Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN CA.

SERVIKS
DI RUANG TERATAI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

SITI MARIYAH

(1811040085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS

A. PENGERTIAN

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam

leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina).

Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun. 90% dari kanker serviks

berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar

penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Kanker serviks adalah

karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan pertama di dunia. (Sjamjuhidayat,

2005). Kanker serviks adalah keganasan nomor tiga paling sering dari alat kandungan dan

menempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di Amerika (Yatim, 2005)

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak

jaringan normal di sekitarnya

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kanker serviks

adalah kanker leher rahim yang paling ganas dari beberapa kanker pada wanita yang lain.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga sepertiga bawah

uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanal

endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah

vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 - 3cm dan memiliki

diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian anterior serviks berbatasan dengan kantung kemih. Pada
bagian posterior, serviks ditutupi oleh peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac (

Snell, 2006 )

Bagian-bagian serviks :

a. Endoserviks : sering disebut juga sebagai kanal endoserviks.

b. Ektoserviks (eksoserviks) : bagian vaginal serviks

c. Os Eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks

d. Forniks : refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks

e. Os Internal : bagian batas atas kanal

Pada serviks terdapat zona trasformasi (transformation zone ), yaitu: area

terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2

ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen

kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks

ke dinding pelvis lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat

yang mengelilingi serviks dan vagina dan memanjang hingga vertebra.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Etiologi kanker servik idiopatik atau belum diketahui pasti. Ada beberapa faktor

resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu :

1. Perilaku seksual

Banyak faktor yang disebut - sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Pada

berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai

melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual

yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks. Faktor risiko lain

yang penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan
dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya. Banyak

penyebab yang dapat menimbulkan kanker serviks, tetapi penyakit ini sebaiknya

digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Penyakit kelamin dan

keganasan serviks keduanya saling berkaitan secara bebas, dan diduga terdapat

korelasi non-kausal antara beberapa penyakit akibat hubungan seksual dengan kanker

serviks.

2. Kontrasepsi

Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang

dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko

relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral

sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.

3. Merokok

Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai

rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic

hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada

getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-

bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat

menjadi kokarsinogen infeksi virus.

4. Nutrisi

Antioksidan dapat melindungi DNA atau RNA terhadap pengaruh buruk radikal

bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak sayur dan buah

mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya

advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa
penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta

karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E,

vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Vitamin E

banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang -

kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.

5. Paritas (Jumlah Kelahiran)

Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak

persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan

yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena

penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan

berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya

dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus

(HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.

6. Usia >35 tahun

Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua

usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim.

Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari

meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta

makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.

7. Usia terlalu muda

Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan

hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10 - 12 kali lebih besar

daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya
dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan

hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada

sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya

sel - sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang

wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di

bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada

serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih

rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar

termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa

berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati

dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel

yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya

bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada

usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap

perubahan.

8. Hygiene yang buruk

Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital,

virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda.

Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus

ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang

terdapat pada penderita berpindah ke closet.(Sarwono.2006)


D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala stadium awal Ca Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut,

tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:

1. Perdarahan spontan

2. Hematuria

3. Nyeri pada pinggang bagian bawah

4. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita

5. Amenorhea

6. Lemah

7. Hipermenorhea

E. KOMPLIKASI

1. Fistula uretra

2. Disfungsi kandung kemih

3. Anemia trombositopenis

4. Mual,muntah, anoreksia

5. Infeksi pelvis

6. Sistitis dan kulit kering

7. Fistula rektovaginal.

F. PATOFISIOLOGI

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction

(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis

serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel

skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek
selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada

wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di

atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ

yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen

yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ

terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel

kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel

kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses

metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang

tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara

morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan

antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini

disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor

penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat

virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan

terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel

displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia

ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang

menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai

tingkat pra-kanker.

G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan

a. Pembedahan

b. Terapi penyinaran (radioterapi)

c. Kemoterapi

2. Pencegahan

a. Screening

- Vaksin HPV

- Penggunaan kondom

- Sirkumsisi pada pria

- Tidak merokok

- Nutrisi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pre op & pre Radiasi

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi ke saraf.

b. Harga Diri Rendah berhubungan dengan adanya jaringan mati dan busuk,

keputihan yang berbau busuk dari vagina

2. Post operasi dan post Radiasi

a. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka akibat luka

pembedahan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi.

J. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pre op & pre Radiasi

o Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi ke saraf

Tujuan : melaporkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil : klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak gelisah.

Intervensi :

 Kaji skala nyeri & intensitas nyeri

 Awasi dan pantau tanda-tanda vital

 Ajarkan klien relaksasi dalam dan masase pada daerah sekitar nyeri.

 Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang

o Harga Diri Rendah berhubungan dengan adanya jaringan mati dan busuk,

keputihan yang berbau busuk dari vagina.

Tujuan : Harga diri meningkat

Kriteria Hasil : Klien mengatasi masalahnya dengan positif

Intervensi :

 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.

 Kaji kemampuan klien yang bersifat positif.

 Libatkan keluarga untuk memotifasi klien

o Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia

Tujuan : Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya

komplikasi perdarahan.

Intervensi :

 Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.

 Berikan cairan secara cepat.


 Pantau dan atur kecepatan infus.

 Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Post operasi dan post Radiasi

o Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka akibat luka

pembedahan.

Tujuan : Infeksi dapat di cegah

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah luka.

Intervensi :

 Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka

 Jaga kebersihan lokasi

 Rawat luka dengan tehnik aseptic dan anti septic

 Anjurkan klien untuk mobilisasi fisik secara aktif

 Kolaborasi dengan medis untuk memberikan antibiotik

o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil : nafsu makan meningkat dan pasien tidak lemah dan pucat

Intervensi :

 Jelaskan nutrisi untuk penyembuhan pasien

 Anjurkan porsi makan dengan porsi kecil tapi sering

 Anjurkan pasien untuk mengurangi minum disela-sela makan.

 Temani dan Bantu pasien makan

o Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi.


Tujuan : agar intregitas kulit dapat di pertahankan

Kriteria Hasil : kulit tampak utuh dan bersih

Intervensi :

 Jaga kebersihan kulit

 Pertahankan hidrasi adekuat

 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker

 Jelaskan pada pasien untuk menghindari menggaruk


DATAR PUSTAKA

Sjamjuhidayat. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta.

Yatim. 2005 .Ilmu Kandungan. Widya Medica : Jakarta

FKUI, 2011. Buku Saku Obstetri da Ginekologi. Jakarta

Baziad,Ali dkk.2008. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Jones. Derek Llewellyn.2007. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi.jakarta.hipokrates

Anda mungkin juga menyukai