Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum

Sungai Tallo sebagian besar berada di wilayah admnistrasi Kabupaten

Gowa dan sisanya berada di wilayah administrasi Kota Makassar. Sungai Tallo

adalah salah satu Sungai yang berda di daerah yang muaranya sangat

dipengaruhi oleh air laut pasang surut dengan dasar sungai yang letaknya lebih

dalam dari permukaan laut dan mengakibatkan terdapatnya air asin pada

sepanjang 10 km dari muara dari jarak permukaan laut.

Sungai Tallo yang merupakan sungai yang cukup panjang mempunyai luas

daerah aliran sungai yaitu sebesar 417𝑘𝑚2 dan memiliki kecepatan aliran

terendah yaitu berkisar0,07 m/detik. Sungai Tallo 3 memiliki aliran sungai

yang cukup panjang dan memiliki beberapa anak sungai seperti Pampang, anak

sungai Daya dan anak sungai dari perusaan PT. KIMA.

Pada tahun 2004 keadaan industri di kota makassar mulai berkembang

pesat. Dimana terdapat 4.288 unit yamg terbagi dalam kategori industri kecil

berjumlah 4.099 unit dan kategori industri besar dengan jumlah 199 unit

(Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan Kota Makassar, 2008).

Di lihat dari angka tersebut, Sungai Tallo sebagai salah satu penampung

air penerima limbah buangan yang berasal dari 21 industri yang membunang

limbahnya ke sungai Tello (Bapedalda Propinsi Sulsel, 2004). Beberapa

penelitian lain juga melakukan penelitian di kaasan daerah perairan sungai

63
64

Tello dan memperlihatkan hasil yang cukup mengkecam dimanaa Sungai Tallo

telah tercemar dari berbagai polutan dan zat berbahaya. Dimana, dalam

kandungan air yang dijadikan sampel di temukan kandungan logam berat Cd

pada sedimen di Sungai Tallo dengan rata-rata sebesar 8,92 mg/kg. (Aziz,

2004)

Dari 11 kecamatan yang berada di wilayah kota Makassar, terdapat empat

diantaranya kecamatan yang dilintasi aliran Sungai Tallo, antaranya adalah

kecamatan Tallo, kecamatan panakukang , kecamatan Tamalanrea, dan

kecamatan Manggala. Dari keempat kecamatan yang disebutkan sebelumnta

terdapat 10 kelurahan dilalui oleh aliran Sungai Tallo. 10 kekurahan yang

dimaksud adalah , kelurahan Tallo, kelurahan Panaikang,kelurahan

Rappokalling, kelurahan Daya, kelurahan Rappojawa , kelurahan Lakkang,

kelurahan Bira, kelurahan Tamalanrea, kelurahan Tello Baru, dan juga

kelurahan Antang.

Sungai Tello yang banyak dimelewati beberapa pemukiman di kota

makassar rata-rata dihuni oleh penduduk yang memiliki kebiasaan buruk yaitu

membuang limbah baik organik dan anorganik ke dalam Sungai Tallo,

terutamanya warga yang mukim tepat di daerah tepi sungai Tello. Dengan

keaadaan tersebut, penggunaan lahan di sekitar Sungai Tallo terdiri dari lahan

pertanian ataupunn persawahan serta lahan pertambakan. Dimana, dalam

proses penanaman di persawahan warga menggunakan bahan-bahan berbahaya

untuk mengusir pengganggu tanaman. Dari segala proses di persawahan


65

tersebut yang mempergunakan pestisida dan pupuk dapat mencemari aie

sungai.

Keadaan geologis muara Sungai Tallo yang berpasir dan bercampur

lumpur dapat menjadi habitat yang baik untuk berbagi jenis kerang-kerangan,

salah satunya kerang dara. Kerang dara merupakan jenis moluska yang sering

dijadikan lauk pauk oleh masyarakat pesisir kota Makassar, masyarakat

sekitaran muara Sungai Tallo yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan juga

tiap harinya mencari jenis kerang ini, baik untuk dijadikan lauk pauk maupun

untuk dijual kembali.

Posisi Sungai Tallo yang membelah kota besar dan berpenduduk padat

seperti Makassar sangat memungkinkan terjadinya pencemaran pada air sungai

tersebut. Kerusakan perairan pesisir kota Makassar disebabkan oleh proses

alamiah maupun karena ulah tangan manusia. Pencemaran yang sering terjadi

pada air disebabkan karena adanya komponen bahan anorganik salah satunya

ialah jenis logam berat yang sangat berbaha yang dihasilkan dari berbagai

proses industri dan pembuangan di kawasan sungai Tello. Kita ketahui bersama

bahwa Timbal adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya bagi

makhluk hidup baik manusia, tumbuhan, dan hewan. Pencemaran air oleh

logam berat bisa mengganggu dan merusak biota-biota yang ada di sekitarnya,

tak terkecuali kerang dara yang mempunyai sifat berdiam diri dalam waktu

yang lama dalam suatu wilayah.

Dengan telkontaminasinyy aliran sungai oleh logam berat berbahaya baik

secara langsung terhadap kehidupan organisme, dapat memberikan efek yang


66

harus diwaspadai baik secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia.

Penyebabnya dikarenakan oleh sifat logam berat yang begitu sulit untuk

degradasi, hingga berdampak buruk dan karena logam berat tersebut mudah

terakumulasi pada biota laut jika air sudah tercemar, khususnya pada ikan dan

jenis kerang-kerangan, termaksud juga tumbuhan yang akan membahayakan

masyarakat yang mungkin mengkonsumsi biota laut tersebut apalagi dalam

waktu yang terus menerus (Anggraini, 2007).

Jika pada perairan terrdapat kontaminasi logam berat maka kandungan

logam tersebut akan turun dan mengendap ke dasar perairan dan akan

membentuk sedimen-sedimen, dengan terbentuknya sedimen tersebut maka

akan menyebabkan organisme-organisme yang memakan/ mencari makananan

di dasar perairan tersebut seperti halnya kerang maka hal ini memiliki potensi

peluang yangcukup besar untuk terjadinya pemaparan logam berat terutama

biota laut yang makananya memang berasal di dasar perairan yang telah

membentuk sedimen yang tercemar.

Permasalahan sedimentasi di daerah muara menjadi persoalan yang utama

pada daerah sungai yang terdapat aktifitas manusia. Sedimentasi terjadi karena

terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai, sehingga

terjadi pendangkalan. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang

menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke

pantai melalui aliran Sungai (Sudardjat, 2012).

Kondisi sungai Tallo saat ini memang makin memprihatinkan.

Kenyataannya bahwa dalam sebuah peneliatian yang dilakukan Rahayu (2014)


67

terdapat delapan pengambilan titik sampel kerang dara yang menunjukkan

bahwa semua titik telah teridentifikasi mengandung logam berat berbahaya.

Hasil identifikasi tersebut menunjukkan angka yang berbeda-beda pada setiap

titik pengambilan sampel dengan konsentrasi tertinggi berada pada aliran

sungai yang berada pada wilayah Kelurahan Tallo (titik IV) yaitu sebesar 3,741

mg/kg.

2. Analisis Univariat

Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 1 bulan yang

berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2019 di Laboratorium

Kimia Universitas Hasanuddin didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar Timbal (Pb) pada kerang dara sebelum
perlakuan (mg/kg)
Dosis Waktu Mean Std. N NAB

15 menit 1.030 0.110 3 1,5

30 menit 1.207 0.110 3 1,5


0%
60 menit 0.933 0.110 3 1,5

15 menit 1.923 0.110 3 1,5

30 menit 2.023 0.110 3 1,5


50%
60 menit 1.750 0.110 3 1,5

15 menit 0.597 0.110 3 1,5

30 menit 1.720 0.110 3 1,5


75%
60 menit 1.503 0.110 3 1,5

15 menit 1.220 0.110 3 1,5

100% 30 menit 0.910 0.110 3 1,5


68

60 menit 2.540 0.110 3 1,5

Sumber : Data Primer, 2019

Dalam penelitian ini diujicobakan larutan asam jeruk nipis dengan

berbagai variasi konsentrasi dengan lama perendaman yang berbeda untuk

menurunkan kadar timbal (Pb) pada kerang dara. Sebelum dilakukan

perlakuan, peneliti terlebih dahulu melakukan pengelompokan dan mengukur

kadar timbal (Pb) pada kerang dara agar dapat di jadikan acuan melihat adanya

penurunan kadar timbal (Pb) setelah dilakukan perlakuan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diketahui bahwa kadar timbal

( Pb) pada kerang dara terendah sebelum perlakuan berada pada kelompok

konsentrasi 75% dengan waktu lama perendaman 15 menit yaitu berkisar

antara 0,49 mg/kg sampai dengan 0,72 mg/kg dengan rata-rata 0,597 mg/kg.

Sedangkan kadar timbal (Pb) tertinggi sebelum perlakuan berada pada

kelompok konsentrasi 100% dengan waktu 60 menit yaitu berkisar antara 2,31

mg/kg sampai dengan 2,76 mg/kg dengan rata-rata 2,540mg/kg.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran kadar Timbal (Pb) kerang dara setelah
perlakuan (mg/kg)
Dosis Waktu Std.
Mean N NAB
Perlakuan perlakuan Deviation

15 menit 0.9700 0.12124 3 1,5

0% 30 menit 1.1500 0.12288 3 1,5

60 menit 0.8867 0.25929 3 1,5

15 menit 1.5467 0.22546 3 1,5

50% 30 menit 1.6633 0.21362 3 1,5

60 menit 1.2400 0.40361 3 1,5


69

15 menit 0.2633 0.13317 3 1,5

75% 30 menit 1.1000 0.24269 3 1,5

60 menit 0.8767 0.21032 3 1,5

15 menit 0.8200 0.20518 3 1,5

100% 30 menit 0.2267 0.15011 3 1,5

60 menit 1.3800 0.17521 3 1,5

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar

timbal (Pb) terendah sebelum perlakuan berada pada konsentrasi 100% dengan

waktu perendaman 30 menit yaitu berkisar antara 0,14 mg/kg sampai dengan

0,40 mg/kg dengan rata-rata 0,2267 mg/kg. Sedangkan kadar timbal (Pb)

tertinggi berada pada konsentrasi 50% dengan waktu perendaman 30 menit

yang berkisar antara 1,42 mg/kg sampai dengan 1,82 mg/kg dengan rata-rata

1,6633mg/kg.

Tabel 4.3 Hasil Penurunan kadar Timbal (Pb) kerang dara setelah adanya

perlakuan (mg/kg)

Dosis Waktu Std.


Mean N NAB
Perlakuan perlakuan Deviation
15 menit 0.0600 0.01732 3 1,5
0% 30 menit 0.0567 0.06351 3 1,5
60 menit 0.0467 0.04619 3 1,5
15 menit 0.3767 0.13650 3 1,5
50% 30 menit 0.3600 0.06245 3 1,5
60 menit 0.5100 0.20785 3 1,5
15 menit 0.3333 0.02082 3 1,5
75% 30 menit 0.6200 0.11269 3 1,5
60 menit 0.6267 0.01528 3 1,5
100% 15 menit 0.4000 0.01000 3 1,5
70

30 menit 0.6833 0.01528 3 1,5


60 menit 1.1600 0.05292 3 1,5
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada dosis perlakuan

0% memperlihatkan penurunan kadar timbal (Pb) terendah yaitu pada pada waktu

perlakuan lama perendaman selama 60 menit sebanyak 0.0467 . Sedangkan pada

dosis perlakuan 100 % memperlihatkan penurunan kadar timbal (Pb) paling tinggi

yaitu pada pada waktu perlakuan lama perendaman selama 60 menit sebanyak

1.1600. Persentase hasil Penurunan kadar Timbal (Pb) kerang dara setelah adanya

perlakuan (mg/kg) dapat pula di lihat pada grafik berikut:

Sumber : Data Primer, 2019

Grafik 1. Persentase hasil Penurunan kadar Timbal (Pb) kerang dara setelah adanya
perlakuan (mg/kg)

Berdasarkan gambar grafik 1, diketahui bahwa persentase penurunan kadar

timbal (Pb) setelah pemberian perlakuan perendaman pada perasan air jeruk nipis

selama 60 menit dengan dosis 0 % berada pada posisi terendah yaitu hanya
71

menurunkan 0.0467 sedangkan pada dosis 50%, 75% dan 100% memperlihatkan

peningkatan penurunan kadar Timbal (Pb) pada kerang dara dan tertinggi pada

dosis 100% dengan lama perendaman 60 menit yaitu 1.1600.

3. Analisis Bivariat

a. Uji Normalitas Data

Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa nilai p value =

(α>0,05), artinya data dari penurunan kadar logam berat Pb berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil test homogenitas diketahui bahwa varian antar

kelompok homogen karena p value=0,000<0,05 sehingga memenuhi syarat uji

Anova Dua Arah

Tabel 4.4 Hasil uji perbedaan Konsentrasi jeruk nipis dan lama perendaman
larutan jeruk nipis terhadap penurunan kadar Pb daging kerang dara

Variabel F P Value

Dosis Perlakuan 102.045 0.000

Waktu Perlakuan 34.9688 0.000

Dosis Perlakuan*
13.016 0.000
Waktu perlakuan

Sumber : Data Primer, 2019

Dari tabel 4.4 hasil uji Two Way Anova pada konsentrasi jeruk nipis
72

terhadap kadar Pb diperoleh nilai F hitung sebesar 102.045 dengan nilai p

value=0,000. Dengan demikian p value < 0,05 artinya ada pengaruh yang

bermakna antara konsentrasi larutan asam jeruk nipis terhadap penurunan kadar

Pb dalam daging kerang dara.

Untuk hasil uji Two Way Anova pada lama perendaman daging kerang dara

terhadap penurunan kadar Pb diperoleh nilai F hitung sebesar 34.968 dengan

nilai p value=0,000. Dengan demikian p value < ,05 maka hipotesis nol ditolak,

artinya ada pengaruh yang signifikan antara lama perendaman larutan asam

jeruk nipis terhadap penurunan kadar Pb dalam daging kerang dara.

Dari hasil uji Two Way Anova untuk interaksi konsentrasi larutan asam

jeruk nipis dan lama perendaman diperoleh nilai F hitung sebesar 13.016 dan

nilai p value=0,000. Dengan demikian p value < 0,05 maka hipotesis nol

ditolak, artinya ada interaksi antara konsentrasi larutan dan lama perendaman

daging kerang dara.

c. Uji LSD (Least Significance Difference)

Berdasarkan hasil analisis daya tolak yang ditunjukkan Post Hoc Test

dengan uji LSD (Least Significance Difference. Hasil pengujian dapat dilihat

pada tabel 4.5.


Tabel 4.5 Rata-Rata Penurunan Kadar Timbal (Pb) Pada Kerang Dara
Berdasarkan Konsentrasi Larutan Asam Jeruk Nipis (%)
Pasangan Konsentrasi larutan
Signifikan
asam jeruk

0-50 0.000

0-75 0.000
73

0-100 0.000

50-75 0.000

50-100 0.000

75-100 0.000

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis LSD dapat

disimpulkan bahwa pasangan dengan konsentrasi 0 dan 50%, pasangan 0 dan

75%, pasangan 0 dan 100%, pasangan 50-100%, pasangan 75-100 masing-

masing memiliki nilai p=0,0000 (α<0,05) berarti ada pengaruh yang bermakna

terhadap penurunan kadar Pb dalam daging kerang dara berdasarkan

konsentrasi asam jeruk nipis.

Tabel 4.6 Rata-rata penurunan kadar Pb pada kerang dara berdasarkan


lama perendaman (menit)
Pasangan Konsentrasi larutan asam
Signifikan
jeruk

15-30 0.002

15-60 0.000

30-60 0.000

Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil analisis LSD dapt

disimpulkan bahwa pasangan dengan waktu perendaman semua pasangan

mempunyai nilai p value = 0,002 dan nilai p value = 0,000 (α<0,05), berarti

ada pengaruh yang bermakna kadar Pb berdasarkan lama perendaman.


74

B. Pembahasan

1. Pengaruh penambahan konsentrasi larutan asam jeruk nipis 50%, 75%, dan

100% terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang

dara.

Timbal dengan nama ilmiah Plumbum simbolkan dengan Pb. Logam jenis

timbal sendiri termasuk dalam kelompok logam berat sebab memiliki massa

jenis yang > 5 g/cm3. Logam berat timbal (Pb) awalnya merupakan logam berat

yang terbentuk secara alamia. Akan tetapi, pada logam berat timbal biasanya

juga berasal dari hasil kegiatan yang dilakukan manusia bahkan sampai

mencapai jumlah yang besar yaitu 300 kali lebih banyak dibandingkan jenis

timbal (Pb) alami (Widowati, 2008).

Timbal merupakan unsur logam mikro nonesensial yang sangat berbahaya

sebab jika dalam jumlah relatif kecil dapat menimbulkan terjadinya kematian.

dengan sifat logamnya yang akumulatif, maka logam timbal tersebut sangat

berbahaya dan menimbulkan masalah apabilah dalam jumlah yang besar

terpapar dalam tubuh. Dengan masalah demikian akan timbul dampak paparan

yang diakibatkan dapat mengakibatkan toksit baik pada manusia, hewan

hewan oleh logam dalam lingkungan yang tercemar. Demikian juga adanya

interaksi antara logam berbahaya dengan logam esensial. Akibat dari pengaruh

interaksi tersebut menyebabkan terjadinya hambatan absorpsi atau penurunan

fungsi dari organisme yang kebanyakan dapat mengakibatkan gangguan

metabolisme logam esensial tersebut (Darmono, 1995).

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kerang dara yang diambil dari

muara Sungai Tello telah tercemar logam berat timbal (Pb) dan kadarnya sudah

melebihi nilai ambang batas pada pangan khususnya pada jenis bivalve
75

(kerang-kerangan) yang telah ditentukan oleh SNI 7387-2009 yaitu sebesar 1,5

mg/kg.

Larutan buah jeruk nipis terdiri dari empat konsentrasi yaitu konsentrasi

50%, konsentrasi 75%, konsentrasi 100% dan konsentrasi 0% sebagai kontrol.

Larutan asam jeruk nipis 50 % yaitu 50 ml larutan asam jeruk nipis

ditambahkan 50 ml aquades, larutan asam jeruk nipis 75 % yaitu 75 ml larutan

asam jeruk nipis ditambahkan 25 ml aquades, dan Larutan asam jeruk nipis 100

% yaitu 100 ml larutan asam jeruk nipis tanpa ditambahkan aquades, dan

larutan 0% yaitu 100 ml aquades tanpa asam jeruk nipis.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pasangan dengan

konsentrasi 0 dan 50%, pasangan 0 dan 75%, pasangan 0 dan 100%, pasangan

50-100%, pasangan 75-100 masing-masing memiliki nilai p=0,000 (α<0,05)

berarti ada pengaruh yang bermakna terhadap kadar Pb berdasarkan

konsentrasi.

Adanya penurunan kadar timbal pada konsentrasi 0% yang pada penelitian

ini dijadikan sebagai kontrol, diduga karena sebelum pengukuran

menggunakan alat spektrofotometri serapan atom (SSA), kerang terlebih

dahulu didestruksi yang pada proses destruksi tersebut kerang ditambahkan 9

ml HNO3 (asam nitrat) yang mempunyai sifat keasaman keras kemudian

dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Selanjutnya larutan tersebut ditambah

3 ml H2O2 30% dan kembali dipanaskan sampai sampel tersebut siap untuk

diukur menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA). H2O sendiri juga

merupakan ligan lemah dengan satu atom, sedangkan syarat untuk menjadi

khelator harus ligan dengan dua atom untuk berkoordinasi dengan atom pusat

pada logam.
76

Dari hasil uji Two Way Anova yang dilakukan pada konsentrasi jeruk nipis

terhadap kadar Pb diperoleh nilai p value=0,000. Dengan demikian p value <

0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara konsentrasi larutan asam jeruk

nipis terhadap kadar Pb dalam daging kerang dara.

Asam jeruk nipis atau asam sitrat merupakan pelarut yang bersifat protik

hidrofilik (polar), sama seperti air dan juga etanol. Asam sitrat sendiri

mempunyai konstanta dielektrik dengan kategori sedang sberjumlah 6.2, oleh

karena itu asam ini dapat melarutkan dengan baik senyawa polar seperti garam

anorganik dan juga gula, juga senyawa non-polar seperti halnya minyak dan

unsur-unsur lain seperti halnya sulfur dan iodin (termasuk juga Timbal (Pb)).

Asam sitrat mudah tercampur dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya

contohnya pada air, kloroform dan juga heksana. Sifat kelarutan tersebut dan

kemudahan daya campur dari asam sitrat dapat berguna sebagai bahan pelarut

logam berat seperti halnya Timbal ke dalam kerang dara. Dengan terjadinya

proses reaksi antara kedua zat pengikat logam atau dalam penelitian ini yaitu

Asam Jeruk Nipis dengan ion logam yang sebagai contoh logam timbal akan

menyebabkan ion logam tersebut kehilangan sifat ionnya dan berakibat pada

logam berat tersebut kehilangan sebagian besar toksisitasnya. Berdasarkan

pernyataan di atas maka jelas penggunaan larutan asam jeruk nipis memiliki

daya pelarut yang cukup efektif terhadap logam berat timbal, sehingga dapat

menurunkan logam berat timbal pada kerang dara.

Asam sitrat memiliki rumus kimia sebegai berikut “CH2COOH -

COHCOOH - CH2COOH ( C6H8O7 )” mampu mengikat logam membentuk

garam sitrat. Garam sitrat akan larut dalam larutan jeruk nipis dan ikut tebuang
bersama larutan tersebut. Mekanisme pengikatan asam sitrat terhadap loham
77

Pb disebabkan kemampuan gugus karboksilat dalam mengikat Pb. Menurut

Murwati (2005), tiga asam karboksil dalam bentuk strukturnya dapat

membentuk kompleks dengan logam. Gugus karboksil ini akan melepas proton

(H+) dalam laruta dan menghasilkan ion sitrat (-COO). Hal senada dijelaskan

oleh Priyadi (2013), bahwa dalam larutan yang sangat asam proton sudah

dilepas. Ion Pb²+ akan terlepas dari ikatan kompleksnya akibat hidrolisis.

Kemudian ion sitrat beraksi dengan ion Pb²+ membentuk garam sitrat. Logam

Pb yang terikat dalam gugus karboksil akan larut dalam asam sitrat dan ikut

terbuang setelah perendaman.

Penjelasan diatas didukung dengan firman Allah swt dalam QS al-

Syu’ara;/26: 7

  


  
    

Terjemahannya:
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik?”(Departemen Agama RI, 2010:572).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa fenomena tumbuhan yang beraneka

ragam secara morfologi menampakkan gambaran yang unik tersendiri. Tidak

dipungkiri bahwa keanekaragaman tumbuhan adalah fenomena alam yang

harus dikaji dan dipelajari, untuk dimanfaatkan sepenuhnya bagi kesejahteraan

manusia. Keanekaragaman juga merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran

Allah swt. Keanekaragaman tumbuhan jika dipelajari tentunya akan kita

temukan persamaan maupun perbedaan diantaranya.


78

2. Pengaruh lama perendaman 15, 30, dan 60 menit terhadap penurunan kadar

logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang dara.

Berdasarkan hasil analisis LSD dapat disimpulkan bahwa pasangan

dengan waktu perendaman semua pasangan mempunyai nilai p value = 0,002

dan nilai p value = 0,000 (α<0,05), berarti ada pengaruh yang bermakna kadar

Pb berdasarkan lama perendaman.

Untuk hasil uji Two Way Anova pada lama perendaman daging kerang

dara terhadap penurunan kadar Pb diperoleh nilai p value=0,000. Dengan

demikian p value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya ada pengaruh yang

signifikan antara lama perendaman larutan asam jeruk nipis terhadap kadar Pb

dalam daging kerang dara. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil penurunan

terbesar terdapat pada waktu perendaman 60 menit, waktu perendaman larutan

asam jeruk nipis mempunyai peranan terhadap penurunan kadar Pb pada

kerang dara.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ambarwati ( 2017)

yaitu setelah perlakuan perendaman dengan jeruk nipis terjadi penurunan kadar

Pb. Hal ini terlihat dari persen penurunan kadar Pb semakin meningkat seiring

dengan semakin lama waktu perendaman, dimana pada waktu 15 menit terjadi

persen penurunan sebesar 30,55%. Persen penurunan juga meningkat pada

waktu rendaman 30 menit menjadi 33,33%. Namun pada waktu rendaman 60

menit, persen penurunan tetap sebesar 33,33%. Walaupun demikian, masih

belum dapat dikatakan bahwa penurunan kadar Pb pada penelitian ini telah

mencapai titik maksimal pada waktu rendaman 30 dan 60 menit. Karena

semestinya dilanjutkan untuk variasi waktu rendaman yang lain seperti 75 dan
79

90 menit, untuk melihat lebih lanjut garis grafik yang terjadi, apakah semakin

meningkat atau menurun.

Kadar timbal setelah perendaman air perasan jeruk nipis semakin menurun

seiring dengan lamanya waktu perendaman. Hal ini sesuai dengan penelitian

Kristanto (2002) yang menyatakan larutan asam dapat merusak ikatan

kompleks logamprotein, selain itu logam Pb juga memiliki sifat larut lemak

sehingga dengan perendaman dalam larutan asam maka lemak akan

membentuk emulsi yang halus dan larut di dalam larutan asam sehingga dengan

melarutnya lemak pada kerang secara tidak langsung juga akan melarutkan

kadar logam berat.

3. Pengaruh interaksi penambahan konsentrasi larutan asam jeruk nipis dan lama

perendaman terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging

kerang dara

Dari hasil uji Two Way Anova untuk interaksi konsentrasi larutan asam

jeruk nipis dan lama perendaman diperoleh nilai p value=0,000. Dengan

demikian p value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya ada interaksi antara

konsentrasi larutan dan lama perendaman daging kerang dara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar Pb

tertinggi setelah perlakuan berada pada konsentrasi 100% pada perendaman

selama 60 menit dengan rata-rata penurunan 1.16 mg/kg. Sedangkan

penurunan kadar Pb terendah berada pada konsentrasi 0% pada perendaman 60

menit dengan rata-rata penurunan 0.0467mg/kg. Semakin tinggi konsentrasi

larutan asam jeruk nipis dan semakin lama waktu perendaman mempunyai

peran penting dalam penurunan kadar Pb dalam kerang dara, hasil penelitian
ini sejalan dengan pendapat Agus Awaluddin (2009). Lebih lanjut dijelaskan
80

Ajizah (2004) bahwa semakin kecil konsentrasi larutan maka semakin sedikit

zat aktif yang terkandung di dalamnya, sehingga semakin rendah kemampuan

dalam menurunkan suatu kandungan zat logam.

Hal sejalan juga dikatakan Tiara Utami (2018) rata-rata kadar

penurunan timbal pada penambahan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0%

(kontrol), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% selama 15 menit berturut-turut yaitu

1,610 ppm (menurun 5,52%), 1,604 ppm (menurun 5,86%), 1,565 ppm

(menurun 8,16%), 1,559 ppm (menurun 8,50%), dan 1,448 ppm (menurun
15,02%), dan 1,249 (menurun 26,70%). Dari Hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kadar timbal (Pb) pada seluruh kerang darah mengalami

penurunan setelah diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi dimana

penurunan tertinggi terjadi pada konsentrasi larutan jeruk nipis 50% (26,70%).

Menurut Hudaya (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi

kecepatan reaksi adalah konsentrasi. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi

larutan jeruk nipis yang digunakan maka semakin banyak logam-logam timbal

yang bereaksi dengan asam sitrat. Hasil yang diperoleh adalah semakin besar

penurunan kadar logam timbal pada kerang. Penelitian ini menunjukkan

semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan maka penurunan

kadar timbal juga akan semakin tinggi.

Akumulasi logam berat Pb yang terdapat pada tubuh manusia dapat

menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu cara untuk

menghindari resiko keracunan logam berat adalah dengan menentukan berat

maksimal asupan kerang darah dengan menghitung Provisional Toralable

Weekly Intake (PTWI) untuk logam Pb.


81

Menurut WHO (2011), PTWI merupakan sebuah cara yang digunakan

untuk mengukur kontaminan, seperti logam berat pada makanan yang sifatnya

kumulatif. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan batas maksimum

logam timbal yang dapat ditoleransi oleh tubuh per minggu (Provisional

Tolerable Weekly Intake) sebanyak 25 mg/kg per minggu per berat badan.

Perintah untuk menjaga dan memperhatikan makanan juga terdapat pada

firman Allah dalam Q.S Abasa/80:24

 
 
Terjemahannya:

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makannya” (Departemen

Agama RI, 2010)

Setelah ayat – ayat yang lalu menguraikan perjalanan hidup manusia sejak

nuthfah sampai dibangkitkan, dan menegaskan pula bahwa manusia belum

menyelesaikan tugasnya, kini diuraikan anugerah Allah swt kepada manusia

dalam hidup ini berupa pangan, sekaligus mengisyaratkan bahwa itu

merupakan dorongan untuk menyempurnakan tugas – tugasnya secara

sempurna, hendaklah manusia itu melihat kemakanannya memperhatikan serta

merenungkan bagaimana proses yang dilalui sehingga siap di makan (Quraishi

Shihab, 2002).

Timbal (Pb) merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam

organ tubuh manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa

anemia, gangguan fungssi ginjal, gangguan sistem syaraf, otak dan kulit. Pb

yang masuk kedalam tubuh dapat dalam bentuk Pb-organik seperti tetra etil Pb

dan Pb anorganik seperti oksida Pb (Suksmerri, 2008).


82

Selama ini masyarakat mengolah kerang kebanyakan hanya dengan

merebusnya, padahal logam timbal tidak lebur dalam proses perebusan karena

titik lebur timbal sangat tggi yaitu 321˚C. Logam timbal akan lebih mudah

melebur dengan menambahkan bahan-bahan kimia, salah satunya dengan

asam sitrat, karena larutan asam jeruk nipis tersebut mempunyai sifat sebagai

chelating agent yang dapat mengikat dan menurunkan ion logam. Penurunan

logam berat berkaitan dengan paparan asam sitrat yang diberikan pada kerang

dara. Seperti penjelasan Soemirat (2003) asam sitrat mempunyai 4 pasang

elektron bebas pada molekulnya yaitu gugus karboksilat dan hidroksil yang

dapat diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya ion

kompleks yang dengan mudah larut dalam air. Dalam tubuh bivalve (golongan

kerang-kerangan), timbal terikat dalam protein membentuk senyawa

metallothionein (protein pengikat logam), dengan adanya asam sitrat maka

timbal akan terlepas dari tubuh kupang dan berikatan dengan ion OH- dan

COOH- yang ada pada asam sitrat membentuk senyawa Pb sitrat.

C. Keterbatasan Peneliti / Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini di akan ditemukan berbagai

keterbatasan. Kita ketahui sendiri tidak ada penelitian sempurna karena kita

semua tahu bahwa pemilik kesempurnaan hanya pada Allah SWT. Akan tetapi,

peneliti terus berusaha dengan semaksimal mungkin melakukan penelitian

yang mendekati kesempurnaan dengan usaha yang peneliti lakukan selama ini..

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini memiliki banyak

keterbatasan, yaitu :
83

1. Pada penelitian kali ini peneliti hanya memeriksa penurunan kadar logam

berat Timbal (Pb) dalam daging kerang dara tanpa mengukur penurunan kadar

logam berat lainnya yang terdapat dalam daging kerang dara.

2. Pada penelitian kali ini peneliti hanya memeriksa penurunan kadar logam

berat tanpa mengukur adanya kemungkinan penurunan nilai gizi pada daging

kerang dara.

3. Pada penelitian kali ini peneliti tidak mengukur suhu dan pH larutan asam

jeruk nipis.

Anda mungkin juga menyukai