Anda di halaman 1dari 39

<a

href='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=ac22031e&amp;cb=INSERT
_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=1319&amp;cb=INSER
T_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=ac22031e' border='0' alt='' /></a>

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno
Media Muda Green Jakarta Fiksiana
Home
Humaniora
Edukasi
Artikel

Edukasi

Nera Aprina,s.pd
Mengajar di SMK Utama Bakti Palembang sebagai Guru Mata Pelajaran Matematika

Jadikan Teman | Kirim Pesan


0inShare

PTK : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


Mata Pelajaran Matematika Kelas XII
TSM SMK Utama Bakti Palembang
Melalui Metode Sokratis
REP | 09 October 2013 | 20:53 Dibaca: 4722 Komentar: 1 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peran dan fungsi guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh

karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh

besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka

terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya

dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Salah satu kemampuan dasar yang harus

dimiliki guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan

ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar.

Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa

untuk mencapai tujuan pengajaran.

Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka semua

materi matematika harus dikuasai dengan baik. Hal ini ditinjau dari tujuan umum

diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah

adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam

kehidupan dan dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Selama ini, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas XII TSM SMK

Utama Bakti Palembang masih sedikit sekali yang memperoleh hasil belajar yang

memenuhi kriteria ketuntasan minimal khususnya pada mata pelajaran matematika,

walaupun telah banyak dilakukan penerapan strategi dan metode yang dilakukan.

Dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan beberapa model pembelajaran


diantaranya metode Tanya-jawab, seluruh siswa yang menggunakan model tersebut

menciptakan suasana di kelas terutama siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil

belajar, tetapi khusus pada kelas XII TSM siswanya sebagian kecil aktif dan sebagian

besar pasif sehingga hasil belajar sebagian besar tidak tuntas dalam pembelajaran

matematika di sekolah. Siswa kurang aktif bertanya, menanggapi dan menjawab

pertanyaan serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah

dengan nilai rata-rata 73 sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan 75.

Gagasan peneliti, motode pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan

masalah ini adalah metode sokratis. Metode sokratis hampir sama dengan Tanya-

jawab, maka kegiatan gurupun pada metode itu banyak kesamaannya. Kegiatan guru

pada metode sokratis yang paling menonjol ialah bertanya dan memperhatikan

jawaban para siswa. Pada metode sokratis isi pertanyaan di samping berkaitan dengan

materi yang sedang dipelajari, pertanyaan itu berbentuk pertanyaan kunci untuk

mengarahkan cara berpikir para siswa. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa

bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari

jawaban yang benar. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah,

maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya mengggiring pikiran siswa ini agar

sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini

dapat disebut pertanyaan kunci. Mengingat pada kelas XII TSM terdiri dari sebagian

kecil siswa aktif dan sebagian besar pasif , peneliti cenderung menggunakan metode

sokratis, untuk menciptakan siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Maka dari itu penulis tertarik untuk menerapkan metode sokratis untuk mengatisipasi

kendala yang timbul pada pelaksanaan pembelajaran Tanya-jawab di kelas XII TSM.
Peneliti memperkirakan dengan penerapan metode sokratis ini dapat

meningkatkan hasil belajar matematika pada semua siswa kelas XII TSM dan

menjadikan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa

serta dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas peneliti memilih judul penelitian

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM SMK

Utama Bakti Palembang Melalui Metode Sokratis “.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok

dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah melalui metode sokratis dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

matematika pada kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar siswa

belajar matematika melalui metode sokratis.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi :

1. Guru, sebagai bahan masukan agar menggunakan metode sokratis sebagai

alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Sekolah, bahan masukkan bagi sekolah menggunakan metode sokratis sebagai

metode pengajaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar, setiap ahli memberi

penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada yang menekankan

pentingnya proses belajar siswa, adapula yang menekankan kepada peranan guru.

Demikian pula tentang belajar, ada menekankan pada aspek asosiasi (hubungan)

antarstimulus-respons. Namun, adapula yang menekankan pentingnya hasil kognitif.

Hal ini membawa pengaruh terhadap kesimpulan yang diperoleh.

Meskipun terjadinya perbedaan dalam pemberian definisi belajar, tetapi

semuanya merupakan perjalanan sejarah yang terus terakumulatif sebagai wujud

adanya pergeseran paradigma dalam pengertian belajar.Pada pandangan tradisional

mengenai belajar lebih berorientasi pada pengembangan intelektualitas, atau

pengembangan otak. Pandangan tradisional memandang bahwa belajar adalah usaha

memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan pada pandangan modern

mengenai belajar, lebih berorentasi pada perubahan perilaku secara holistik dan

integral. Oleh karena itu, pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun yang

dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat, di mana peserta

didik berada (Hanafiah,2009:6). Adapun Slavin (2000:143) mengemukan :

”Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku

sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat

adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar

yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon”.

Dari kutipan di atas nampak bahwa belajar menuntut seseorang khususnya

siswa diharapkan ada perubahan dalam melakukan proses pembelajaran. Adapun

Djamarah,dkk (2006:11) mengemukan :

” Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenapa aspek

organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi

pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan

hasil belajar, keseuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi,

hakikatnya belajar adalah perubahan”.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada anak

bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung pada guru melainkan harus keluar dari

anak itu sendiri.

Adapun faktor-faktor yang tercermin dari perubahan perilaku dalam proses

belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan (Ali,2002:15) :

1. Kesiapan yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.

2. Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

3. Tujuan yang ingin dicapai.


2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar dan proses belajar, kedua-duanya penting. Di dalam belajar ini, terjadi

proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melukan kegiatan mental, bukan

kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan

mental tersebut. Dalam kegaiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara

bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi

memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat

menampilkan pemahaman dan pengusaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah merupakan

hasil belajar.

Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes

yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar

matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh

pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai

penilaian diagnostik, gormatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian. Secara agak

luas, tes dimaksudkan juga untuk memberikan motivasi siswa agar mereka

memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung, mengerjakan pekerjaan rumah

dengan baik serta mendorong mereka agar mereka mampu mengorganisasi materi

matematika yang dipelajari (Hudojo,1990:139).

Menurut Djamarah, (2000:95) ” Hasil belajar adalah proses yang dilakukan

seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sehingga

memperoleh hasil yang dicapai oleh siswa dari test essay yang diberikan”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukan diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang

dicapai siswa setelah diberi test pada akhir eksperimen.

2.3 Metode Mengajar Matematika

Apabila kita ingin mengajar sesuatu kepada anak / siswa dengan baik dan berhasil

pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan

dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana, karena metode

atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

demikian jika pengetahuan tentang metode dapat mengaplikasikannya dengan tepat maka

sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien.

Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif

bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan

tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif

metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya

menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha

pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan

waktu yang dikeluarkan semakin efisien metode itu.

Metode atau cara atau pendekatan yang diharapkan dapat terlaksana dengan

baik, jika materi yang akan diajarkan dirancang terlebih dahulu. Dengan kata lain

bahwa untuk menerapkan suatu metode atau cara atau pendekatan delam pengajaran

matematika sebelumnya menyusun strategi belajar mengajar, atau tehnik mengajar

dan akhirnya
dapat dipilih alat peraga atau media pelajaran sebagai pendukung materi pelajaran

yang akan diajarkan (Simanjuntak, 1993:80-81).

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengajar matematika pada prinsipnya

berorientasi dengan falsafah pendidikan, berkaitan dengan tujuan pengajaran dan

menggunakan cara belajar siswa aktif serta pemecahan masalah.

Dalam pemecahan masalah menurut Gagne (Simanjuntak,1993:83) mempunyai

beberapa langkah yaitu :

1. Mengubah situasi guru mengajar pada situasi siswa belajar.

2. Dari pengalaman guru kepada pengalaman siswa

3. Dari dunia guru ke dunia siswa

4. Guru menempatkan siswa pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong

siswa untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana

membicarakan dan menemukan jawab-jawaban persoalan.

Menerapkan metode mengajar matematika guru harus dapat memanfaatkan

pengalaman-pengalaman alamiah anak / siswa guna mengembangkan konsep-konsep

matematika seperti bilangan, pengukuran, dan benda-benda lainnya serta dapat

memelihara keterampilan yang diperlukan dengan demikian anak / siswa akan

menyenangi matematika karena relavan dengan kehidupan sehari-hari (Simanjuntak,

1993:84).

Dari keterangan di atas untuk memilih strategi dalam proses belajar menurut

Aprina (2006:13) ” guru harus menguasai teori-teori mengajar matematika dan


menyusun strategi belajar mengajar, misalnya penggunaan metode mengajar. Pada

metode belajar mengajar banyak macam metode yang dapat digunakan oleh guru

diantaranya metode demonstrasi, pemecahan masalah, ,metode sokratis, metode tanya-

jawab, dan sebagainya”.

2.4 Metode Sokratis

Metode sokratis diambil dari nama Sokrates. Nama Sokrates diambil sebagai

metode sebab metode itu berasal dari cara Sokrates mengajar murid-muridnya. Pada

zaman kuno lembaga pendidikan formal belum ada. Pendidikan pada waktu

dilaksanakan pada tempat-tempat pertemuan umum, dengan hampir tidak memakai

alat belajar sama sekali. Mereka yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan

pikiran, pembicaraan, dan pendengaran saja dengan ditambah obyek-obyek nyata di

alam sebagai contoh dan peragaan. Dengan demikian Sokrates mengajar murid-

muridnya sebagian terbesar dengan cara bertanya-jawab saja.

Telah dikatakan bahwa metode sokratis dan tanya-jawab hampir sama dalam

pelaksanaannya, tetapi yang membedakannya adalah tekniknya bertanya agak lain

dengan teknik bertanya-jawab biasa. Isi pertanyaan metode sokratis di samping

berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari seringkali berbentuk pertanyaan

kunci. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru

memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa ini agar ia sadar

bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat

disebut pertanyaan kunci. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan siswa

bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula mencari

jawaban yang benar. Sebab metode sokratis dengan pertanyaa-pertanyaan kuncinya

berusaha agar siswa sendirilah yang menemukan jawaban itu (Pidarta, 1990:48-53).
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Metode Sokratis

a. Usaha menggiatkan para siswa agar aktif berpikir

b. Memberikan dorongan kepada siswa yang pasif agar berpikir dan menjawab

pertanyaan guru

c. Mengusahakan agar relatif semua siswa dapat bagian yang sama untuk

menjawab pertanyan guru (Pidarta, 1990:49-50).

2.4.2 Kelemahan dan Keuntungan Metode Sokratis

Keuntungan Metode Sokratis :

a. Persiapan guru tidak banyak hanya meringkas materi yang akan diajarkan

b. Meningkatkan keaktifan siswa

c. Membina siswa untuk lebih berpikir dalam arti siswa dapat menemukan sendiri

jawaban itu sendiri dan guru hanya sebagai fasilator.

Kelemahan Metode Sokratis :

a. Teknik bertanya itu adalah merupakan keterampilan berpikir dan berbicara,

keterampilan-keterampilan ini tidak dapat dilatih secara mendadak

b. Keterampilan bisa didapat melalui latihan terus menerus dalam situasi nyata

ketika mengajar para siswa

c. Membuat pertanyaan-pertanyaankunci tidaklah mudah kecuali guru

bersangkutan sudah terlatih (Pidarta, 1990:49).


2.4.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sokratis

Langkah-langkah dengan menggunakan metode sokratis (Pidarta, 1990:53)

sebagai berikut :

1. Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada

hari itu

2. Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan itu

3. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka guru

memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar

bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini

dapat disebut pertanyaan kunci.

4. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan pertanyaan kunci

lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah dengan cara

mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

5. Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan

membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga

siswa menemukan jawaban yang benar.

6. Bantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di

masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

7. Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang benar,

maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum
juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada

siswa lain, demikian seterusnya.

8. Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.

2.5 Pengertian Matematika

Sampai saat ini belum ada kesempatan yang bulat di antara para matematikawan, apa

yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak.

Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, dapat mengetahui hakekat matematika

yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematik itu.

Hubungan yang ada dalam matematika memang bertalian erat dengan

kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan lebih kecil.

Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logistik deduktif. Karena itu dapat

dikatakan bahwa matematika itu sama saja dengan teori logika deduktif yang

berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang

ditelaah.

Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan

mencakup tentang hubungan pola maupun bentuk seperti yang telah dikemukakan di

atas. Struktur yang ditelaah adalah struktur dari sistem-sistem matematika. Dapat

dikatakan pula, matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-

struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan

berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif.


Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya,

simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi

aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbulasi menjamin adanya

komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep

baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya

sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbulasi itu

akan berarti bila suatu simbol itu dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide

yang terkandung dalam simbol tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami

terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimpulkan (Hudojo, 1990:2-4).

Dalam kehidupan sehari-hari istilah matematika kita gunakan dan juga telah

kita kenal sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Maka dari itu dalam

mata pelajaran matematika khususnya dalam materi pokok bentuk akar.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis tindakan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ” Motode sokratis dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada kelas XII TSM SMK

Utama Bakti Palembang ”.


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang dalam semester

ganjil tahun pembelajaran 2013/2014 tepatnya pada tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal

30 September 2013, pada mata pelajaran matematika.

3.2 Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang.

Siswa kelas ini diambil sebagai subjek penelitian karena di kelas ini terdiri dari sebagian kecil

siswa yang aktif dan sebagian besar siswa yang fasif dalam pembelajaran matematika.

Dengan demikian berdasarkan pengamatan peneliti sebagai guru matematika di kelas ini

melihat rendahnya hasil belajar siswa.

3.3 Prosedur Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research).

2. Materi Ajar

Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di sekolah, yaitu

kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai kurikulum efektif di SMK Utama

Bakti Palembang. Materi pembelajarannya adalah Limit dan Turunan Fungsi.


Materi tersebut memiliki standar kompetensi menggunakan konsep limit fungsi

dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.

3. Lama Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklus

diadakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan proses pembelajaran dengan

menggunakan motode sokratis.

4. Yang Terlibat dalam Penelitian

Yang terlibat pada penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti sendiri

sebagai guru matematika.

5. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis, pada materi

pembelajaran yang berpedoman pada Peraturan Pendidikan No. 22 tahun 2006

sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang berlaku di SMK

Utama Bakti Palembang.

Setiap siklus secara garis besar dengan langkah-langkah sebagai berikut :

“ Perencanaa tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi “,

a. Siklus I

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Penelitian pada siklus I

direncanakan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dengan waktu 1 kali pertemuan :

( 3 X 45 menit ), pada materi pembelajaran menentukan nilai stasioner.


Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada siklus I :

Pertemuan pertama : Senin, 26 Agustus 2013

Pertemuan kedua : Selasa, 27 Agustus 2013

Pertemuan ketiga : Senin, 2 September 2013

Sedangkan pelaksanaan kegiatan penelitian mengikuti sistematika

sebagai berikut; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan

refleksi.

1) Perencanaan Tindakan

Pembelajaran pada penelitian ini menggunakan metode

sokratis.Penelitian membuat rencana tindakan seefektif mungkin dengan

mengacu pada pola urutan motode sokratis.

Pada penelitian siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan rencana

tindakan sebagai berikut :

a. Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi

pembelajaran

b. Membagikan LKS sesuai materi pembelajaran yang diajarkan

c. Menggunakan media pembelajaran.


2) Pelaksanaan Tindakan

Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan

pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses

membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode

sokratis dengan urutan tindakan sebagai berikut :

a. Tindakan guru seminggu sebelumnya :

o Memberitahu siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan

limit dan turunan fungsi.

o Memberikan bimbingan pada siswa atau mengenalkan metode

pembelajaran yang dipergunakan.

b. Pembukaan :

1. Guru menyampaikan :

o Apersepsi

o Memotivasi siswa

o Tujuan pembelajaran

o Kompetensi dadar dan indikator pembelajaran.

c. Kegiatan inti :

1. Guru menyajikan informasi

o Menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan


o Membagikan LKS

2. Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

dibahas pada hari itu.

3. Menganalisis dan mengevaluasi

o Guru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya.

o Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru

memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa

agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat.

Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Sesudah siswa

sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi pertanyaan baru yang

sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang

diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut

pertanyaan kunci.

o Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan

pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang

benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

4. Kesimpulan

o Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan

membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan

diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban yang benar.


o Bantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di

masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

o Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang

benar, maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain.

Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan

itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.

o Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.

5. Latihan

o Guru meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk

mengerjakan latihan soal

o Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal

o Guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan kinerja bagus.

d. Penutup

o Memberitahukan tentang materi pembelajaran minggu berikutnya

o Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

3) Evaluasi

Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode sokratis, pada hari

selasa, tanggal 3 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai

data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil belajar


siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah

dibelajarkan.

4) Refleksi

Data yang diperoleh adalah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa

belajar matematika setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada akhir

siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa dari

pertemuan satu sampai pertemuan ke tiga. Hasil refleksi data yang diperoleh

pada akhir siklus I berguna untuk menentukan rencana pada siklus

penelitian selanjutnya.

b. Siklus II

Penelitian siklus II hampir sama dengan siklus I. Penelitian pada siklus II

dilaksanakan pada materi pembelajaran ; penerapan turunan fungsi (diferensial).

Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada siklus II :

Pertemuan pertama : Senin, 9 September 2013

Pertemuan kedua : Selasa, September 2013

Pertemuan ketiga : Senin, 16 September 2013

1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,

Adapun sistematika rencana tindakannya adalah sebagai berikut :


a. Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi

pembelajaran

b. Membagikan LKS sesuai materi pembelajaran yang diajarkan

c. Menggunakan media pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan

pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses

membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode

sokratis dengan urutan tindakan hampir sama dengan siklus I sebagai berikut :

a. Tindakan guru seminggu sebelumnya :

o Memberitahu siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan

limit dan turunan fungsi.

o Memberikan bimbingan atau arahan pada siswa untuk memahami materi

yang telah diberikan sebelumnya melalui metode pembelajaran yang

dipergunakan.

b. Pembukaan :

1. Guru menyampaikan :

o Apersepsi

o Memotivasi siswa
o Tujuan pembelajaran

o Kompetensi dadar dan indikator pembelajaran.

c. Kegiatan inti :

1. Guru menyajikan informasi

o Menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

o Membagikan LKS

2. Guru melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

dibahas pada hari itu.

3. Menganalisis dan mengevaluasi

a. Guru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya.

b. Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru

memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa

agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat.

Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Sesudah siswa

sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi pertanyaan baru yang

sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang

diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut

pertanyaan kunci.
c. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan

pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang

benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan.

4. Kesimpulan

o Bila siswa belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan

membantu siswa dengan alat peraga atau membimbing dan

diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban yang benar.

o Bantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di

masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab.

o Bila dengan bantuan itu siswa belum juga menemukan jawaban yang

benar, maka guru melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain.

Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan benar, pertanyaan

itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.

o Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa.

5. Latihan

o Guru meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk

mengerjakan latihan soal

o Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal

o Guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan kinerja bagus.


d. Penutup

o Memberitahukan tentang materi pembelajaran minggu berikutnya

o Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

3) Evaluasi

Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode sokratis, pada hari

selasa, tanggal 17 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya

sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil

belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah

dibelajarkan.

4) Refleksi

Berdasarkan temuan refleksi pada siklus kedua menjadi bahan untuk

mengetahui sejauh mana penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis

di kelas XII TSM, dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika.

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data menggunakan rumus statistik yaitu dengan rumus rata-rata

sebagai berikut :

x= ( Sudjana, 2002:267)

Keterangan :

x = Nilai rata-rata
fi = frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian

xi = Nilai hasil test.

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk lebih memudahkan

dalam membaca data memprediksikan apa kesimpulan dari perlakuan yang

diberikan.

8. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada pnelitian tindakan kelas ini adalah melihat hasil

belajar siswa dari hasil test yang diberikan setelah 3 kali pertemuan per

siklusnya.

Sesuai dengan teknik pengumpulan data, maka peneliti dalam menganalisis

nilai tes siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

o Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :

SBS = xc ( Depdiknas, 2004:46 )

Keterangan :

SBS = skor butir soal

a = skor mentah yang diperoleh peserta didik untuk butir soal

b = skor mentah maksimum soal

c = bobot soal.
o Setelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor butir

soal berbagai skor peserta didik (STP) untuk serangkaian soal dalam tes

yang bersangkutan, dengan menggunakan rumus :

STP = ( Depdiknas, 2004:46 )

Keterangan :

STP = skor total peserta

SBS = skor butir soal.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, berupa tiga jenis data yang memuat

hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan pre test dan satu jenis

data hasil belajar siswa sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian

siklus I berakhir (post test).

4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir Siklus I

Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan

kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang

dilakukan pada akhir siklus I, maka diperoleh Tabel 1 sebelum dibentuk tabel

frekuensi terlebih dahulu ditentukan :

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 61

Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah

= 100 – 61

= 39

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n


= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,505)

= 5,9665, dibulatkan menjadi 6.

Panjang kelas interval =

= 6,5.

7.

Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui,

maka data tersebut disusun distribusi frekuensi.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus I

Yang Diajar Dengan Metode Sokratis

Nilai fi xi xi2 fixi fixi2


61-67 6 64 4096 384 24576
68-74 10 71 5041 710 50410
75-81 10 78 6084 780 60840
82-88 5 85 7225 425 36125
89-95 - 92 8464 0 0
96-102 1 99 9801 99 9801
Jumlah = 32 - - = 2398 = 181752

Dari data di atas dapat ditentukan rata-rata ( x ) sebagai berikut :

x=
x=

x = 74,94 = 75

s2 = n

s2 =

s2 =

s2 =

s2 = 66,189

s= = 8,135.

Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

sokratis adalah 75 dengan simpangan baku adalah 8,135.

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata

pada tes akhir terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM SMK

Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum 75.

Nilai siswa tidak menyebar merata, sebagian besar berada pada kisaran 75-81 dengan

nilai rata-rata 75, maka dapat dikatakan pada siklus I belum optimal dan oleh karena

itu perlu ditingkatkan.


4.1.2 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran ditemukan hal-

hal seperti di bawah ini :

1. Penjelasan dan pelayanan guru dengan metode sokratis merupakan barang baru bagi

siswa, sehingga kesiapan siswa masih kurang.

2. Minat dan motivasi belajar meningkat walaupun disini masih kelihatan guru

kerepotan mengarahkan dan menggiring siswa untuk memberikan jawaban yang

tepat saat diberi pertanyaan.

3. Sebagian kecil siswa yang pasif atau kurang mengikuti jalannya proses belajar.

4. Masih ada siswa yang masih kurang mengerti atau lambat menangkap pelajaran

yang disampaikan. Dan juga memberikan jawaban ketika diberi pertanyaan.

5. Tingkat keberhasilan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sokratis

mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata setiap pertemuan.

4.2 Hasil Penelitian Siklus II

Sama halnya dengan penelitian pada siklus I, hasil penelitian yang diperoleh pada

siklus II, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama tiga kali pertemuan

dan satu jenis data hasil belajar sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah

penelitian siklus II berakhir.


4.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir Siklus II

Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan

kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang

dilakukan pada akhir siklus II, maka diperoleh Tabel 2 sebelum dibentuk tabel

frekuensi terlebih dahulu ditentukan :

Nilai tertinggi : 100

Nilai terendah : 61

Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah

= 100 – 61

= 39

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,505)

= 5,9665, dibulatkan menjadi 6.

Panjang kelas interval =

= 6,5.
7.

Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui,

maka data tersebut disusun distribusi frekuensi.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus II

Yang Diajar Dengan Metode Sokratis

Nilai fi xi xi2 fixi fixi2


61-67 1 64 4096 64 4096
68-74 10 71 5041 710 50410
75-81 10 78 6084 780 60840
82-88 5 85 7225 425 36125
89-95 5 92 8464 460 42320
96-102 1 99 9801 99 9801
Jumlah = 32 - - = 2538 = 203592

Dari data di atas dapat ditentukan rata-rata ( x ) sebagai berikut :

x=

x=

x = 79,31 = 79

s2 = n

s2 =
s2 =

s2 =

s2 = 74,09

s= = 8,61.

Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

sokratis adalah 79 dengan simpangan baku adalah 8,61.

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata

pada tes akhir siklus II terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM

SMK Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum

75. Nilai siswa menyebar merata dengan nilai rata-rata 79, maka dapat dikatakan pada

siklus II hasil belajar siswa sudah dapat dikatakan telah optimal.

4.2.2 Refleksi Siklus II

Secara umum hasil belajar siswa belajar matematika pada siklus kedua

mengalami meningkat dibandingkan dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini

tampak siswa mengalami peningkatan pemahaman materi yang dipelajari.

Kemampuan siswa mengembangkan materi lebih luas tampak dari hasil karya yang

dihasilkan. Hal ini menunjukkan siswa sudah memahami bagaimana belajar dengan

metode sokratis. Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran pada

siklus kedua ditemukan hal-hal seperti di bawah ini :


1. Siswa lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan memberikan jawaban

bila diberikan pertanyaan.

2. Siswa merasa nyaman dan tidak merasa canggung sehingga menumbuhkan

semangat atau motivasi siswa.

3. Siswa sudah terbiasa dengan metode sokratis, sehingga keberlangsungan

pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

4. Pemberian penghargaan kepada siswa yang mempunyai hasil belajar terbesar

menumbuhkan semangat dan mendorong terhadap penguasaan materi.

4.3 Pembahasan

Dari hasil belajar yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XII TSM dalam

menyelesaikan soal tes matematika yang berbentuk soal essay pada pokok bahasan

penerapan turunan fungsi pada materi pokok limit dan turunan fungsi yang telah

diajarkan dengan metode sokratis telah mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan

mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh mengenai

hasil belajar siswa selama diajar dengan metode sokratis. Dari hasil data didapat nilai

rata-rata untuk siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus I adalah 75 dan

nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode sokratis pada siklus II adalah 79.

Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 seperti di

bawah ini :

Tabel 3. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa, dan Peningkatannya.

Nilai Rata-rata
Akhir Siklus I 75
Akhir Siklus II 79
Peningkatan 4
Hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis dapat meningkatkan siswa

lebih aktif dan kreatif berpikir dalam proses belajar mengajar, sehingga membuat

siswa mudah ingat dan paham akan konsep, dalil, prinsip dan rumus. Hal ini karena

siswa dibimbing dengan materi pertanyaa-pertanyaan kunci, sehingga mereka benar-

benar paham, mengerti dengan konsep, prinsip, dan akhirnya terampil dalam

menyelesaikan soal-soal.

Siswa yang diajar dengan metode sokratis membuat siswa lebih aktif dalam proses

belajar mengajar dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa di kelas terutama

siswa yang kurang aktif membuat siswa jadi aktif, hal ini disebabkan siswa dibimbing

dan diarahkan, sehingga mereka paham dan mengerti.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat ditarik kesimpulkan : “ Jika pada siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti

Palembang dilakukan proses pembelajaran dengan metode sokratis maka akan terjadi

peningkatan hasil belajar siswa belajar matematika.

5.2 Saran

Untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh dalam penenelitian ini maka perlu

dajukan beberapa saran seberikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kelas yang berbeda, karena pada kelas XII

TSM SMK Utama Bakti Palembang kemampuan siswa hampir merata sama

sehingga kesulitan menentukan yang lebih aktif dan kreatif dalam berpikir.

2. Perlu dilakukan pelatihan dalam menggunakan metode sokratis untuk menamba

penguasaan materi yang lebih mendalan, sehingga dampaknya dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Djamarah, Syaiful, Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta

: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful, Bahri, dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas, 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaiaan. Yogyakarta : Depdiknas.

Hudojo, Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP.

Hanafiah, 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

……………., 2013. Definisi Belajar. (www.Goegle. Diakses tanggal 25 September 2013 ).

Aprina, Nera, 2006. Perbandingan Metode Sokratis dan Tanya-Jawab Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA PGRi 2 Palembang. Palembang : UNIV.

PGRI

Pidarta, Made, 1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi

Aksara.

Simanjuntak, Lisnawaty, dkk, 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka

Cipta.

Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai