA