Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “ Sistem Pelayanan
Kesehatan dan Keperawatan di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan . Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan.

Balikpapan , 10 Agustus 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

A.Latar belakang..................................................................................

B.Tujuan.............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A.Pengertian.........................................................................................

B.Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan............................

C.Pembiayaan ( finance ) pelayanan kesehatan...................................

D.UU pelayanan kesehatan.......................................................................

E.Masalah sistem pelayanan kesehatan.....................................................

BAB III PENUTUPAN...............................................................................

A.Kesimpulan..................................................................................

DAFTAR PUSAKA...............................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam


meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem kesehatan
ini tujuan pembangunan dan tercapai efektif,efisien dan tepaat
sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan bergantungan
pada berbagai komponen yang ada, dalam hal ini perawat, dokter,
radiologi, ahli fisioterapi,ahli gizi, dan tim kesehatan lain (Mubarak
dan Cahayatin,2009).

Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang mengalami


perubahan dan tidak satupun perubahan yang berjalan lebih cepat
dibandingkan yang terjadi pada bidang perawatan. Perawatan adalah
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan.
Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam
menjalankan kegiatan dibidang promotif, preventif, kuartif, dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan (Nursalam,
2001).

Profesi keperawatan harus selalu berespon pada perubahan dan


tantangan yang dinamis dan berkesinambungan. Perawat dimasa kini
harus memiliki pengetahuan yang yang luas untuk dijadikan dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran perawat di Negara
kita adalah memberikan praktik asuhan keperawatan terbaik dan
berkontribusi pada pelayanan kesehatan di Negara kita ( Potter and
Perry, 2009 ). Perawat memberikan bantuan baik untuk pasien
maupun keluarga yang menghadapi penyakit atau cidera. Hal ini
memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata
bagi perawat ( Doengos, 2000 ).

1
Indonesia dan latar belakang nya saat ini Indonesia tengah
mengalami surplus tenaga keperawatan. Sejak tahun 90-an
pendidikan keperawatan di Indonesia telah selangkah lebih baik
dari pada periode sebelumnya. Ini ditunjukkan dengan data yang
saat ini komposisi perawat terbanyak adalah SPK (60%), diikuti
oleh diploma (39%) dan sarjana keperawatan (1%). Sebagai
perawat umum mereka memiliki izin untuk bekerja di rumah sakit
atau berbagai pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
(Murthalib, 2010).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan
2. Untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai
pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya dibidang kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sistem Pelayanan Kesehatan dan


Keperawatan di Indonesia
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dapat tercapai
dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran. Keberhasilan
sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan diantara perawat
dokter atau tim kesehatan lain yang sau dengan yang lain
saling menunjang. Sistem ini akan memberikan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai – nilai
yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan, para
perawat diharapkan juga dapat memberikan layanan secara
berkualitas.
Definisi dari sistem pelayanan kesehatan adalah
sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan
menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan
adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang utamanya
adalah pelayanan kesehatan prefentif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
masyarakat. Dan menurut level dan loomba pelayanan
kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama – sama dalam waktu organisasi dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan.
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit,
perawat , dokter, dan pasien merupakan satu kesatuan yang
paling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Tanpa

3
perawat tugas dokter akan semakin berat dalam menangani
pasien. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien juga terabaikan
karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama
dengan pasien mengingat pelayanan keperawatan
berlangsung terus menerus selama 24 jam sehari.
B. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
1. Komunikasi yaitu tata cara informasi yang diberikan
pihak penyedia jasa dan keluhan – keluhan dari pasien .
Bagaimana keluhan – keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
2. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan. Yang dimaksud
mempengaruhi kualitas pelayanan adalah dengan adanya
biaya maka fasilitas pelayanan kesehatan dapat lebih
lengkap seperti peralatan medis dan ruang pelayanan.
3. Dukungan dari lingkungan sekitar misalnya : masyarakat,
pemerintah, penunjang pelayanan kesehatan lainnya.
4. Menyadarkan bahwa masyarakat berhak mendapatkan
kualitas pelayanan kesehatan dengan baik tanpa
memandang strata sosial.
5. Semakin meningkatnya standar pelayanan kesehatan.
6. Pelayanan keperawatan adalah kebutuhan konsumen.
7. Semakin hari jaman semakin dihadapkan dengan
pengaruh budaya globalisasi yang mempengaruhi cuaca,
iklim, dan kondisi sekitar.
8. Keperawatan sebagai profesi.
9. Adanya standar praktik.
10. Asuhan keperawatan dengan pendokumentasian yang
benar.
11. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai
seorang yang profesional terhadap suatu anjuran,
prosedur atau perawatan yang harus dilakukan atau
ditaati.

4
C. Pembiayaan (finance) pelayanan kesehatan
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen
konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa
kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktifitas sepeti
biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan
sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasi nya
terletak pada tersedianya sumber saya yang senantiasa “ siap
pakai “ dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit.
Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara,
pada beberapa kasus juga demikian.
Minimnya anggaran negara yang peruntukan bagi
sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya
apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen
penyangga, yang bila terabaikan akan menimbulkan
rangkaian problem baru yang justru akan menyerap
keuangan negara lebih besar lagi. Sejenin pemborosan baru
yang muncul karena kesalahan kita sendiri. Konsep visi
Indonesia sehat 2010, pada prinsipnya menyiratkan
pendekatan sentralistik dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, sebuah paradikme yang nyata nya
cukup bertentangan dengan anutan desentralisasi, dimana
kewenangan daerah menjadi otonom untuk menentukan arah
dan model pembangunan diwilayahnya tanpa harus terikat
jauh dari pusat.
Pembiayaan kesehatann yang kuat, stabil dan
berkesinanbungan memegang peranan yang amat vital untuk
penyelenggaran pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan disuatu
negara diantaranya adalah: pemerataan layanan kesehatan,
dan akses ( equitable access to health care) dan pelayanan
yang berkualitas ( assured quality). oleh karena itu reformasi
kebijakan kesehatan disuatu negara seyogyanya memberikan
fokus penting kepada kebijakan pembiayayaan kesehatan
untuk menjamin terselenggaranya kecukupan ( adequacy),

5
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan efektifitas (
effectiveness) dari pembiyayaan kesehatan itu sendiri.
D. UU Pelayanan Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2013
Tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Naional
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21
ayat (7), Pasal 22 ayat (1) huruf c, Pasal 26 ayat (2), Pasal 29
ayat (6), Pasal 31, Pasal 34 ayat (4), Pasal 36 ayat (5), Pasal
37 ayat (3), dan Pasal 44 Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan
Pada Jaminan Kesehatan Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

6
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

PERATURAN

6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5372);
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 29);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 473);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 501); 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);

7
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang
telah membayar iuran.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak
Peserta dan/atau anggota keluarganya.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
6. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer)
meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
7. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan

8
observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
8. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota
keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.

PELAYANAN :

9. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah


upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan
tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap
di ruang perawatan khusus.
10. Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah pelayanan
kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah
kematian, keparahan, dan/atau kecacatan sesuai dengan
kemampuan fasilitas kesehatan.
11. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin,
dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
12. Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun
oleh komite nasional yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir
berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang
disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat
dalam jaminan kesehatan nasional.
13. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung

9
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. puskesmas atau yang
setara; b. praktik dokter; c. praktik dokter gigi;

KLINIK

d. klinik pratama atau yang setara; dan


e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara. (3)
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa: a. klinik utama atau yang
setara; b. rumah sakit umum; dan c. rumah sakit khusus.

Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan
kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan
kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis,
termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan

10
laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang
wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain
pelayanan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.

E. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
- http://eprints.ums.ac.id/14781/3/BAB_SATU.pdf
- http://sudirmanawaluddin232.wordpress.com/pelayanan-
kesehatan-di-indonesia/
- https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk7
12013.pdf

11
http://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk71201
3.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai