Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN CA.

SERVIKS
DI RUANG TERATAI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

DHIMAS ANGGIT PRASETYO

(1811040075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan
yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim
yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah
penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya
(Lynda, 2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak
vagina.( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa
columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia
ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular
seksual (Suharto 2009).
B. Anatomi Fisiologi
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga sepertiga
bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui
kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian yang
menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 -
3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian anterior serviks berbatasan dengan
kantung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh peritoneum yang
membentuk garis cul-de-sac ( Snell, 2006 ).
Bagian-bagian serviks :
a. Endoserviks : sering disebut juga sebagai kanal endoserviks.
b. Ektoserviks (eksoserviks) : bagian vaginal serviks
c. Os Eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks
d. Forniks : refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks
e. Os Internal : bagian batas atas kanal
Pada serviks terdapat zona trasformasi (transformation zone ), yaitu: area terjadinya
perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2 ligamen
yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal
adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke
dinding pelvis lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat
yang mengelilingi serviks dan vagina dan memanjang hingga vertebra.
C. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain:

a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi menyebabkan kanker
leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted
disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai
tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun
sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16,
18, 45, 56 dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi
HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-
epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan
lesi. (yatim,faisal,2010).
e. Hygiene yang buruk
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital,
virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim
Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah
terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan
closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke
closet.(Sarwono.2006)
D. Manifestasi Klinis
a) Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan
seperti krem tidak gatal,kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan
sangat berbau bahkan sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini
timbul karena ada jaringan nekrosis (Aziz M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b) Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar
siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak atau
perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya
pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau busuk,bila
perdarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan penderita
menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada penderita
kanker serviks stadium lanjut (Aziz M.F. dan Saifuddin A.B.2010).
c) Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul
perdarahan setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada permukaan
serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d) Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal,
menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat badan semakin
lama semakin menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.bila kanker
sudah berada pada stadium 3, maka akan mengalami pembengkakan dibagian
tubuh seperti, betis, paha, tangan dan sebagiannya ( RamaDiananda, 2009 ).
E. Komplikasi
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi
pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika
buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari
tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker
serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat
menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan
ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang
terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah
saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan
kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih
dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
d. Infeksi pelvis
e. Sistitis dan kulit kering

f. Mual, muntah, anoreksia

F. Patofisiologis

Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ).
Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ
berada didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak
memberi tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio
yang erosive (metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat
tumbuh sebagai berikut:
a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
(Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah
transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen
tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga
bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami
mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel
yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma
in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh.(Rahmawan, 2009).
Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik
intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap
lanjut. Sedang kan tahap awal tidak. (pince, sylvia A, 2010).
G. Pathways

Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah


perkawinan, infeksi HPV

Mitosis sel eksoservik


& endoserviks

Hipertermi
Metaplasia skuamosa

Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi

Aktivasi regenerasi pelepasan med.kimiawi


sel meningkat
( prostaglandin )

Sel - sel merangsang hipotalamus


ganas/karsinoma

Invasi Patogen
Kanker Serviks

Dilakukan non Menembus sel epitel Dapat menekan Vaskularisasi


pembedahan, kemoterapi jaringan sekitar jaringan

Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso

Meluas ke
Penurunan berat badan Nekrosis jaringan
jaringan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Pembuluh limfa & Menekan ujung Keputihan, bau
vena saraf simpatik busuk , gatal

Dinding pembuluh Respon nyeri Kurangnya


terdesak pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Nyeri kronik
Perdarahan
spontan Defisiensi
Pengetahuan

Kekurangan Volume Cairan Timbul rasa khawatir

Cemas Ansietas

sumber :

1. Sylvia A. Prince, 2007.

2. Rahmawan, 2009
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi,
radiasi dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis
pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
I. Pencegahan
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks
terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan
pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%.
Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari
New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi
dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah
suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun
1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan
ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau
menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-
wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan
ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan
pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai
salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di
antaranya :
a. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual
(vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang
dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal
lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV
onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun
setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19
tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai
DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30
tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV
pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini
meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini
sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan
mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang
ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini
dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan
risiko kanker serviks.
c. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun. Skrining dihentikan bila usia mencapai
70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil
negatif.
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
b. Kolposkopi
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
d. Serviksografi
e. Gineskopi
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
g. Pemeriksaan darah lengkap
K. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien
yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan
radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker
serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun

0 Karsinoma insitu 100

I Terbatas pada uterus 85

II Menyerang luar uterus tetapi meluas ke 60


dinding pelvis

III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33


sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis

IV Menyerang mukosa kandung kemih 7


atau rektum atau meluas keluar pelvis
sebenarnya
L. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronik
b. Kekurangan Volume Cairan
c. Ansietas
d. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
e. Hipertermi
f. Defisiensi Pengetahuan
M. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1 Domain 12 : Kenyamanan NOC : Manajemen nyeri

Kelas 1: - Tingkat Kenyamanan Administrasi analgetik : 1. Intensitas, karakter,


KenyamananFisik - Pengendalian nyeri waktu terjadinya,
Mandiri
- Tingkat nyeri durasi faktor yang
Nyeri Kronik (00133)
Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji pengalaman klien memperberat dan yang
Definisi : tindakan keperawatan ketika berhadapan dengan mengurangi nyeri harus
selama …x 24 jam klien nyeri untuk pertama kali, dikaji dan di
Pengalaman sensorik dan
mampu : jika memungkinkan dokumentasikan pada
emosional yang tidak
lakukan intervensi untuk saat setelah evaluasi
menyenangkan yang - Menurunkan level nyeri
menurunkan nyeri awal
muncul akibat kerusakan
- Mengontrol nyeri 2. Anjurkan klien untuk 2. Perhatian mungkin
jaringan yang actual atau
menggambarkan memberikan efek
potensial atau - Meningkatkan rasa
pengalamam yang telah lalu terhadap perasaan klien
digambarkan dalamhal nyaman
mengenai nyeri dan metode untuk melaporkan
kerusakan sedemikian
Dengan klien mampu : yang digunakan untuk tentang nyeri dan
rupa (International
menangani nyerinya, penggunaan analgetik
Association for the Study Mengukur nyerinya dengan
termasuk pengalaman 3. Intensitas dari nyeri
of Pain) ; awitan yang tiba menggunakan skala nyeri,
tentang efek samping, tipe dan ketidak nyamanan
– tiba atau lambat dari menetapkan tujuan untuk koping respon, dan harus dikaji dan
intensitas ringan hingga penurunan nyeri yang bagaimana ia didokumentasikan
berat dengan akhir yang diharapkan dan membuat mengekspresikan nyeri setelah prosedur yang
dapat diantisipasi atau rencana kegiatan untuk 3. Mendeskripsikan menyebabkan nyeri
diprediksi dan mengelola nyerinya tentang efek yang dengan beberapa hal
berlangsung >6 bulan. merugikan dari nyeri yang baru tentang nyeri dan
Mendiskripsikan tentang
tidak tertahankan interval dari nyeri
Batasan Karakteristik : rencana pengelolaan nyeri
4. Anjurkan klien untuk 4. Untuk menolong
baik farmakologis maupun
- Hambatan melaporkan tentang lokasi, merencanakan
non farmakologis termasuk
kemampuan intensitas dan kualitas dari perawatan nyeri,
mengenali keuntungan dan
meneruskan nyeri ketika sedang penggunakan obat-
kerugian pengelolaan nyeri
aktivitas mengalami nyeri obatan yang lalu
menggunakan obat dan non
sebelumnya Kolaborasi 5. Keluarga dapat
obat
- Perubahan pola membedakan
5. Kolaborasikan dengan
tidur Mendemontrasikan bagaimana menentukan
tim pelayan kesehatan,
- skala keluhan ( kemampuan untuk tenang, nacrotis
pasien, dan anggota
mis., penggunaan beristirahat 6. mempercepat dapat
keluarga dalam
skala nyeri ) membantu proses
Menerima keadaan yang memilih dan
- letih penyembuhan klien
sedang dialami dan mampu menentukan tipe
- sikap melindungi
nacrotis yang sesuai
area nyeri
- keluhan nyeri beraktifitas dengan 6. Rekomendasikan HE
- iritabilitas minimal terjadinya nyeri penggunaan aspirin dan
7. Agar keluarga
- gelisah nonsteroid
dapat mengetahui
antiinflamasi obat
hal tentang
dalam pemberian
Faktor Yang Berhubungan memonitor nyeri
nakrotis
dan bisa di
- Ketunadayaan fisik HE
aplikasikan di
kronis
7. Mengajarkan kepada rumah
- ketunadayaan
pasien dan keluarga 8. keluarga dapat
psikososial kronis
dalam memonitor mengetahui cara
intensitas nyeri, memonitor
kualitas dan durasi respirasi dan TD
8. Mengajarkan kepada agar bisa
pasien dan keluarga diaplikasikan di
dalam memonitor status rumah
respirasi dan tekanan
darah
2 Domain 2: Nutrisi NOC : NIC : Manajemen
Cairan/Elektrolit
Kelas 5: Hidrasi - Keseimbangan Manajemen
elektrolit dan asam basa Cairan/Elektrolit
Kekurangan volume - Keseimbangan cairan 1.Kaji penyebab gangguan 1. Sebagai dasar dalam
cairan (00027) - Hidrasi keseimbangan cairan dan menentukan tindakan
Tujuan:setelah dilakukan elektrolit yang tepat untuk klien
Definisi: Peningkatan
tindakan selama…..x 24 2.Berikan klien banyak minum dalam memenuhi
retensi cairan istonik
jam masalah kekurangan 3.Monitor tanda-tanda kebutuhan cairan dan
Batasan karakteristik: volume cairan teratasi. dehidrasi elektrolit.
4.Observasi tanda-tanda vital 2. Asupan cairan dan
 Penurunan tekanan Kriteria hasil :
elektrolit yang cukup
darah
- Menunjukkan akan membantu
 Peningkatan suhu tubuh Terapi Intravena (IV)
keseimbangan elektrolit mempercepat proses
 Penurunan berat badan
dan asam basa 5.Kolaborasi dengan tim medis metabolisme tubuh
tiba-tiba
Menunjukkan dalam pemberian cairan infus 3. Mengetahui tingkat
 Kelemahan
keseimbangan cairan. dan dengan
Faktor yang berhubungan:
kekurangan cairan
 Kehilangan volume elektrolit tubuh
cairan aktif mempermudah dalam
memberi pengobatan
4. Tanda-tanda vital
merupakan parameter
peningkatan respon
fisiologis dari
kekurangan cairan dan
elektrolit

Terapi Intravena (IV)

Tindakan yang terdapat


dalam pemberian infus
dapat membantu
mempercepat kebutuhan
cairan dan elektrolit

3 Domain 9 : NOC: NIC Penurunan Ansietas


Koping/Toleransi stress
 Pengendalian diri Penurunan Ansietas 1.ketakutan dapat terjadi
Kelas 2 : Respon Koping terhadap ansietas karena nyeri hebat, penting
1. Evaluasi tingkat ansietas,
 Koping pada prosedur diagnostik
Ansietas (00146) catat verbal dan non verbal
dan pembedahan.
pasien.
Definisi : Perasaan tidak
Tujuan : Setelah dilakukan 2.dapat meringankan
nyaman atau
asuhan keperawatan ansietas terutama ketika
kekhawatiran yang samar 2. Jelaskan dan persiapkan
selama … x 24 jam, pemeriksaan tersebut
disertai respons otonom untuk tindakan prosedur
diharapkan kecemasab melibatkan pembedahan.
sebelum dilakukan
Batasan karakteristik : klien berkurang dengan 3.membatasi kelemahan,
kriteria hasil: menghemat energi dan
 Gelisah 3. Jadwalkan istirahat
meningkatkan kemampuan
 Insomnia  Melaporkan ansietas adekuat dan periode
koping.
 Mengekspresikan menurun sampai tingkat menghentikan tidur.
kekhawatiran karena teratasi 4.Mengurangi kecemasan
perubahan dalam pola  Tampak rileks klien
4. Anjurkan keluarga untuk
hidup
menemani disamping klien Peningkatan Koping
 Tampak waspada
Peningkatan Koping
5.Dengan beradaptasi
Faktor Yang Berhubungan 5. Bantu pasien beradaptasi disekitar pasien bisa
: dengan perepsi merasakan sedikit rileks
stressor,perubahan,atau
 Perubahan dalam status sebelum melakukan
ancaman yang mengambat
kesehatan operasi agar pasien tidak
pemenuhan tuntutat dan
 stress terlalu cemas saat
peran hidup diruangan operasi nanti.

4. Domain 2 : Nutrisi NOC: Mandiri: Mandiri:

Kelas 1 : Makan  Nutritional Status 1. Auskultasi bising usus 1. Bising usus hiperaktif
 Nutritional Status : 2. Catat dan laporkan adanya mencerminkan
Ketidak Seimbangan
food and fluid intake anoreksia, kelemahan peningkatan motilitas
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh  Nutritional Status : umum nyeri, nyeri lambung yang
(00002) nutrient intake abdomen, munculnya mual menurunkan atau
 Weight control dan muntah mengubah fungsi
Definisi: Asupan nutrisi
Tujuan: Setelah 3. Pantau masukan makanan absorbsi
tidak cukup untuk
dilakukan tindakan setiap hari dan timbang BB 2. Peningkatan aktivitas
memenuhi kebutuhan
keperawatan selama ...x24 setiap hari serta laporkan adrenergik dapat
metabolic.
jam masalah adanya penurunan. menyebabkan
Batasan Karakteristik: ketidakseimbangan nutrisi 4. Dorong pasien untuk makan gangguan sekresi
kurang dari kebutuhan dan meningkatkan jumlah insulin/terjadi resisten
 Kram abdomen
tubuh teratasi makan dan juga makanan yang mengakibatkan
 Nyeri abdomen
kecil, dengan menggunakan hiperglikemia.
 Menghindari makan Kriteria Hasil:
makanan tingginkalori yang 3. Penurunan BB terus
 Berat badan 20% atau
 Adanya peningkatan mudah dicerna menerus dalam
lebih di bawah berat
BB sesuai dengan 5. Hindari pemberian keadaan masukan
badan ideal
tujuan makanan yang dapat kalori yang cukup
 Kerapuhan kapiler
 BB ideal sesuai meningkatkan peristaltik merupakan indikasi
 Kehilangan rambut dengan TB usus (misalnya teh, kopi, kegagalan terhadap
berlebihan  Mampu dan makanan berserat terapi antitiroid
 Bising usus hiperaktif mengidentifikasi lainnya) 4. Membantu menjaga
 Kurang makan kebutuhan nutrisi Kolaborasi: pemasukan kalori
 Kurang informasi cukup tinggi untuk
 Kurang minat pada  Tidak ada tanda-tanda 6. Konsultasikan dengan ahli menambahkan kalori
makanan malnutrisi gizi untuk memberikan diet tetap tinggi pada
 Penurunan berat  Menunjukkan tinggi kalori, protein, penggunaan kalori
badan dengan asupan peningkatan fungsi karbohidrat, dan vitamin yang disebabkan oleh
makanan adekuat pengecapan dari 7. Berikan obat sesuai adanya hiper metabolik
 Kesalahan konsepsi menelan indikasi: glukosa, vitamin B 5. Peningkatan motilitas

 Kesalahan informasi  Tidak terjadi kompleks saluran cerna dapat

 Membrane mukosa penurunan BB yang HE mengakibatkan diare

pucat berarti 8. Berikan informasi tentang dan gangguan absorbsi

 Ketidakmampuan kebutuhan nutrisi nutrisi yang diperlukan

memakan makanan Kolaborasi:

 Tonus otot menurun 6. Menjamin pemasukan


 Mengeluh gangguan zat-zat makanan yang
sensasi rasa adekuat
 Mengeluh asupan 7. Diberikan untuk
makanan kurang dari memenuhi kalori yang
RDA (recommended diperlukan dan
daily allowance) mencegah atau
Faktor yang mengobati
berhubungan: hipoglikemia
 Faktor biologis HE
 Faktor ekonomi
8. untuk
 Ketidakmampuan
mempertahankan
untuk mengabsorpsi
nutrisi di dalam tubuh
nutrien
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan

5. Domain 11: NOC: NIC:


Keamanan/perlindungan
- Termoregulasi - Terapi demam 1. Kompres hangat dapat
Kelas 6: Termoregulasi - Tanda-tanda vital 1. Berikompres air hangat mengembalikan suhu
Tujuan:setelahdilakukantin 2. Monitor intake dan normal dan
Hipertermia (00007)
dakanselama…..x 24 jam output memperlancar
Definisi: suhu tubuh menjadi 3. Berikan obat anti sirkulasi.
Peningkatansuhutubuhdiat normal. piretik. 2. Untuk mengetahui
askisaran normal. - Regulasi suhu adanya
Kriteria hasil :
4. Berikan/anjurkanpasien ketidakseimbangan
BatasanKarakteristik:
 Menunjukkan suhu untukbanyakminum cairan tubuh.
 Peningkatansuhutubuhd tubuh dalam rentang 1500-2000 cc/hari 3. Dapat menurunkan
iataskisaran normal normal (TTV normal). (sesuaitoleransi). demam
 Kejang
Faktor yang berhubungan: 5. Anjurkanpasienuntukm 4. Untuk mengganti
enggunakanpakaian cairan tubuh yang
 Anastesia
yang tipis hilang akibat
 Peningkatanlajumetabo
danmudahmenyerapkeri penguapan.
lisme
ngat. 5. Memberikan rasa
- Pemantauan tanda vital nyaman dan pakaian
6. Observasi tanda-tanda yang tipis mudah
vital tiap 3 jam. menyerap keringat dan
tidak merangsang
peningkatan suhu
tubuh.
6. Tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
6. Domain 5: Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji apa pasien tahu 1. Untuk mengetahui
Persepsi/Kognisi keperawatan selama 3×24 tentang tanda-tanda dan tentang pemahaman
jam di harapkan pasien gejala normal selama pasien untuk tindakan
Kelas 4:Kognisi
memahami pengetahuan kehamilan selanjutnya
Defisiensi tentang penyakitnya 2. Mencegah terjadinya
Pengetahuan(00126) dengan criteria hasil : hal-hal yang tidak
Definisi : 1. Pasien terlihat tidak 2.Ajarkan tentang apa yang diinginkan terjadi yang
bingung lagi harus dilakukan jika tanda bisa membahayakan
Ketiadaan atau defisiensi
2. Pengetahuan Pasien dan KPD muncul kembali ibu-janin
informasi kognitif yang
keluarga dapat 3.Libatkan keluarga agar 3. Untuk membantu
berkaitan dengan tpoik
bertambah memantau kondisi pasien merencanakan tindakan
tertentu.
berikutnya
Batasan Karakteristik:

 Perilaku hiperbola
 Ketidakakuratan
mengikuti perintah
 Ketidakajuratan
mengikuti test
 Perilaku tidak
tepat
 Pengungkapan
masalah
faktor berhubungan :

 Keterbatasan
kognitif
 Salah interpretasi
informasi
 Kurang pajanan
 Kurang dapat
mengingat
Daftar Pustaka

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear Dengan hasil
pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai