DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
AGUS NIRBIANTO
EUIS DETIYA R. H
SATRIAWIN
YURIZQA PUTRI
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit atau Cedera Akibat
Kecelakaan Kerja pada Perawat dan Upaya Pencegahannya” makalah ini dibuat
untuk memenuhi mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja
dalam Keperawatan.
Dalam makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Ardi Wahyudi, SKM.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan.
2. Teman-teman yang selalu membantu dalam pembuatan makalah ini sekaligus
membantu untuk mendapatkan referensi tambahan untuk memperlengkap
makalah yang telah penulis buat.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan penulis dalam segi ilmu, pengalaman,
dan referensi penulis dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang
konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi penulis. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wahana pengetahuan bagi
kita semua.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
3
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains :
52%;contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;
fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches,
abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%
wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita
petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit
infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti
sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu
dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan
terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola
maupun karyawan RS.
1. Planning /(perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang
akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat
(hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter, serta masyarakat umum
lainnya). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi:
a) Hal apa yang dikerjakan
b) Bagaimana cara mengerjakannya
c) Mengapa mengerjakan
d) Siapa yang mengerjakan
e) Kapan harus dikerjakan
f) Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g) Hubungan timbal balik ( sebab akibat)
Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang
tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-
kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang
dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko bahaya
yang dapat terjadi dalam ( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar.
Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi
kesehatan harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan.
2. Organizing/ (organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat
rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat
atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara
langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat
8
3. Actuating /(pelaksanaan)
9
a. Kapasitas Kerja
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia relatif masih rendah, hal ini
tercermin dalam pendidikan pencari kerja. Hal tersebut terjadi pula di rumah
sakit. Tenaga perawat lulusan akademi masih sedikit, demikian pula tenaga
11
non medis masih banyak yang memiliki latar belakang pendidikan hingga
SMA saja. Selain pendidikan yang masih kurang, kualitas kesehatannya juga
masih rendah pula. Sementara untuk penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil. Tanpa
tenaga kerja yang berkualitas maka pelayanan kesehatan yang makin
canggih justru dapat menimbulkan kesulitan. Kemampuan mengoperasikan
alat-alat modern menjadi sangat terbatas dan dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
Di sisi lain, tingkat gaji dan jaminan sosial di rumah sakit khususnya
rumah sakit pemerintah relatif masih belum mencukupi. Hal ini terpengaruh
pada masih banyaknya pekerja yang belum terpenuhi kebutuhan gizi dan
kesehatannya secara memadai. Akibatnya, mereka sulit bekerja secara
produktif dan cenderung menimbulkan masalah kesehatan kerja. Dengan gaji
yang belum mencukupi, banyak pekerja yang melakukan kerja tambahan
secara berlebihan, sehingga kondisi fisik menjadi cepat lelah dan lemah,
sehingga cenderung menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Beban Kerja
Sebagai sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit
beroperasi 24 jam sehari. Dengan demikian, pelayanan di rumah sakit
menuntut adanya pola bergiliran/shift kerja. Tenaga kesehatan yang bertugas
jaga malam dapat mengalami kelelahan yang meningkat akibat terjadinya
perubahan biomitrik (irama tubuh). Fungsi-fungsi biologis manusia tidak
dapat sepenuhnya menyesuaikan dengan pola kerja yang berubah.
Terjadinya pengurangan lamanya waktu tidur sampai empat hingga enam
jam oleh karena lamanya waktu tidur relatif lebih pendek dari seharusnya.
Pada 15-20% gangguan tidur dapat berkembang menjadi gangguan
pencernaan. Pola kerja yang berubah dapat pula memperngaruhi kehidupan
keluarga terutama bagi tenaga kerja wanita. Penyelesaian urusan rumah
tangga merupakan masalah yang tidak mudah diatasi terlebih-lebih bila
12
mempunyai anak yang masih kecil. Beban psikis ini dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan stress. Di lain sisi, dengan masih kurangnya tenaga
kesehatan maka masih banyak tenaga kesehatan yang masih mempunyai
tugas rangkap di beberapa rumah sakit. Hal tersebut tentunya dapat berakibat
pada kelelahan.
c. Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan di rumah sakit di masa mendatang akan
berkembang serba mekanik, otomatis, kimiawi dengan teknologi canggih
yang dapat berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Pekerja yang ada di
rumah sakit sangat bervariasi jenis maupun jumlahnya sesuai dengan tugas
dan fungsi rumah sakit. Pekerja di rumah sakit dapam melaksanakan
tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai potensial yang harus dapat
diantisipasi dengan baik dan benar.
Lingkungan kegiatan rumah sakit dapat mempengaruhi kesehatan dalam
dua bentuk yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
a) Kecelakaan kerja di rumah sakit.
Ada beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di
rumah sakit antara lain ketel uap, kebakaran, bahan-bahan radioaktif,
cedera pada punggung karena mengangkat pasien, pekerjaan
menyuntik, terpeleset dan jatuh
b) Penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Penyakit akibat kerja di rumah sakit umumnya berkaitan dengan faktor
biologik (kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien), faktor
kimia (antiseptik pada kulit, gas anestesi dan lain-lain), faktor
ergonomic (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang
salah, dan lain-lain), faktor fisik dalam dosis kecil dan terus menerus
(panas pada kulit, radiasi pada sistem reproduksi/pemroduksi darah)
faktor psikososial (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal kesehatan jiwa, dan lain-lain).
13
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang
sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja
pola atau jadwal kerja.
5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan
alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata
kemasukan debu, dan lain-lain.
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak
dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga
dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan
produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 % dan kondisi yang tidak
selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di rumah sakit dapat
berbentuk 2 jenis yaitu :
c) Proses kerja
d) Sifat pekerjaan
e) Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena:
a) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b) Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c) Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d) Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
19
Beberapa contoh penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada pekerja yang
disebabkan oleh faktor penyebab fisik, biologi, kimia, ergonomi dan psikologi
sebagai berikut:
a) Penyakit allergi/hipersensitif
Dapat berup rinitis, rinosinusitis, asma, pneumonitis, aspergilosis akut
bronchopulmoner, hipersensitivitas lateks, penyakit jamur, dermatitis
kontak, anafilaksis. Lokasi biasanya di saluran pernafsan dan kulit dan
penyebabnya dapat disebabkan oleh bahan kimia, mikrobiologi, fisis
dapat merangsang interaksi non spesifik atau spesifik.
b) Dermatitis kontak yang terdiri dari iritan dan alergi kokasi di kulit.
c) Penyakit Paru
Dapat berupa bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus, fibrosis,
TBC, mesetelioma, pneumonia, sarkoidosis dan disebabkan oleh bahan
kimia, fisis, mikrobiologi.
d) Penyakit Hati dan Gastro-intestinal
Dapat berupa kanker lambung dan kanker oesofagus (tambang batubara
dan vulkanisir karet), Cirhosis hati (alkohol, karbon tetraklorida,
trichloroethylene, kloroform). Dapat disebabkan oleh bahan kimia.
e) Penyakit Saluran Urogenital
Dapat berupa gagal ginjal (upa logam cadmium dan merkuri, pelarut
organik, pestisida, carbon tetrachlorid), kanker vesica urinaria (karet,
manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin, 2-naphthylamin).
Penyebabnya dapat disebabkan bahan kimia.
f) Penyakit Hematologi
Dapat berupa anemia (Pb), lekemia (benzena) di mana disebabkan
bahan kimia.
g) Penyakit Kardiovaskuler
22
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan
suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7
langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:
Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan penanganan yang
tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja sangat penting. Sekurang-
kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
deteksi dini yaitu:
tempat kerja, sebagai contoh, audiometri adalah uji yang sangat penting bagi
tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising. Sedang
pemerikaan radiologis dada (foto thorax) penting untuk mendeteksi tenaga
kerja yang berisiko menderita pneumokonosis, karena lingkungan kerja
tercemar debu.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Badraningsih, L & Enny Zuhny. K. 2015. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK).
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-20152-
kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf. Diakses pada
tanggal 23 September 2017.
Kemenkes RI. 2011. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja bagi Petugas
Kesehatan. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180. Diakses pada tanggal 23
September 2017.
Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala Vol. 15 No. 2. http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3260. Diakses pada
tanggal 23 September 2017.
24