Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “ Sistem Pelayanan
Kesehatan dan Keperawatan di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan . Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A.Latar belakang..................................................................................
B.Tujuan.............................................................................................
A.Pengertian.........................................................................................
A.Kesimpulan..................................................................................
DAFTAR PUSAKA...............................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Indonesia dan latar belakang nya saat ini Indonesia tengah
mengalami surplus tenaga keperawatan. Sejak tahun 90-an
pendidikan keperawatan di Indonesia telah selangkah lebih baik
dari pada periode sebelumnya. Ini ditunjukkan dengan data yang
saat ini komposisi perawat terbanyak adalah SPK (60%), diikuti
oleh diploma (39%) dan sarjana keperawatan (1%). Sebagai
perawat umum mereka memiliki izin untuk bekerja di rumah sakit
atau berbagai pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
(Murthalib, 2010).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan
2. Untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai
pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya dibidang kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
perawat tugas dokter akan semakin berat dalam menangani
pasien. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien juga terabaikan
karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama
dengan pasien mengingat pelayanan keperawatan
berlangsung terus menerus selama 24 jam sehari.
B. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
1. Komunikasi yaitu tata cara informasi yang diberikan
pihak penyedia jasa dan keluhan – keluhan dari pasien .
Bagaimana keluhan – keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
2. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan. Yang dimaksud
mempengaruhi kualitas pelayanan adalah dengan adanya
biaya maka fasilitas pelayanan kesehatan dapat lebih
lengkap seperti peralatan medis dan ruang pelayanan.
3. Dukungan dari lingkungan sekitar misalnya : masyarakat,
pemerintah, penunjang pelayanan kesehatan lainnya.
4. Menyadarkan bahwa masyarakat berhak mendapatkan
kualitas pelayanan kesehatan dengan baik tanpa
memandang strata sosial.
5. Semakin meningkatnya standar pelayanan kesehatan.
6. Pelayanan keperawatan adalah kebutuhan konsumen.
7. Semakin hari jaman semakin dihadapkan dengan
pengaruh budaya globalisasi yang mempengaruhi cuaca,
iklim, dan kondisi sekitar.
8. Keperawatan sebagai profesi.
9. Adanya standar praktik.
10. Asuhan keperawatan dengan pendokumentasian yang
benar.
11. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai
seorang yang profesional terhadap suatu anjuran,
prosedur atau perawatan yang harus dilakukan atau
ditaati.
4
C. Pembiayaan (finance) pelayanan kesehatan
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen
konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa
kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktifitas sepeti
biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan
sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasi nya
terletak pada tersedianya sumber saya yang senantiasa “ siap
pakai “ dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit.
Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara,
pada beberapa kasus juga demikian.
Minimnya anggaran negara yang peruntukan bagi
sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya
apresiasi akan pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen
penyangga, yang bila terabaikan akan menimbulkan
rangkaian problem baru yang justru akan menyerap
keuangan negara lebih besar lagi. Sejenin pemborosan baru
yang muncul karena kesalahan kita sendiri. Konsep visi
Indonesia sehat 2010, pada prinsipnya menyiratkan
pendekatan sentralistik dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, sebuah paradikme yang nyata nya
cukup bertentangan dengan anutan desentralisasi, dimana
kewenangan daerah menjadi otonom untuk menentukan arah
dan model pembangunan diwilayahnya tanpa harus terikat
jauh dari pusat.
Pembiayaan kesehatann yang kuat, stabil dan
berkesinanbungan memegang peranan yang amat vital untuk
penyelenggaran pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan disuatu
negara diantaranya adalah: pemerataan layanan kesehatan,
dan akses ( equitable access to health care) dan pelayanan
yang berkualitas ( assured quality). oleh karena itu reformasi
kebijakan kesehatan disuatu negara seyogyanya memberikan
fokus penting kepada kebijakan pembiayayaan kesehatan
untuk menjamin terselenggaranya kecukupan ( adequacy),
5
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan efektifitas (
effectiveness) dari pembiyayaan kesehatan itu sendiri.
D. UU Pelayanan Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2013
Tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Naional
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21
ayat (7), Pasal 22 ayat (1) huruf c, Pasal 26 ayat (2), Pasal 29
ayat (6), Pasal 31, Pasal 34 ayat (4), Pasal 36 ayat (5), Pasal
37 ayat (3), dan Pasal 44 Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan
Pada Jaminan Kesehatan Nasional;
6
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
PERATURAN
7
MEMUTUSKAN:
8
observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
8. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota
keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
PELAYANAN :
9
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. puskesmas atau yang
setara; b. praktik dokter; c. praktik dokter gigi;
KLINIK
Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan
kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan
kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis,
termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan
10
laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang
wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain
pelayanan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
- http://eprints.ums.ac.id/14781/3/BAB_SATU.pdf
- http://sudirmanawaluddin232.wordpress.com/pelayanan-
kesehatan-di-indonesia/
- https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk7
12013.pdf
11
http://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk71201
3.pdf
12