Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

JUDUL : PEMERIKSAAN FORMALIN KUALITATIF

TANGGAL : Selasa, 15 Januari 2019

TUJUAN : Mengetahui adanya formalin dalam makanan dengan metode

KmnO4 dan metode FeCl3

PRINSIP : Adanya formalin pada makanan bisa menggunakan tes kalium

permanganat. Uji ini cukup sederhana dengan melarutkan

KmnO4 diair hingga berwarna pink. Perubahan warna pada

larutan menjadi pink pudar maka menunjukkan positif bahwa

mengandung formalin.

DASAR TEORI :

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya
merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap ml adalah
1.08 gram, dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform
dan eter (Norman dan Waddington, 1983). Didalam formalin mengandung sekitar 37%
formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.
Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde dan Formalith (Astawan, Made, 2006). Berat molekul formalin adalah 30,03
dengan rumus molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan
distribusinya kedalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi
dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
(Harmita, 2006).

ALAT DAN BAHAN


1. Sampel makanan (Bakso daging sapi)
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Mortar
6. Reagen KmnO4
7. Aquadest
8. Reagen FeCl3 0,5%
9. Reagen H2SO4 pekat

CARA KERJA

Metode KmnO4 :

1. Siapkan tabung reaksi, kemudian isi dengan aquadest sebanyak 2ml.


2. Tambahkan 1 tetes reagen KMnO4 pada tabung reaksi tersebut.
3. Sampel yang sudah dihaluskan dengan mortar kemudian ditambahkan aquadest
secukupnya, lalu diambil filtratnya.
4. Masukkan filtrat dalam tabung reaksi yang berisi aquadest dan KmnO4 sebanyak 5-10
tetes.
5. Tunggu selama 30 menit, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.

Metode FeCl3 0,5% :

1. Siapkan tabung reaksi, kemudian isi dengan filtrat sampel sebanyak 3-5 ml.
2. Tambahkan reagen FeCl3 0,5% pada tabung reaksi tersebut.
3. Kemudian tambahkan juga 1-2 ml reagen H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
4. Amati perubahan yang terjadi.

HASIL

Pada metode KmnO4 sampel bakso daging sapi setelah diuji menghasilkan warna pink pudar,
maka positif mengandung formalin.

Pada metode FeCl3 0,5% sampel bakso daging sapi setelah diuji menghasilkan cincin ungu,
maka positif mengandung formalin.
PEMBAHASAN

Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia.

Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada

juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso

umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge,

tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat

ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar.

Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di

pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain

seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai. Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa

Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa

Hokkien yang secara harfiah berarti ‘daging babi giling’. Karena kebanyakan penduduk

Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi,

ikan, atau ayam. Seiring berkembangnya waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan

‘daging giling’ saja (Wikipedia, 2012).

Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh

manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-muntah,

mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi

formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri

(kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi

formalin dengan dosis 100 gr dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam. Formalin

tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive) pada Codex Alimentarius,

maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter spesialis

Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) menyatakan formalin mengandung 37% formalin

dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10 persen methanol. Formalin sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan kanker, mutagen yang

menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Berdasarkan penelitian

WHO, kandungan formalin yang membahayakan sebesar 6 gram. Padahal rata-rata kandungan

formalinyang terdapat pada mie basah 20 mg/kg mie (Raztaman, 2010).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, sampel yang digunakan yaitu bakso daging sapi positif
mengandung formalin setalah dilakukan uji KmnO4 dan uji FeCl3 0,5%.

Anda mungkin juga menyukai