Rekalkulasi Kebakarn
Rekalkulasi Kebakarn
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia
Tahun 2011 yang menampilkan Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan dan
Areal Penggunaan Lain berdasarkan penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan
tahun 2011 untuk seluruh wilayah Indonesia.
Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini merupakan basis data penutupan
lahan yang dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Diharapkan data dan informasi penutupan lahan di dalam dan di luar kawasan
hutan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
pembangunan baik secara regional maupun nasional serta dapat mendukung
perencanaan pembangunan wilayah yang terintegrasi sebagai satu kesatuan
ekosistem.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, November 2012
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL Hal
GAMBAR Hal
LAMPIRAN Hal
Indonesia adalah salah satu Negara Mega Biodiversity yang terletak dalam
lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera
dan Kalimantan) dan benua Australia (Pulau Papua) serta sebaran wilayah
peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Indonesia
memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire yaitu
sebesar 10 % dari sumber daya hutan yang ada di dunia sehingga sangat
penting peranannya sebagai bagian dari paru-paru dunia serta penyeimbang
iklim global. Selain itu, hamparan hutan tropis tersebut mempunyai peranan
yang strategis dari aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.. Dalam
tataran global, keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua di
dunia setelah Columbia sehingga keberadaannya perlu dipertahankan sejalan
dengan berbagai inisiatif tentang pengendalian perubahan iklim melalui
pengurangan deforestasi dan degradasi hutan.
Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa
ini, hutan harus dikelola bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan dengan menjamin luasan yang cukup dan
sebaran yang proporsional, sehingga dapat memberikan manfaat ekologi,
sosial dan ekonomi secara simultan, optimal dan berkesinambungan bagi
generasi sekarang maupun generasi mendatang, sebagaimana diamanatkan
pada pasal 3 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Sementara itu penutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait
dengan tutupan hutan sangat dinamis dan berubah dengan cepat dimana
kondisi hutan semakin menurun dan berkurang luasnya. Berdasarkan data
yang ada, luas hutan selama periode 1985 – 1997 untuk tiga pulau besar
Untuk periode 1997 – 2000 laju pengurangan hutan di dalam kawasan hutan
mencapai angka ± 2,84 juta ha/tahun atau ± 8,5 juta ha selama 3 tahun.
Sedangkan data berdasarkan citra SPOT Vegetation didapatkan angka
pengurangan penutupan berhutan sebesar 1,08 juta ha/tahun (2000-2005),
dan berdasarkan citra MODIS sebesar 0,72 juta ha/tahun (2000 - 2005). Pada
periode 2003-2006 didapatkan angka deforestasi Indonesia sebesar 1,17 juta
ha/tahun. Selanjutnya pada periode 2006-2009 terjadi penurunan deforestasi
menjadi sebesar 0,83 juta ha/th. Untuk periode 2009-2011 terjadi penurunan
angka deforestasi menjadi sebesar 0,45 juta ha/th.
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
Data yang digunakan dalam rekalkulasi penutupan lahan adalah data digital
yang tersedia pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan pada tingkat ketelitian skala
1:250.000. Data tersebut meliputi:
a. Hutan;
1. Hutan lahan kering primer
2. Hutan lahan kering sekunder
3. Hutan rawa primer
4. Hutan rawa sekunder
5. Hutan mangrove primer
6. Hutan mangrove sekunder
7. Hutan tanaman *
b. Non Hutan;
8. Semak/Belukar
9. Belukar rawa
10. Padang rumput
11. Perkebunan
12. Pertanian lahan kering
13. Pertanian lahan kering dan Semak
14. Transmigrasi
15. Sawah
16. Tambak
17. Tanah Terbuka
18. Pertambangan
19. Pemukiman
20. Rawa
21. Pelabuhan Udara/Laut
Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk
dalam penghitungan penutupan lahan.
• Akurasi Penafsiran
Sebagai sebuah produk penafsiran, peta penutupan lahan yang
dihasilkan sangat mungkin mengandung kesalahan. Untuk dapat
mengetahui seberapa besar tingkat kesalahan peta penutupan lahan
dan seberapa besar tingkat kepercayaan kita terhadap hasil penafsiran
tersebut maka perlu dilakukan penilaian akurasi (accuracy assessment).
Akurasi dalam analisa citra inderaja diukur dengan cara
memperbandingkan antara hasil analisa dengan suatu data referensi
yang dianggap benar atau memiliki akurasi tinggi dalam menyajikan
keadaan sebenarnya.
OVERLAY
PENGHITUNGAN
LUAS
Sumber : Data Digital Penutupan Lahan Hasil Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Liputan Tahun 2011
2. Dari luas kawasan hutan daratan sebesar 69,9 % atau 131,3 juta ha terdiri
dari 48,0 % atau 90,1 juta ha masih berhutan dan 21,9 % atau 41,2 juta ha
merupakan lahan tidak berhutan (non hutan). (Tabel III.1). Persentase
dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha).
A. Hutan 15,987 24,763 18,812 20,269 79,831 10,279 90,111 48.0 8,575 4.6 98,686 52.5
B. Non hutan 5,245 7,448 4,007 13,875 30,575 10,590 41,166 21.9 47,989 25.5 89,155 47.5
Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
KAWASAN HUTAN
NO. PULAU/ KEPULAUAN HUTAN TETAP APL % TOTAL
HPK Jumlah %
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah
1 SUMATERA 3,773.4 3,622.4 2,506.9 2,492.3 12,395.0 743.2 13,138.3 13.3 1,106.5 1.1 14,244.8
2 JAWA 414.8 516.3 305.9 990.7 2,227.7 - 2,227.7 2.3 1,776.0 1.8 4,003.8
3 KALIMANTAN 3,629.7 5,341.3 9,382.7 6,656.6 25,010.3 1,040.6 26,050.9 26.4 2,735.3 2.8 28,786.2
4 SULAWESI 1,320.1 3,886.9 2,790.5 828.3 8,825.8 364.4 9,190.3 9.3 1,056.0 1.1 10,246.3
5 BALI NUSATGR 137.2 806.8 362.8 289.7 1,596.5 16.4 1,612.9 1.6 1,078.6 1.1 2,691.5
6 MALUKU 283.2 1,506.0 1,473.9 677.0 3,940.1 1,171.4 5,111.5 5.2 184.7 0.2 5,296.2
7 PAPUA 6,428.9 9,083.1 1,989.2 8,334.6 25,835.8 6,943.3 32,779.1 33.2 638.2 0.6 33,417.3
Total 15,987.4 24,762.8 18,811.9 20,269.2 79,831.3 10,279.4 90,110.6 91.3 8,575.4 8.7 98,686.0
Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
30,000 60,000
24,763 49,360
25,000 50,000
20,269
18,812
Luas (Ribu Ha)
20,000 40,000
Luas (Ribu Ha)
15,987
15,000 30,000 24,763
10,279
10,000 8,575
20,000 15,987
8,575
10,000
5,000
0
0
Hutan Hutan Hutan Areal
KSA- HL HPT HP HPK APL Konservasi Lindung Produksi Penggunaan
KPA Lain
5. Kondisi tutupan hutan pada daratan di kawasan hutan dan areal penggunaan
lain dapat dikelompokkan atas hutan primer, hutan sekunder dan hutan
tanaman (Tabel III.4). Dari penutupan lahan berhutan seluas 98,7 juta ha,
46,4 juta ha atau 47,0 % merupakan hutan primer, 47,9 juta ha atau 48,6 %
merupakan hutan sekunder dan selebihnya merupakan hutan tanaman, yaitu
seluas 4,3 juta ha (4,4 %). Kondisi hutan primer terluas pada hutan lindung,
sedangkan hutan sekunder umumnya terdapat pada hutan produksi, dan
sebagian pada hutan lindung. Hutan tanaman sebagian besar terdapat pada
KAWASAN HUTAN
PENUTUPAN APL
NO. HUTAN TETAP TOTAL %
LAHAN HPK Jumlah %
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah %
1 Hutan primer 11,063.0 15,305.9 7,116.6 7,191.4 40,676.9 4,818.8 45,495.7 46.1 925.7 0.9 46,421.3 47.0
2 Hutan sekunder 4,771.5 9,140.3 11,301.8 11,192.7 36,406.2 5,355.9 41,762.1 42.3 6,164.0 6.2 47,926.2 48.6
3 Hutan tanaman * 153.0 316.6 393.5 1,885.1 2,748.1 104.7 2,852.8 2.9 1,485.7 1.5 4,338.5 4.4
Total 15,987.4 24,762.8 18,811.9 20,269.2 79,831.3 10,279.4 90,110.6 91.3 8,575.4 8.7 98,686.0 100.0
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Hutan Tanaman di dalan Kawasan Hutan Konservasi dan Hutan Lindung tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman
Industri/IUPHHK-HT.
Luas penutupan lahan berdasarkan kondisi hutan per fungsi kawasan hutan
untuk masing-masing provinsi disajikan pada Lampiran 1. Sedangkan kondisi
penutupan lahan berdasarkan 23 kelas penutupan beserta peta per provinsi
untuk 33 provinsi disajikan secara lengkap pada Lampiran 3.
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Di dalam kawasan Hutan Konservasi, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT.
Untuk Provinsi DKI Jakarta dengan luasan lahan berhutan yang minim
memerlukan peran kawasan lindung setempat yaitu sempadan sungai, danau
dan jalur hijau serta pembangunan hutan kota sebagai upaya konservasi dan
pengatur tata air untuk wilayah tersebut.
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
30 Maluku Utara 267.4 575.8 0.4 843.6 86.4 132.9 13.6 - - 976.6
31 Maluku 149.0 513.3 - 662.3 79.5 170.7 20.5 - - 833.1
MALUKU & MALUKU UTARA 416.5 1,089.1 0.4 1,506.0 83.2 303.7 16.8 - - 1,809.6
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Di dalam kawasan Hutan Lindung, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT.
Tabel III.7 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap
per Provinsi (Ribu Ha)
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
17 Kalimantan Barat 24.5 719.8 8.5 752.8 33.2 1,513.0 66.8 - - 2,265.8
18 Kalimantan Selatan 0.4 190.9 56.6 247.9 32.5 514.3 67.5 - - 762.2
19 Kalimantan Tengah 62.6 2,587.2 100.8 2,750.6 82.7 574.1 17.3 - - 3,324.7
20 Kalimantan Timur 439.5 2,122.4 343.5 2,905.3 56.7 2,216.4 43.3 - - 5,121.7
KALIMANTAN 526.9 5,620.3 509.4 6,656.6 58.0 4,817.7 42.0 - - 11,474.4
30 Maluku Utara 41.0 273.9 21.8 336.7 62.2 204.3 37.8 - - 541.0
31 Maluku 60.3 280.0 - 340.3 66.4 171.8 33.6 - - 512.1
MALUKU & MALUKU UTARA 101.3 553.9 21.8 677.0 64.3 376.1 35.7 - - 1,053.2
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Pada Hutan Produksi Terbatas, pulau Jawa memiliki hutan tanaman yang
relatif lebih luas dibandingkan pulau-pulau lainnya. Upaya regenerasi
jenis-jenis kayu unggulan dan langka, penting untuk dipertimbangkan
dalam rangka pengembangan hutan tanaman dan mempertahankan
keanekaragaman jenis flora endemik yang ada di Indonesia.
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
30 Maluku Utara 119.4 428.9 4.7 552.9 88.7 70.6 11.3 - - 623.5
31 Maluku 89.3 831.7 - 921.0 89.4 109.1 10.6 - - 1,030.1
MALUKU & MALUKU UTARA 208.7 1,260.6 4.7 1,473.9 89.1 179.7 10.9 - - 1,653.6
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di-
Konversi selengkapnya disajikan pada Tabel III.9 berikut ini :
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Aceh - - - - - - - - - -
2 Sumatera Utara - 1.5 0.4 1.8 3.5 50.9 96.5 - - 52.8
3 Riau 9.9 405.0 78.9 493.8 11.6 3,758.6 88.4 - - 4,252.4
4 Sumatera Barat 12.3 83.2 (0.0) 95.5 52.2 87.4 47.8 - - 183.0
5 Jambi - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan 0.0 5.1 0.2 5.3 1.2 426.2 98.8 - - 431.4
7 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - -
8 Bengkulu - 1.0 0.1 1.1 9.2 10.7 90.8 - - 11.8
9 Lampung - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau 15.2 128.6 1.8 145.7 28.1 372.0 71.9 - - 517.7
SUMATERA 37.5 624.4 81.4 743.2 13.6 4,705.8 86.4 - - 5,449.0
11 Banten - - - - - - - - - -
12 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
13 Jawa Barat - - - - - - - - - -
14 Jawa Tengah - - - - - - - - - -
15 D.I. Yogyakarta - - - - - - - - - -
16 Jawa Timur - - - - - - - - - -
JAWA - - - - - - - - - -
27 Bali - - - - - - - - - -
28 NTB - - - - - - - - - -
29 NTT 1.1 15.3 - 16.4 16.1 85.4 83.9 - - 101.8
BALI DAN NUSA TENGGARA 1.1 15.3 - 16.4 16.1 85.4 83.9 - - 101.8
30 Maluku Utara 42.3 359.4 5.1 406.9 41.0 586.2 59.0 - - 993.1
31 Maluku 167.4 597.1 - 764.5 58.3 547.4 41.7 - - 1,311.9
MALUKU & MALUKU UTARA 209.7 956.5 5.1 1,171.4 50.8 1,133.5 49.2 - - 2,304.9
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
a. Provinsi yang memiliki lahan berhutan lebih dari 50,0 % adalah Provinsi
Papua (99,7 % atau 453,3 ribu ha dari luasan 454,7 ribu ha).
b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 25,0 –
50,0 % adalah provinsi Jawa Timur (27,0 % atau 932,6 ribu ha dari luasan
3,5 juta ha), Kalimantan Timur (37,6 % atau 1,8 juta ha dari luasan 4,9 juta
ha), Sulawesi Tengah (41,8 % atau 686,7 ribu ha dari luasan 1,6 juta ha),
NTT (33,3 % atau 990,6 juta ha dari luasan 2,9 juta ha), Maluku Utara
(26,7 % atau 79,4 ribu ha dari luasan 297,6 ribu ha) dan Maluku (31,4 %
atau 105,3 ribu ha dari luasan 335,1 ribu ha).
c. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 10,0 –
25,0 % di Pulau Sumatera adalah Provinsi Aceh (16,0 % atau 365,4 ribu ha
dari luasan 2,3 juta ha), di Pulau Jawa adalah Provinsi Jawa Tengah (21,7%
atau 610,9 ribu ha dari luasan 2,8 juta ha). Di Pulau Kalimantan adalah
Provinsi Kalimantan Barat (12,8 % atau 714,8 ribu ha dari luasan 5,6 juta
ha). Di Pulau Sulawesi adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (12,6 % atau
165,3 ribu ha dari luasan 1,3 juta ha
d. Luas lahan berhutan yang kurang dari 10,0 % terdapat di provinsi
Sumatera Utara (5,7 %), Sumatera Barat (8,3 %), Jambi (3,9 %), Sumatera
Selatan (3,1 %), Kep. Bangka Belitung (7,0 %), Bengkulu (7,0 %), Lampung
(1,0 %), Banten (4,2 %), DKI Jakarta (0,1 %), Jawa Barat (6,0 %), DI
Yogyakarta (8,8 %), Kalimantan Selatan (4,7 %), Kalimantan Tengah
(5,8 %), Sulawesi Utara (8,3 %), Gorontalo (4,4 %), Sulawesi Barat (7,7 %),
Sulawesi Selatan (3,9 %), Bali (3,8 %) dan NTB (7,6 %).
e. Provinsi Lampung (1,0 % atau 24,2 ribu ha dari luasan 2,3 juta ha) dan DKI
Jakarta (0,1 % atau 97,3 ha dari luasan 70,1 ribu ha) merupakan provinsi
dengan luasan lahan berhutan kurang dari 1,0 %.
Tabel III.10 Luas Penutupan Lahan pada Areal Penggunaan Lain (APL)
per Provinsi (Ribu Ha)
PENUTUPAN LAHAN
NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data
TOTAL
Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
17 Kalimantan Barat 17.3 693.9 3.6 714.8 12.8 4,866.8 87.2 - - 5,581.6
18 Kalimantan Selatan 3.2 41.6 44.7 89.6 4.7 1,830.7 95.3 - - 1,920.2
19 Kalimantan Tengah 3.5 125.7 22.0 151.2 5.8 2,441.3 94.2 - - 2,592.5
20 Kalimantan Timur 242.3 1,398.1 139.4 1,779.7 36.7 3,075.4 63.3 - - 4,855.1
KALIMANTAN 266.3 2,259.3 209.7 2,735.3 18.3 12,214.2 81.7 - - 14,949.5
Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.
* : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.