href='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=ac22031e&cb=INSERT
_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=1319&cb=INSER
T_RANDOM_NUMBER_HERE&n=ac22031e' border='0' alt='' /></a>
Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno
Media Muda Green Jakarta Fiksiana
Home
Humaniora
Edukasi
Artikel
Edukasi
Nera Aprina,s.pd
Mengajar di SMK Utama Bakti Palembang sebagai Guru Mata Pelajaran Matematika
PENDAHULUAN
Peran dan fungsi guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh
besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka
terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya
dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan
ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar.
Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa
materi matematika harus dikuasai dengan baik. Hal ini ditinjau dari tujuan umum
Selama ini, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas XII TSM SMK
Utama Bakti Palembang masih sedikit sekali yang memperoleh hasil belajar yang
walaupun telah banyak dilakukan penerapan strategi dan metode yang dilakukan.
menciptakan suasana di kelas terutama siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil
belajar, tetapi khusus pada kelas XII TSM siswanya sebagian kecil aktif dan sebagian
besar pasif sehingga hasil belajar sebagian besar tidak tuntas dalam pembelajaran
pertanyaan serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah
dengan nilai rata-rata 73 sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan 75.
masalah ini adalah metode sokratis. Metode sokratis hampir sama dengan Tanya-
jawab, maka kegiatan gurupun pada metode itu banyak kesamaannya. Kegiatan guru
pada metode sokratis yang paling menonjol ialah bertanya dan memperhatikan
jawaban para siswa. Pada metode sokratis isi pertanyaan di samping berkaitan dengan
materi yang sedang dipelajari, pertanyaan itu berbentuk pertanyaan kunci untuk
mengarahkan cara berpikir para siswa. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa
bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari
jawaban yang benar. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah,
maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya mengggiring pikiran siswa ini agar
sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini
dapat disebut pertanyaan kunci. Mengingat pada kelas XII TSM terdiri dari sebagian
kecil siswa aktif dan sebagian besar pasif , peneliti cenderung menggunakan metode
sokratis, untuk menciptakan siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Maka dari itu penulis tertarik untuk menerapkan metode sokratis untuk mengatisipasi
kendala yang timbul pada pelaksanaan pembelajaran Tanya-jawab di kelas XII TSM.
Peneliti memperkirakan dengan penerapan metode sokratis ini dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada semua siswa kelas XII TSM dan
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM SMK
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok
“Apakah melalui metode sokratis dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar siswa
metode pengajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar, setiap ahli memberi
penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada yang menekankan
pentingnya proses belajar siswa, adapula yang menekankan kepada peranan guru.
Demikian pula tentang belajar, ada menekankan pada aspek asosiasi (hubungan)
mengenai belajar, lebih berorentasi pada perubahan perilaku secara holistik dan
integral. Oleh karena itu, pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun yang
”Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon”.
Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
hasil belajar, keseuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi,
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada anak
bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung pada guru melainkan harus keluar dari
1. Kesiapan yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.
Hasil belajar dan proses belajar, kedua-duanya penting. Di dalam belajar ini, terjadi
proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melukan kegiatan mental, bukan
kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan
mental tersebut. Dalam kegaiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara
bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi
menampilkan pemahaman dan pengusaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah merupakan
hasil belajar.
Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes
yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar
matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh
pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai
penilaian diagnostik, gormatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian. Secara agak
luas, tes dimaksudkan juga untuk memberikan motivasi siswa agar mereka
dengan baik serta mendorong mereka agar mereka mampu mengorganisasi materi
seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
memperoleh hasil yang dicapai oleh siswa dari test essay yang diberikan”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang
Apabila kita ingin mengajar sesuatu kepada anak / siswa dengan baik dan berhasil
pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan
dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana, karena metode
atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian jika pengetahuan tentang metode dapat mengaplikasikannya dengan tepat maka
bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan
tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif
pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan
Metode atau cara atau pendekatan yang diharapkan dapat terlaksana dengan
baik, jika materi yang akan diajarkan dirancang terlebih dahulu. Dengan kata lain
bahwa untuk menerapkan suatu metode atau cara atau pendekatan delam pengajaran
dan akhirnya
dapat dipilih alat peraga atau media pelajaran sebagai pendukung materi pelajaran
1993:84).
Dari keterangan di atas untuk memilih strategi dalam proses belajar menurut
metode belajar mengajar banyak macam metode yang dapat digunakan oleh guru
Metode sokratis diambil dari nama Sokrates. Nama Sokrates diambil sebagai
metode sebab metode itu berasal dari cara Sokrates mengajar murid-muridnya. Pada
zaman kuno lembaga pendidikan formal belum ada. Pendidikan pada waktu
alat belajar sama sekali. Mereka yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan
alam sebagai contoh dan peragaan. Dengan demikian Sokrates mengajar murid-
Telah dikatakan bahwa metode sokratis dan tanya-jawab hampir sama dalam
kunci. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru
memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa ini agar ia sadar
bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat
bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari
berusaha agar siswa sendirilah yang menemukan jawaban itu (Pidarta, 1990:48-53).
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Metode Sokratis
b. Memberikan dorongan kepada siswa yang pasif agar berpikir dan menjawab
pertanyaan guru
c. Mengusahakan agar relatif semua siswa dapat bagian yang sama untuk
a. Persiapan guru tidak banyak hanya meringkas materi yang akan diajarkan
c. Membina siswa untuk lebih berpikir dalam arti siswa dapat menemukan sendiri
b. Keterampilan bisa didapat melalui latihan terus menerus dalam situasi nyata
sebagai berikut :
1. Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada
hari itu
3. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru
memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar
bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini
4. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan pertanyaan kunci
lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah dengan cara
5. Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan
membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga
7. Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang benar,
maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum
juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada
8. Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.
Sampai saat ini belum ada kesempatan yang bulat di antara para matematikawan, apa
yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak.
yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematik itu.
kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan lebih kecil.
Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logistik deduktif. Karena itu dapat
dikatakan bahwa matematika itu sama saja dengan teori logika deduktif yang
berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang
ditelaah.
Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan
mencakup tentang hubungan pola maupun bentuk seperti yang telah dikemukakan di
atas. Struktur yang ditelaah adalah struktur dari sistem-sistem matematika. Dapat
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu
baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya
akan berarti bila suatu simbol itu dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide
yang terkandung dalam simbol tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami
Dalam kehidupan sehari-hari istilah matematika kita gunakan dan juga telah
kita kenal sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Maka dari itu dalam
2.6 Hipotesis
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada kelas XII TSM SMK
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang dalam semester
ganjil tahun pembelajaran 2013/2014 tepatnya pada tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal
Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang.
Siswa kelas ini diambil sebagai subjek penelitian karena di kelas ini terdiri dari sebagian kecil
siswa yang aktif dan sebagian besar siswa yang fasif dalam pembelajaran matematika.
Dengan demikian berdasarkan pengamatan peneliti sebagai guru matematika di kelas ini
1. Jenis Penelitian
2. Materi Ajar
3. Lama Tindakan
Yang terlibat pada penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti sendiri
5. Langkah-langkah Penelitian
a. Siklus I
refleksi.
1) Perencanaan Tindakan
pembelajaran
b. Pembukaan :
1. Guru menyampaikan :
o Apersepsi
o Memotivasi siswa
o Tujuan pembelajaran
c. Kegiatan inti :
o Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru
pertanyaan kunci.
pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang
4. Kesimpulan
o Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan
o Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang
Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan
o Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.
5. Latihan
d. Penutup
3) Evaluasi
selasa, tanggal 3 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai
dibelajarkan.
4) Refleksi
pertemuan satu sampai pertemuan ke tiga. Hasil refleksi data yang diperoleh
penelitian selanjutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
pembelajaran
2) Pelaksanaan Tindakan
sokratis dengan urutan tindakan hampir sama dengan siklus I sebagai berikut :
dipergunakan.
b. Pembukaan :
1. Guru menyampaikan :
o Apersepsi
o Memotivasi siswa
o Tujuan pembelajaran
c. Kegiatan inti :
o Membagikan LKS
b. Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru
pertanyaan kunci.
c. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan
pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang
4. Kesimpulan
o Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan
o Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang
Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan
o Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.
5. Latihan
3) Evaluasi
belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah
dibelajarkan.
4) Refleksi
Teknik analisa data menggunakan rumus statistik yaitu dengan rumus rata-rata
sebagai berikut :
x= ( Sudjana, 2002:267)
Keterangan :
x = Nilai rata-rata
fi = frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk lebih memudahkan
diberikan.
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada pnelitian tindakan kelas ini adalah melihat hasil
belajar siswa dari hasil test yang diberikan setelah 3 kali pertemuan per
siklusnya.
o Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :
Keterangan :
c = bobot soal.
o Setelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor butir
soal berbagai skor peserta didik (STP) untuk serangkaian soal dalam tes
Keterangan :
Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, berupa tiga jenis data yang memuat
hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan pre test dan satu jenis
data hasil belajar siswa sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian
4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir Siklus I
Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan
kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang
dilakukan pada akhir siklus I, maka diperoleh Tabel 1 sebelum dibentuk tabel
Nilai terendah : 61
= 100 – 61
= 39
= 1 + 3,3 (1,505)
= 6,5.
7.
Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui,
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus I
x=
x=
x = 74,94 = 75
s2 = n
s2 =
s2 =
s2 =
s2 = 66,189
s= = 8,135.
Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata
pada tes akhir terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM SMK
Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum 75.
Nilai siswa tidak menyebar merata, sebagian besar berada pada kisaran 75-81 dengan
nilai rata-rata 75, maka dapat dikatakan pada siklus I belum optimal dan oleh karena
1. Penjelasan dan pelayanan guru dengan metode sokratis merupakan barang baru bagi
2. Minat dan motivasi belajar meningkat walaupun disini masih kelihatan guru
3. Sebagian kecil siswa yang pasif atau kurang mengikuti jalannya proses belajar.
4. Masih ada siswa yang masih kurang mengerti atau lambat menangkap pelajaran
5. Tingkat keberhasilan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sokratis
Sama halnya dengan penelitian pada siklus I, hasil penelitian yang diperoleh pada
siklus II, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan
dan satu jenis data hasil belajar sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah
Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan
kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang
dilakukan pada akhir siklus II, maka diperoleh Tabel 2 sebelum dibentuk tabel
Nilai terendah : 61
= 100 – 61
= 39
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 (1,505)
= 6,5.
7.
Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui,
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus II
x=
x=
x = 79,31 = 79
s2 = n
s2 =
s2 =
s2 =
s2 = 74,09
s= = 8,61.
Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata
pada tes akhir siklus II terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM
SMK Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum
75. Nilai siswa menyebar merata dengan nilai rata-rata 79, maka dapat dikatakan pada
Secara umum hasil belajar siswa belajar matematika pada siklus kedua
mengalami meningkat dibandingkan dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini
Kemampuan siswa mengembangkan materi lebih luas tampak dari hasil karya yang
dihasilkan. Hal ini menunjukkan siswa sudah memahami bagaimana belajar dengan
4.3 Pembahasan
Dari hasil belajar yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XII TSM dalam
menyelesaikan soal tes matematika yang berbentuk soal essay pada pokok bahasan
penerapan turunan fungsi pada materi pokok limit dan turunan fungsi yang telah
diajarkan dengan metode sokratis telah mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh mengenai
hasil belajar siswa selama diajar dengan metode sokratis. Dari hasil data didapat nilai
rata-rata untuk siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus I adalah 75 dan
nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus II adalah 79.
Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 seperti di
bawah ini :
Nilai Rata-rata
Akhir Siklus I 75
Akhir Siklus II 79
Peningkatan 4
Hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis dapat meningkatkan siswa
lebih aktif dan kreatif berpikir dalam proses belajar mengajar, sehingga membuat
siswa mudah ingat dan paham akan konsep, dalil, prinsip dan rumus. Hal ini karena
benar paham, mengerti dengan konsep, prinsip, dan akhirnya terampil dalam
menyelesaikan soal-soal.
Siswa yang diajar dengan metode sokratis membuat siswa lebih aktif dalam proses
belajar mengajar dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa di kelas terutama
siswa yang kurang aktif membuat siswa jadi aktif, hal ini disebabkan siswa dibimbing
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulkan : “ Jika pada siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti
Palembang dilakukan proses pembelajaran dengan metode sokratis maka akan terjadi
5.2 Saran
Untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh dalam penenelitian ini maka perlu
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kelas yang berbeda, karena pada kelas XII
TSM SMK Utama Bakti Palembang kemampuan siswa hampir merata sama
sehingga kesulitan menentukan yang lebih aktif dan kreatif dalam berpikir.
Ali, Muhammad, 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Djamarah, Syaiful, Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta
: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful, Bahri, dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Aprina, Nera, 2006. Perbandingan Metode Sokratis dan Tanya-Jawab Terhadap Hasil
PGRI
Pidarta, Made, 1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi
Aksara.
Cipta.