Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat

sangat cepat seiring dengan majunya pola pikir manusia, kemajuan ini sangat

pesat terutama dalam dunia industri. Namun demikian dampak negatif dari

industri salah satunya adalah buangan zat beracun dan berbahaya yang

memasuki lingkungan akan semakin banyak dan semakin beragam. Salah

satunya ialah pencemaran logam berat merkuri yang diakibatkan dari

aktivitas manusia yang dilakukan di suatu wilayah, dimana Merkuri (Hg)

merupakan unsur yang sangat beracun (Tosepu, 2010).

Kasus pencemaran logam berat sekarang sudah banyak terjadi seiring

pemakaian logam berat dalam berbagai kepentingan industri ringan maupun

berat (Sumantri dkk., 2014). Indonesia merupakan negara yang memiliki

banyak memiliki daerah pesisir. Sungai merupakan salah satu sumber daya

alam yang jumlahnya tidak terbatas. Air sungai di Indonesia banyak

dimanfaatkan sebagaiirigasi pertanian, air minum, industri pembangkit listrik,

dan masih banyak lagi. Salah satu bahan pencemar yang dapat mengancam

kehidupan di wilayah pesisir dan lautan adalah logam berat (heavy metal)

seperti Timbal (Pb). Kasus keracunan akibat timbal diketahui sudah terjadi

dari zaman Mesir kuno ( -/+ 5.000 tahun yang lalu). Keracunan akibat timbal

adalah salah satu penyakit yang tergolong sudah sangan lama dalam sejarah

peradaban manusia (Graef, 1997). Belakangan ini, keracunan akibat logam

berat timbal (Pb) menjadi salah satu problematika kesehatan lingkungan yang

cukup serius di seluruh dunia, terutama anak-anak fakir yang hidup di negara

– negara berkembang (Meyer et al 2003). Menurut WHO dalam

postingannya yang berjudul ‘WHO HECA undated’ keracunan timbal yang

1
2

dialami anak-anak dapat mrngakibatkan penyakit yang serius, terkhusus pada

perkembangan otak anak. (WHO HECA undated, post-2002).

Pengaruh timbal pada kesehatan anak sangat banyak sekali termasuk

diantaranya mengurangi perkembangan IQ, hyperactive, susah dalam belajar,

masalah dalam bersikap seperti kurang peduli dan aggressive, rusak alat

pendengaran dan lemah pertumbuhan (Meyer et al 2003). Kandungan timbal

dalam darah lebih dari 50 ug/dL bisa menyebabkan rusaknya ginjal dan

anemia. Konsentrasi timbal 100 micrograms per deciliter dalam darah anak

bisa menyebabkan penyakit serius, coma, sawan atau kematian (Kessel I &

O’Connor 1997). World Health Organization (WHO) belum menetapkan nilai

rata-rata untuk timbal dalam darah, akan tetapi Fewtrell et al (2004)

memperkirakan “bahwa 20% dari semua anak-anak memiliki kandungan

timbal dalam darah diatas 10 ug/dL dan kebanyakan dari mereka tinggal di

negara berkembang” (Clark et al 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Albalak pada tahun 2003 di Jakarta

yaitu dari seperempat anak sekolah di Jakarta yang dijadikan sampel dalam

penelitian tersebut memiliki kandungan timbal dalam darahnya yakni berkisar

10-14.9 ug/dL. Dimana, angka tersebut sudah melampaui batas ketetapan dari

Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat yaitu

kurang dari 10 ug/dL (Roberts et al, 2009). Pada penelitian tersebut,

disimpulkan bahwa kandungan darah tertinggi pada anak-anak yang telah

dijadikan sampel yaitu > 10 ug/dL dan seagian besar di temukan pada anak

yang hidup di daerah yang padat dengan lalu lintas. berbeda dengan anak-

anak yang tinggal di sekitar jalan yang rendah kepadatan lalu lintas yaitu

memiliki kandungan timbal dalam darahnya lebih rendah.


3

Penelitian yang sama dilakukan oleh Adriyani and Mukono pada

tahun 2004 di Surabaya. Dimana, dalam penelitian tersebut didapatkan

kandungan timbal dalam darah anak-anak berada dalam range 10 ug/dL atau

lebih rendah dari pada itu. Masalah ini bisasaja terjadi karena adanya

penggunaan bensin berbaha timbal yang di terapkan di Indonesia. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Chahaya dkk pada tahun 2005 di Medan, yang

menjadikan penarik becak sebagai sampel membuktikan bahwa kandungan

timbal dalam darah pada penarik becak tergolong bervariasi, tergantung dari

tempat kerja, jarak rumah dan kepadatan lalu lintas di kota tersebut.

Pada tahun 2004, Lestari and Edward melakukan penelitian di Dadap

River, Clincing dan Ancol Jakarta. Dalam penelitian tersebut ditemukan

konsentrasi logam berat timbal berkisar - 0.0027 ppm, serta kadmium dan

mercury yaitu 0.001 pada Clincing and Sungai Dadap khususnya sekitar

Teluk Jakarta. Berbeda dengan kadar yang di dapatkan di Pantai Ancol.

Dimana, konsentrasi untuk timbal (pb) berkisar 0.55 ppm, untuk cadmium 0.1

ppm serta pada Merkuri 0.021 ppm. Di lokasi penelitian Sungai Dadap dan

Clincing di temkan bahwa kadar logam berat disana masih ter-golong aman

atau tidak berbahaya bagi ekosistem air akan tetapi, harus ditingkatkan

pengawasan lebih lanjut agat tidak berdapak lebih. Sedangkan untuk Pantai

Ancol dengan konsentrasi logam berat yang lebih tinggi kadar logam

beratnya dari ambang batas yang ditetapkan oleh Mentri Lingkungan Hidup

untuk kadar logam berat dalam air laut.

Pada tahun yan sama (2004) KLH atau Kementrian Lingkungan

Hidup menetapka nilai ambang batas pada air laut untuk timbal yaitu 0.008

ppm, kadmium 0.001 ppm dan merkuri 0.001 ppm. Hal yang harus di tinjau

kembali adalah kadar logam berat di wilayah Pantai Ancol yang merupakan
4

salah satu tempat kunjungan pariwisata di Jakarta. Diaman, pengunjung dari

warga sekitar, luar daerah bahkan luar negaripun datang untuk berlibur di

tempat wisata tersebut. Hal ini memungkinkan terkontaminasi dengan timbal,

khususnya bagi mereka yang mengkonsumsi makanan yang sumbernya

langsung dari lokasi tercemar tersebut.

Penelitian serupa juga dilakukan pada tahun 2005 oleh peneliti yang

bernama Amin B dkk. Dia mengatakan konsentrasi pencemaran akibat timbal

(Pb) meningkat tiap tahunnya dari tahun 2001-2005 dengan konsentrasi

logam berat timbal dengan kadar dibawah batas normal. Tetapi pada tahun

berikutnya yaitu 2007, seorang peneliti bernama Angraini D melakukan

penelitian yang berlokasi di pesisir Dumai kab. Riau. Dalam penelitian

tersebut ditemukan bahwa konsentrasi timbal (Pb) di pantai lebih tinggi dari

penelitian yang telah dilakukan oleh Amin B tahun 2001 dan 2005 yang telah

dijelaskan di paragraf sebelumnya.

Angraini D (2007) menemukan bahwa Konsentrasi timbal (Pb) dalam

air laut berkisar antara 1.8 ppm dengan sedimen sekitar 64.2 ppm nilai

tersebutlebih tinggi dari nilai ambang batas yang diterapkan oleh KLH

sebelumnya. Dengan konsentrasi logam berat yang semakin tahun meningkat

maka semakin bahaya bagi ekosistem air laut, khususnya bagi tumbuhan dan

hewan yang merupakan tempat tinggalnya serti hutan bakau, dan biota laut

yang kita ketahui umumnya masyarakat Indonesia, khususnya di daerah

pesisir banyak mengkonsumsi biota laut seperti jenis kerang, ikan, cumi,

udang dan beberapa jenis makanan yang berasal dari laut selain itu juga

karena harga yang murah dan mudah di dapat dan diketahui mengandung gizi

yang baik untuk tubuh. Hal ini tidak boleh dianggap sepeleh karena

kemungkinan terkontaminasi dengan timbal bagi masyarakat yang hidup di


5

daerah pesisir Pantai Dumai merupakan salah satu daerah yang paling banyak

mayoritas nelayan menangkap ikan, dan dengan keadaan tersebut maka akan

menjadi dampak masaalah bagi masyarakat setempat yang mengkonsumsi

makanan laut dari pantai yang terkontaminasi tersebut.

Daerah Pesisir Kota Makassar terbentang dari utara sampai ke selatan.

Dengan panjang tersebut, diketahui ada delapan kecamatan yang dilalui oleh

garis pantai dan menjadi wilayah pesisir di Kota Makassar. Pada tahun 2014

seorang peneli bernama Nurlete melakukan penelitian tentang kadar timbal di

di wilayah pesisir Kota Makassar dengan hasil yang menunjukan bahwa di

wilayah tersebut terdapat rata-rata konsentrasi timbal Pb yang di teliti dengan

menggunakan sampel ikan kembung didapatkan umlah kadar timbal (Pb)

antara 0,282-0,305 mg/kg dan untuk sampel lainnya menggunakan kerang

dara dengan jumlah konsentrasi yang didapatkan berkisar 0,047-0,979 mg/kg

(Nurlete, 2014).

Data dari DKPPP pada tahun 2013 menjelaskan bahwa di daera

pesisir kota makassar terdapat lima kecamatan yang memiliki potensi terkena

pencemaran timbal (Pb) antara lain adalah kecamatan Biringkanaya, Ujung

Tanah, Tallo, Mariso,dan Tamalate (DKPPP, 2013). Dari data tersebut,

seorang peneliti bernama Rahmini melakukan penelitian mendalam dan

menemukan bahwa di sekitar pantai losari Kota Makassar di ketahui tercemar

logam berat timbal (Pb) dengan menggunakan sampel kerang yang kemudian

di Uji kadar timbalnya dan di peroleh hasil bahea berhasil dalam kerang dara

tersebut terdapat logam berat timbal dengan kadar berkisar 0,6485-3,8059

mg/kg. Penelitian tersebut kemudian di lakukan lagi oleh penelitian Dullah,

untuk memperjelas bahwa dikawasan tersebut memang terdeteksi kadar

logam timbal (Pb) dan diketahi bahwa di sepanjang Anjungan Pantai Losari
6

sampai Hotel Golden Makassar terdapat logam berat timbal dengan kadar

berkisar antara 0,019 mg/l – 0,402 mg/l. Dengan adanya penelitian tersebut

lebih memperjelas bahwa kadar Timbal ( Pb ) pada air laut di daerag tersebut

sudah tidak memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 yaitu berkisar 0,05

mg/l.6 (Dullah, 2009).

Belakagan ini kasus Pencemaran air laut di daerah pesisir Kota

Makassar sangat besar peningkatannya dan tergolong relatif tinggi. Hal ini

disebabkan oleh beberapa sumber pencemar. Ada beberapa sumber utama

yang harus diwaspadai yaitu limbah domestik, limbah industri, serta limbah

yang berasal dari area pertanian seperti pestisida dan pupuk (Levina, 2007).

Pencemaran lingkungan akibat Logam berat sebagian besar ditemukan pada

jalur perairan. Jalur perairan memang yang paling dominan mengkonstribusi

terjadinya proses masuknya zat berbahaya kedalam tubuh dengan cara lebih

cepat sebab seperti halnya biota laut yang kita komsumsi dan gemari, padahal

makanan tersebut terkontaminasi oleh zat berbahaya dan masuk kedalam

tubuh kita melalui rantai makanan tadi. Secara singkat kita bisa simpulkan

apabila makanan yang sumbernya dari tempat yang terkontaminasi zat

berbahaya seperti logam timbal di komsumsi maka dalam tubuh kita bisa saja

terakumulasi juga logam berat tersebut. (Limbong, 2010).

Kerang merupakan salah satu dari beberapa jenis biota laut yang

sangat mudah terkontaminasi bahan pencemar di laut . seperti kita ketahui

banyak masyarakat yang hobi makan kerang. Salah satu jenis kerang yang

banyak dikomsumsi oleh masyarakat adalah jenis Kerang dara. Jenis keramg

tersebut menjadi salah satu jenis kerang yang terdapat di Wilayah Pesisir

Kota Makassar yang kita ketahui memiliki kandungan protein yang tinggi.
7

Kita ketahui bersama, sifat kerang menetap dan jenis biota laut ini merupakan

jenis yang lambat menhindari pencemaran karena sifat tersebut maka kerang

lebih cepat dapat terakumulasi loga berat sibanding biolta laut lainnya. Jenis

biota laut ini (Kerang) adalah salah satu organisme yang mendapatkan

makanannya melalui cara menyaring (filter feeder) jasad-jasad renik seperti

plankton hewani ataupun nabati akibatnya apabila habitat kerang tersebut

tercemar zat/ logam berbahaya pada tubuhnya maka hal tersebut juga dapat

terakumulasi logam berat dalam jumlah tinggi dan berbahaya bagi kita ketika

kita mengkomsumsinya ( Darmono, 2001).

Masyarakat Indonesia biasanya menggunakan bahan dapur untuk

menghilangkan tingkat keamisan pada hewan-hewan/jenis makanan yang

dikomsumsi dengan cara menggunakan perasan air dari jeruk nipis.

Kebiasaan tersebut juga diketahui dapat membatu kita untuk mengurahi

jumlah toksit pada makanan yang akan kita komsumsi. Khasiat Jeruk nipis

yang dapat menetralisir logam di dapatkan dari asam sitrat yang

dikandungnya. Jenis Asam ini membentuk garam sitrat apabila dia bereaksi

dengan logam berat. Untuk pemamfaatan jeruk nipis tersebut sudah banyak

penelitian yang membuktikannya. Dimana jeruk nipis tersebut digunakan

sebagai bahan alternatif untuk proses penurunan kadar logam berat. Seperti

halnya yang dilakukan seorang peneliti bernama Armanda ( 2009 ) .dalam

penelitiannya Armanda mempelihatkan adanya perbedaan saat memberikan

air perasan jeruk nipis ke sampel yang dia teliti. Dalam penelitian yang

dilakukannya, ditemukan hasil bahwa ada perbedaan lama waktu perendaman

pada saat udang windu diberi perlakuan perasan air jeruk nipis apakah

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan kadar logam Pb

setelah perendaman selama 30 menit dan selama 60 menit dan hasilnya


8

menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar yaitu berkisar 0,4286 ± 0,0517

mg/kg dan 0,2990 ± 0,0666 mg/kg, dan penurunan kadar logam Cd yang

direndam selama 30 menit dan 60 menit berkisar 0,0616 ± 0,0026 mg/kg dan

0,0421 ± 0,0027 mg/kg.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Muis (2010) menunjukkan

Kandungan logam Pb pada kerang hijau sebelum perendaman adalah sebesar

0,936 ± 0,107 mg/kg dan untuk logam Cd sebesar 0,151 ± 0,007 mg/kg.

Setelah perendaman dengan air perasan jeruk nipis dan garam dapur selama

30 menit terjadi penurunann kadar sebesar 1,58% untuk logam Pb dan 2,19%

untuk logam Cd. Dan Setelah perendaman selama 60 menit terjadi penurunan

kadar sebesar 5,82% untuk logam Pb dan 7,17% untuk logam Cd. Dengan

demikian, perendaman kerang hijau dalam air perasan jeruk nipis dan garam

dapur dapat menurunkan kandungan logam Pb dan Cd pada Kerang Hijau

(Perna viridis) yang berasal dari perairan laut Belawan, namun tidak secara

signifikan.

Penelitian ini juga dilakukan Kurniawati (2011) dengan Hasil uji

statistik menunjukkan nilai p = 0,0001. Karena nilai p < 0,05 berarti ada

penurunan kadar timbal dari variasi konsentrasi larutan dan lama

perendaman. konsentrasui dan lama waktu perendaman yang efektif dalam

menurunkan kadar timbal adalah konsentrasi larutan jeruk nipis 12,5%

selama 90 menit yang mampu menurunkan kadar timbal sebesar 86,77%.

Penelitian serupa dilakukan oleh Fatimah (2012) dimana peneliti

tersebut memperlihatkan hasil penurunan kadar logam berat dari pengukuran

kadar Pb, Cd, dan Cu pada sampel daging kerang hijau yang direndam dakam

larutan air perasan jeruk nipis dan hasil yang diperoleh adalah kadar Pb yang

masih di bawah ambang batas adalah pada sampel yang di beri kadar 100%
9

air perasan jeruk nipis dengan lama perendaman bekisar 45 menit dan 60

menit secara berturut-turut dan memperoleh hasil untuk waktu perendaman

45 menit adalah 0,433 ±0,012 dan untuk perendaman 60 menit adalah 0,082

±0,001 mg/Kg. kemudian untuk jenis logam Cd di dapatkan hasil pada

pemberian air perasan jeruk nipis kadar 100% dengan kisaran waktu lama

perendaman yaitu 45 menit dan 60 menit dan menunjukkan hasil bahwa kadar

Cdnya menurun secara berturut-turut yaitu pada perendaman 45 menit adalah

0,155 ± 0,041 dan perendaman 60 menit adalah 0,057 ± 0,012 mg/Kg. dengan

ini, Disimpulkan dengan adanya pemamfaaran larutan asam sitrat maka kita

bisa menurunkan kadar logam seperti Pb, Cd, dan Cu pada daging kerang

hijau.

Penelitian yang dilakukan Sari (2014) menunjukkan bahwa lama

waktu perebusan yang berbeda memperlihatkan adanya pengaruh (P0,05)

terhadap variabel kenampakan, rasa dan bau. Dari hasil penelitian tersebut

maka dapat diketahui bahwa dari banyaknya penurunan kadar kadmium dan

timbal maka pengaruh perlakuan yang paling efektif untuk kualitas

organoleptik kerang dara adalah pada perebusan selama 30 menit dengan

konsentrasi larutan jeruk nipis 1 : 1 pada sampel kerang darah.

Penelitian yang sama juga dilakukan Zuhro (2015) dengan hasil

penelitian eksperimen menunjukkan bahwa perendaman larutan jeruk nipis

dapat menurunkan kadar logam berat daging kerang manis. Adapun selisih

rerata hasil analisis kadar awal Pb daging kerang dan sesudah perendaman

dalam larutan jeruk nipis menunjukkan bahwa perlakuan P2 memiliki

penurunan kadar timbal (Pb) yang paling mendekati K (-) sebesar 15,95%.

Adapun diantara masingmasing perlakuan, P3 menujukkan penurunan kadar

timbal (Pb) paling besar (38,58%) dibandingkan P1 dan P2.Hasil uji ANOVA
10

membuktikan bahwa perendaman daging kerang manis dalam larutan jeruk

nipis berpengaruh secara signifikan dengan p=0,024 (p<0,05).

Sebagaimana dilaporkan dalam Status Lingkungan Hidup Ekoregion

(SLHE beberapa waktu lalu, dilakukan sebuah penyelidikan/kajian yang

bertempat di Pusat Pengelolaan EkoregionMaluku dan Sulawesi dengan

memperoleh hasil bahwa dari hasil laboratorium terhadap beberapa parameter

yang terkait dengan kualitas air di Pantai Losari didapatkan hasil bahwa

kondisi air di kawasan tersebut sudah sudah tidak memenuhi syarat lagi. Dari

hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan uji kualitas air laut di titik laut

sekitar PT IKI, muara Kanal Panampu, Muara sungai Jeneberang, Pantai

Losari dan Gussung Tallang, ditemukan hasil bahwa kondisi air di tempat

tersebut sudah melampaui ambang baku mutu yang ditetapkan sebelumnya.

Pada parameter BOD5, TSS, coliform dan amonia total di ketahui

pula bahwa beberapa titik tersebut juga sudah melewati baku mutu. Dampak

buruk terhadap kualitas air akibat Materi yang sudah tersuspensi ini dapat

mengurangi penetrasi pantulan sinar matahari ke masuk ke badan air,

akibatnya terjadinta air keruh yang meningkat dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan pada organisme produser. Menurut Jurnal Celebes kondisi

Pantai Losari memiliki padatan tersuspensi Total (TSS) yang sudah melebihi

ambang batas. Dimana kita ketahui ambang batas yaitu 23 ppm sedangkan

untuk pantai losari berkisar antara 49,2 ppm bahkan sempat mencapai 104-

456 ppm (J. Celebes, 2006).

Pada tahun 2014 penelitian lain dengan hasil yang sama dilakukan

oleh Heru dan memperoleh hasil analisis yang memperlihatkan kandungan

logam berat di perairan daerah sekitar muara Sungai Tallo berkisar 0,097 ppm

dan pada kawasan Metro Tanjung Bunga memiliki kandungan Timbal (Pb)
11

berkisar 0,110 ppm. Menurut buku pedoman mutu lingkungan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 terkait

tentang baku mutu air laut, dan ambang batas logam berat timbal Pb pada air

laut untuk kawasan wisata bahari adalah 0,005 ppm, sedangkan pada biota

laut 0,008 ppm serta pada perairan pelabuhan adalah 0,05 ppm. Dari hal ini,

kita dapat menyimpulkan bahwa perairan pesisir di muara sungai Tello dan

sekitar kawasan Metro Tanjung Bunga sudah berada di atas ambang batas

normal untuk wisata bahari, biota laut serta pada kategori perairan pelabuhan.

Dari beberapa penelitian diatas, kita ketahui bahwa biota laut seperti

Kerang yang berada di kawasan pesisir Kota Makassar sudah terkontaminasi

dengan kandunga logam berat timbal Pb meskipun masih tergolong rendah.

Akan tetapi jika hal tersebut terus dibiarkan maka perlu adanya kewaspadaan

karema logam berat timbal Pb dalam biota laut bersifat non-esential (tidak

diperlukan) untuk metabolisme tubuh biota tersebut sehingga jika terdeteksi

keberadaan logam berat seperti Timbal (Pb) pada kerang di daerah tersebut

maka akan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia apalagi

jika dikonsumsi secara terus-menerus sebab akan menumpuk dalam jaringan

tubuh manusia apalagi apabila dikomsumsi dalam jangka waktu yang cukup

lama. Oleh sebab itu, maka akan dilakukan penelitian eksperimen lanjut

untuk melihat penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang dengan berbagai

konsentrasi dan variasi waktu perendaman dengan larutan jeruk nipis.

B. Rumusan Masalah

Berdas Hasil ini penelitian sebelumnya kandungan Timbal (Pb) yang

terdapat pada jenis kerang pada kawasan pesisir Kota Makassar

memperlihatkan keadaan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan


12

sehingga jenis kerang ini jika dikomsumsi masih dalam keadaan aman.

Tetapi, logam berat timbal (Pb) tersebut dapat terakumulasi oleh tubuh

masyarakat apabila dikomsumsi secara terus-menerus. Maka dari itu,

diperlukan cara alternatif untuk mengurangi kadar Timbal (Pb) pada Kerang

dara (Anadara granosa) yaitu salah satunya adalah dengan cara merendam

kerang tersebut pada larutan jeruk nipis sebelum dimasak dan dikomsumsi.

C. Hipotesis

Hipotesis Nol (Ho) :

1. Tidak ada pengaruh konsentrasi untuk larutan asam jeruk nipis

50%, 75%, dan 100% terhadap penurunan kadar logam berat

Timbal (Pb) pada daging kerang dara .

2. Tidak ada pengaruh lama perendaman 15, 30, dan 60 menit

terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging

kerang dara.

3. Tidak ada pengaruh interaksi konsentrasi larutan asam jeruk nipis

dan lamaperendaman terhadap penurunan kadar logam berat

Timbal (Pb) pada daging kerang dara

Hipotesis Alternative (Ha) :

1. Ada pengaruh konsentrasi larutan asam jeruk nipis 50%, 75%, dan

100% terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada

daging kerang dara.

2. Ada pengaruh lama perendaman 15, 30, dan 60 menit terhadap

penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang

dara.
13

3. Ada pengaruh interaksi konsentrasi larutan asam jeruk nipis dan

lamaperendaman terhadap penurunan kadar logam berat Timbal

(Pb) pada daging kerang dara

D. Kajian Pustaka

NAMA
METODE
PENELITI,
JUDUL (DESAIN,VARIABEL HASIL PENELITIAN
LOKASI,
PENELITIAN)
TAHUN

AM Alpatih, Pengaruh konsentrasi larutan Desain Penelitian : berdasarkan hasil penelitian,

Tempat asam jeruk nipis dan lama Quasi eksperimen rata-rata kadar Pb sebelum

pelelangan perendaman Variabel Terikat : perlakuan yaitu 102,019

ikan tambak terhadap penurunan kadar Penurunan kadar logam ug/lt, setelah perlakuan

lorok logam berat timbal (Pb) berat timbal (Pb) yaitu 56,847 ug/lt dengan

Semarang, dalam daging kerang hijau Variabel Bebas : nilai terendah 15,6 ug/lt.

2010 (perna viridis) Konsentrasi larutan, Rata-rata penurunan kadar


lama perendaman Pb setelah perlakuan yaitu

45,1722 ug/lt dengan rata-

rata hasil persentase

45,5917%.

Fatinah Efektifitas air perasan buah Dasain Penelitian : Hasil pengukuran yang

Nisman, jeruk nipis ( citrus aurantiifolia Eksperimen murni diperoleh terdapat pengukuran

perairan cristm & panzer swingle) Variabel Terikat kadar kadar Pb, Cd dan Cu

kalibaru terhadap penurunan kadar penurunan kadar logam pada daging kerang hijau

Cilincing, logam timbal (Pb), Cadmium timbal (Pb), Cadmium dengan perendaman air

Jakarta (Cd) dan tembaga (Cu) pada (Cd) dan tembaga (Cu) perasan jeruk nipis diperoleh
14

Utara, 2012 daging kerang hijau (perna pada daging kerang hijau kadar Pb dibawah ambang

viridis L) (perna viridis L) batas yaitu 100%v/v air

Variabel Bebas perasan jeruk nipis selama 45

Efektifitas air perasan dan 60 menit secara

buah jeruk nipis ( citrus berturut=turut yaity 0,433+/-

aurantiifolia cristm & 0,012 dan o,o82+/- 0,001

panzer swingle) mg/Kg/,

Delvina Perbandingan penurunan Desain Penelitian : Hasil yang didapatkan

Sinaga, kadar cadmium (Cd) pada True experimental setelah direndam dengan
pinggiran kerang darah (anadara Variabel Terikat : larutan jeruk nipis 0%

Pantai granosa) dengan perendaman Penurunan kadar logam selama 15 menit terjadi

Belawan,M larutan berat cadmium (Cd) penurunan 0,47176 %,

edan, 2013 Jeruk nipis (citrus pada kerang darah sedangkan selama 30 menit

aurantifolia) pada berbagai Variabel Bebas : penurunannya 50,54 %.

Konsentrasi dan lama Konsentrasi larutan, Kadar kadmium pada

perendaman lama perendaman kerang darah berkurang

56,94% dan 80,25% setelah

direndam dengan larutan

jeruk nipis 25% selama 15

menit dan 30 menit.

Sedangkan perendaman

dengan larutan jeruk nipis

50% selama 15 menit dan

30 menit menghasilkan

penurunan kadar kadmium

63,69% dan 77,96 %.


15

Penurunan kadar kadmium

pada kerang darah pada

konsentrasi 0% (0,5896 ±

0,0268 ppm) dan 25%

(0,8279 ± 0,1570 ppm)

berbeda secara nyata pada p

= 0,001. Begitu pula pada

jeruk nipis konsentrasi 0%

(0,5896 ± 0,0268 ppm) dan

50% (0,8546 ± 0,097 ppm).

Namun, konsentrasi larutan

jeruk nipis 25% (0,8279 ±

0,1570 ppm) dan 50%

(0,8546 ± 0,097 ppm) tidak

berbeda secara signifikan

dalam menurunkan kadar

Cd (p = 0,236). Terdapat

perbedaan secara signifikan

(p = 0,001) rerata

penurunan kadmium antara

lama perendaman 30 menit

(0,8397 ± 0,1745 ppm) dan

15 menit (0,6751 ± 0,0894

ppm).

Konsentrasi dan lama

perendaman larutan jeruk


16

nipis yang paling optimal

dalam menurunkan Cd pada

kerang darah adalah 25%

selama 30 menit.

Angriyani Analisis Risiko Merkuri Desain Penelitian : Hasil penelitian

Mangampe, (Hg) Dalam Ikan Kembung Observasional menunjukan konsentrasi Hg

Wilayah Dan Variabel Terikat : pada ikan kembung yaitu

Pesisir Kota Kerang Darah Pada Besaran Risiko Hg 1,346 mg/kg, sedangkan

Makassar, Masyarakat Di Wilayah pada Responden yang pada kerang darah berkisar
2014 Pesisir Mengonsumsi Ikan antara 0,772-3,111 mg/kg.

Kota Makassar Kembung dan Kerang Laju asupan rata-rata ikan

Darah kembung 234,62 gr/hari

Variabel Bebas : sedangkan untuk kerang

Laju asupan, frekuensi darah 21,19 gr/hari, rata-rata

pajanan, durasi intake ikan kembung

pajanan, berat badan sebesar 0,07 mg/kg/hari

responden sedangkan intake kerang

darah 0,06 mg/kg/hari dan

rata-rata besar risiko

responden yang

mengonsumsi ikan

kembung adalah 685,43

sedangkan untuk kerang

darah 568,39.

Muhammad Kandungan Timbal (Pb) Desain Penelitian : Hasil penelitian

Zulfikar, Pada Air Laut Dan Ikan Observasional menunjukkan konsentrasi


17

perairan Baronang (Siganus Spinus) Variabel Terikat : timbal pada air laut di

pesisir kota Di Perairan Pesisir Kota Kandungan timbah Kelurahan Barombong,

Makassar, Makassar (Pb) di pesisir kota yaitu 0,516mg/L dan di

2013 makassar Kelurahan Tallo sebesar

Variabel Bebas : 0,395mg/L. Konsentrasi

Air laut dan ikan timbal padaikan baronang di

baronang perairan pesisir laut di

Kelurahan Barombong

berkisar 1,023–1,761

mg/Kg dan Kelurahan Tallo

berkisar 0,967–1,754

mg/Kg.

Febrianti Studi Kandungan Dan Desain Penelitian : Hasil penelitian

Lolo Distribusi Spasial Logam Observasional menunjukkan kandungan

Payung, Berat Timbal (Pb) Pada Variabel Terikat : logam Pb dalam sedimen di

wilayah Sedimen Dan Kerang Konsentrasi logam Pb Kecamatan Tamalate

pesisir kota (Anadara Sp) di wilayah pesisir kota berkisar 7,854 – 8,367

Makassar, Di Wilayah Pesisir Kota Makassar mg/kg, Mariso berkisar

2013 Makassar Variabel Bebas : 9,003 - 12,112 mg/kg dan

Kadar Pb dalam Ujung tanah berkisar 6,005 -

sedimen, kadar Pb 9,086 mg/kg, sedangkan

dalam Kerang kandungan logam timbal

(Pb) dalam kerang berkisar

0,149 mg/kg - 0,876 mg/kg

dan sebaran timbal pada

sedimen tertinggi pada


18

lokasi Mariso pada titik Mr3

sebesar 12,112 mg/kg dan

terendah pada Ujung tanah

titik UT1 sebesar 6,005

mg/kg sedangkan logam

timbal pada kerang

(Anadara sp) tertinggi di UT

3 (0,876 mg/kg) dan

terendah pada lokasi Br 1

(0,194 mg/kg).

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda diantara

pembaca,maka perlu di berikan batasan-batasan pengertian pada beberapa istilah

yang di gunakan dalam judul penelitian ini. Maka batasan setiap variable,yaitu :

1. Konsentrasi Larutan asam jeruk nipis

Dalam penelitian ini dilihat dari banyaknya larutan asam jeruk nipis

dalam satuan mililiter yang digunakan pada masing-masing perlakuan

untuk setiap sampel daging kerang dara dengan konsentrasi 50%, 75%

dan 100%..

Kriteria objektif :

a) Satuan : %

b) Skala : ordinal

2. Lama perendaman
19

Dalam penelitian ini lama penelitian merupakan lama waktu yang

dibutuhkan untuk kontak antara larutan asam jeruk nipis dengan Pb yang

terkandung dalam kerang dara , dalam penelitian ini waktu perendaman yaitu

15, 30 dan 60 menit.

3. Kadar logam berat Timbal (Pb)

Kadar logam berat dalam penelitian ini merupakan jumlah logam

Timbal (Pb) yang diukur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan

Atom yang terkandung dalam daging kerang dara

a) Satuan : mg/kg

b) Skala : Rasio

4. Penurunan kadar logam berat timbal (Pb)

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah selisih kadar logam berat

Pb yang terkandung dalam kerang dara sebelum dan sesudah perlakuan..

a) Satuan : mg/kg

b) Skala : Rasio

5. Control 0%

Dalam penelitian ini terdapat variable control yaitu 0%/ yang

dimaksud disini adalah konsentrasi perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 0%

yaitu tidak diberi perlakuan dan digunakan sebagai pembanding.

a) Satuan :%

b) Skala : Ordinal

F. Tujuan Penelitian
20

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bahwa ada atau tidaknya perbedaan penurunan

kadar Timbal (Pb) pada Kerang dara (Anadara granosa) dengan variasi

konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang dara

(Anadara granosa) yang berada di wilayah pesisir Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui penurunan kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang

darah (Anadara granosa) dengan konsentrasi 0 % yaitu perendaman

100 ml air selama 15, 30, dan 60 menit sebagai kontrol.

c. Untuk mengetahui penurunan kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang

dara (Anadara granosa) dengan konsentrasi 50% selama 15, 30, dan

60 menit

d. Untuk mengetahui penurunan kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang

dara (Anadara granosa) dengan konsentrasi 75 % selama 15, 30, dan

60 menit

e. Untuk mengetahui penurunan kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang

dara (Anadara granosa) dengan konsentrasi 100 % selama 15, 30,

dan 60 menit

f. Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan berbagai konsentrasi dan

lama perendaman larutan jeruk nipis terhadap penurunan kadar

Timbal (Pb) pada kerang Kerang dara (Anadara granosa).

g. Untuk mengetahui konsenrasi dan lama perendaman larutan jeruk

nipis yang paling efektif dalam menurunkan kadar Timbal (Pb) pada

kerang Kerang dara (Anadara granosa).


21

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah landasan ilmiah dan

kerangka konseptual mengenai efektivitas larutan jeruk nipis terhadap

penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang Kerang dara (Anadara granosa)

di pesisir kota Makassar dan sebagai bahan intervensi untuk Dinas

Kesehatan Kota Makassar serta instansi terkait terhadap mengandalikan

pencemaran logam berat yaitu Timbal (Pb) yang berasal dari wilayah

pesisir Kota Makassar serta melakukan pengawasan terhadap cemaran

logam berat pada kerang yang dijual di pasaran/ dikonsumsi masyarakat

sekitar.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan

masukan bagi warga masyarakat ter-khususnya ibu-ibu untuk mengetahui

cara menugurangi/ menurunkan kadar Timbal (Pb) pada kerang Kerang

dara (Anadara granosa) sebelum dimasak dengan larutan jeruk nipis yang

mudah didapat.

3. Manfaat Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman berharga

bagi peneliti dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta

menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.

Anda mungkin juga menyukai