Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BIOMEDIK DASAR

“TERMOFISIKA dan FLUIDA”

DOSEN PENGAMPU : Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep,Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

ALMAYA FITRIANI NIM: P07220119104

ALDILLA MAHARANI NIM: P07220119102

RESVICHA AGASTASYAH NIM: P07220119139

RIZKI EKA ARIYANTI NIM: P07220119143

TINGKAT I/SEMESTER I.

PRODI DIII KEPERAWATAN BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM 2019

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Balikpapan,12 Agustus 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata pengantar…………………………………………………………i

Daftar Isi................................................................................................ ii

Bab I PENDAHULUAN……………………………………………... 1

A.Latar Belakang……………………………………………………. 1

B.Tujuan………………………………………………………………2

BAB II TEORI PEMBAHASAN…………………………………….3

BAB III PENUTUP…………………………………………………..23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Termofisika adalah ilmu pengetahuan yang mencakup semua cabang ilmu


pengetahuan yang mempelajari dan menjelaskan sikap zat dibawah pengaruh kalor
dan perubahan-perubahan yang menyertainya.Di dalamnya tercakup : Derajat
Panas dan Hukum Termodinamika Nol, Teori Kinetic Gas, Hukum
Termodinamika I dan II, Entropi, Kalor. Termodinamika adalah ilmu tentang
energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas
dengan kerja. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara
alami maupun hasil rekayasa teknologi.

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan


bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

Hukum keseimbangan / kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari material
yang dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan
energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak
acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata
menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.

Tujuan memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang derajat panas


dan hukum termodinamikanol.

1
B.Tujuan

Adapun tujuan penulisan Makalah ini yaitu:

-Dapat memahami arti:1. A.Derajat panas dan hukum termodinamika nol

B.Teori kinetic gas

C.Hukum termodinamika I dan II

D.Entropi

E.kalor

2. A.Fluida

2
BAB II

TEORI PEMBAHASAN

A.Derajat Panas dan Hukum Termodinamika Nol

Ada 4 hukum termodinamika yang menjadi dasar dalam mempelajari proses


interaksi antara kalor dan kerja yaitu :

Hukum ke 0 termodinamika berbunyi : ” Jika 2 buah benda berada dalam kondisi


kesetimbangan termal dengan benda yang ke 3, maka ketiga benda tersebut berada
dalam kesetimbangan termal satu dengan lainnya” . Untuk lebih memahami
tentang isi hukum ke 0 termodinamika, maka bunyi hukum ini dapat ditulis ulang
dengan kata-kata yang lebih sederhana yaitu Jika benda A mempunyai temperatur
yang sama dengan benda B dan benda B mempunyai temperatur yang sama dengan
benda C maka temperatur benda A akan sama dengan temperatur benda C atau
disebut ketiga benda (benda A, B dan C) berada dalam kondisi kesetimbangan
termal. Kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

g1Gambar 1 kesetimbangan termal antara benda A, benda B dan benda C

Jika 2 benda yang berbeda temperatur bersentuhan, maka dikatakan ke dua benda
itu berada dalam kondisi kontak termal. Permukaan tempat kedua benda

3
bersentuhan disebut permukaan kontak termal. Panas atau dinginnya suatu benda
ditentukan oleh banyaknya energi panas (kalor) yang diserap oleh molekul benda.
Besarnya derajat panas benda ini disebut temperatur benda atau suhu benda.

bagaimanakah temperatur benda terbentuk ?

Temperatur adalah ukuran energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul


penyusun suatu benda. Benda-benda di alam tersusun oleh molekul-molekul dan
atom-atom. Molekul yang menyusun benda tidak berada dalam keadaan diam,
tetapi molekul-molekul ini bergetar atau bergerak secara acak sesuai dengan
besarnya energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul. Benda dalam bentuk
padat, molekul-molekul penyusunnya tidak dapat bergerak bebas, tetapi terikat erat
dan kaku antara satu dengan lainnya. Molekul – molekul dalam benda padat hanya
dapat bergetar. Ini terjadi karena energi yang dimiliki oleh molekul dalam benda
padat relatif kecil sehingga tidak dapat melepaskan diri dari ikatan antar molekul.

Bila benda padat ini dipanaskan, maka sejumlah energi panas (kalor) akan diserap
oleh molekul sehingga molekul dapat bergetar lebih cepat, ini ditunjukan dengan
naiknya derajat panas benda. Panas benda naik karena getaran molekul bertambah
besar menyebabkan molekul lebih banyak bertumbukan dan bergesekan. Semakin
banyak kalor dari luar yang diserap oleh molekul maka molekul akan semakin
memiliki energi untuk bergetar dan bergesekan lebih cepat hingga suatu saat
molekul ini tidak lagi saling terikat tetapi bebas bergerak. Molekul yang bebas
bergerak ini masih saling terikat satu dengan lainnya, inilah yang disebut fase cair
benda. Kalor yang diberikan kepada benda diserap oleh melekul untuk dapat
bergetar lebih cepat sehingga bebas dan dapat bergerak sehingga mengubah fase
benda dari benda padat menjadi benda cair.

Bila kalor terus diberikan, maka gerak molekul dalam zat cair akan semakin acak,
dan tumbukan antar molekul semakin sering terjadi. Kondisi ini bila berlangsung

4
terus, maka suatu saat molekul akan benar-benar bebas dan tidak terikat satu
dengan lainnya, Kondisi ini disebut zat cair berubah menjadi gas. Pada fase gas,
molekul penyusun gas tidak saling terikat satu dengan lainnya dan dapat bergerak
bebas. Jadi besar kecilnya temperatur benda ditentukan oleh tingkat energi kinetik
yang dimiliki oleh molekul penyusun benda.

g2Gambar 2 derajat panas benda berhubungan dengan perubahan fase benda dan
ditentukan oleh besarnya energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul
penyusun benda

Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lainnya. Kalor berpindah dari
benda yang memiliki kalor lebih besar ke benda yang memiliki kalor lebih kecil.
Kalor juga didefinisikan sebagai fluida yang tidak kelihatan. Karena sebagai fluida,
maka kalor dapat mengalir. Hal yang menyebabkan kalor mengalir adalah beda
temperatur benda. Kalor mengalir dari benda atau reservoir yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi ke benda atau reservoir yang memiliki temperatur
lebih rendah. Perhatikan gambar berikut ini.

5
Gambar 3 terdapat 2 benda A dan B yang berbeda temperatur dan terpisah secara
termal

6
Pada gambar 3 terdapat 2 buah benda yaitu benda A dan benda B yang memiliki
temperatur yang berbeda. temperatur benda A lebih tinggi daripada temperatur
benda B. Pada kondisi 1, benda A dan benda B terpisah secara termal sehingga
antara benda A dan benda B tidak terdapat kontak termal. Pada kondisi 2 benda A
ditempelkan ke benda B sehingga antara benda A dan benda B terdapat kontak
termal. Karena temperatur benda A lebih tinggi dari pada temperatur benda B
maka kalor dari benda A akan berpindah ke benda B. Akibatnya, temperatur benda
A akan turun dan temperatur benda B akan naik. kondisi ini terus berlangsung
hingga temperatur benda A sama dengan temperatur benda B (kondisi 3). Pada saat
temperatur benda A sama dengan temperatur benda B maka kedua benda berada
pada kondisi setimbang termal. Pada saat kedua benda dalam kondisi
kesetimbangan termal, tidak ada lagi kalor yang berpindah dari A ke B atau dari B
ke A. (catatan : kondisi lingkungan diabaikan).

Pertanyaannya bagaimana dengan 3 buah benda yang berbeda temperatur ?

Misalkan terdapat 3 buah benda yang memiliki temperatur yang tidak sama, yaitu
benda A, benda B dan benda C. Temperatur benda A lebih besar dari pada
temperatur benda B dan benda C, temperatur benda B lebih besar dari pada
temperatur benda C. Perhatikan gambar berikut ini.

7
g4Gambar 4 terdapat 3 buah benda dengan temperatur yang berbeda yaitu Ta > Tb
> Tc

kondisi 1

g4 g5Gambar 5 benda A kontak termal dengan benda C, demikian juga benda B


kontak termal dengan benda, tetapi benda A dan B terpisah secara termal

Maka kalor akan berpindah dari benda A ke benda C dan kalor benda B akan
berpindah ke benda C hingga terbentuk kesetimbangan termal antara ketiga benda.

kondisi 2

8
g6Gambar 6 benda B kontak termal dengan benda C , benda C kontak termal
dengan benda B

Pada kondisi ini kalor akan berpindah dari benda A ke benda B dan kalor benda B
akan berpindah ke benda C hingga terbentuk kesetimbangan termal antara ketiga
benda

kondisi 3

g7Gambar 7 benda A, B dan C berada pada kondisi kontrak termal

Pada kondisi 3 kalor akan berpindah dari benda A ke benda B dan ke benda C.
Kalor benda B akan berpindah ke benda C hingga ketiga benda mencapai
kesetimbangan termal.

kondisi 4

9
g8Gambar 8 benda A dengan benda C kontak termal, benda A dengan benda B
kontak termal

Pada kondisi ini agak unik, karena kalor dari benda A akan berpindah ke benda B
dan benda C. Hal ini terjadi karena temperatur benda A lebih besar dari benda C
dan benda B dan antara benda A dan C terdapat kontak termal, demikian juga
benda A dan B juga terdapat kontak termal. Benda A dan benda B akan lebih
dahulu mencapai kesetimbangan termal, tetapi kondisi kesetimbangan termal A
dan B masih memiliki temperatur yang lebih tinggi dari benda C. Akibatnya kalor
akan berpindah lagi dari benda A dan B yang sudah setimbang termal ke benda C
hingga ketiga benda mencapai kesetimbangan termal. (catatan : ketiga benda harus
memiliki kapasitas panas yang sama besarnya).

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai fenomena yang menggambarkan


hukum ke 0 termodinamika. Misalnya pada saat kita membuat air hangat untuk
mandi. Kita mencampur air panas dengan air dingin. Pada saat air panas dicampur
dengan air dingin, maka kalor akan berpindah dari air panas ke air dingin. Proses
perpindahan panas ini berlangsung beberapa saat hingga tercapai kesetimbangan
termal antara air panas dengan air dingin. Pada saat tercapai kesetimbangan termal

10
antara air panas dengan air dingin, temperatur air panas akan turun sedangkan
temperatur air dingin akan naik menuju ke temperatur kesetimbangan termal.

Waktu kita mencelup badan ke dalam air hangat yang sudah mencapai
kesetimbangan termal, maka tubuh kita akan merasakan panas air. Hal ini
menunjukan ada sebagian kalor yang berpindah dari air ke tubuh kita. Hal ini
terjadi karena tubuh memiliki temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan
campuran air hangat. Setelah berendam beberapa saat kita tidak akan merasa
panas lagi, karena telah tercapai kesetimbangan termal antara tubuh dan air.

Waktu kita keluar dari bak mandi setelah berendam dari air panas, maka tubuh
akan terasa dingin. Ini terjadi karena temperatur ruangan lebih rendah
dibandingkan dengan temperatur tubuh kita akibatnya sejumlah kalor dari tubuh
berpindah ke udara di sekitar kita. Pada saat kalor keluar dari tubuh kita, kita akan
merasa lebih dingin.

B.TEORI KINETIC GAS

Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat
makroscopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan
komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan bahwa
tekanan tidaklah disebabkan oleh denyut-denyut statis di antara molekul-molekul,
seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan
antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik
dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori
Kinetik pada Gas.

11
C. Hukum Termodinamika I dan II

Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa :
“Jumlah kalor pada suatu sistem ialah sama dengan perubahan energi di dalam
sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan oleh sistem.”
Hubungan antar kalor dan lingkungan dalam hukum I Termodinamika seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua energi molekul yang ada di
dalam sistem.
Apabila sistem melakukan usaha atau sistem mendapatkan kalor dari lingkungan,
maka energi dalam sistem akan naik. Sebaliknya jika energi dalam sistem akan
berkurang jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan atau sistem memberi
kalor pada lingkungan.
Dengan demikian dapat kita disimpulkan bahwa perubahan energi dalam pada
sistem tertutup ialah selisih kalor yang diterima dengan usaha yang dilakukan
sistem.
Rumus Hukum I Termodinamika
Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I Termodinamika dapat
dituliskan sebagai berikut ini :
Q = ∆U + W ataupun ∆U = Q – W
Di mana :
∆U = Perubahan energi dalam sistem (J)
Q = Kalor yang diterima ataupun dilepas sistem (J)
W = Usaha (J)
Perjanjian pada hukum I Termodinamika
Rumus hukum I Termodinamika dipakai dengan perjanjian sebagai berikut ini :
1. Usaha (W) bernilai positif (+) jika sistem melakukan suatu usaha
2. Usaha (W) bernilai negatif (-) jika sistem menerima suatu usaha
3. Q bernilai negatif jika sistem melepaskan kalor
4. Q bernilai positif jika sistem menerima suatu kalor
Pengertian Siklus
Siklus merupakan serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan
berakhir pada keadaan yang sama dengan keadaan awalnya. Agardapat melakukan
usaha terus-menerus, suatu sistem harus bekerja dalam satu siklus. Ada 2 macam
siklus, yakni siklus reversibel (siklus yang dapat balik) dan irreversibel (siklus
yang tidak dapat balik).

12
Siklus Carnot

Siklus Carnot

Gambar diatas ialah gambar siklus mesin pemanas carnot. terdapat empat proses
dalam siklus Carnot, yakni :

 pemuaian dengan cara isotermik (a-b)


 pemuaian dengan cara adiabatik (b-c)
 pemampatan dengan cara isotermik (c-d)
 pemampatan dengan cara adiabatik (d-a)

Mesin Kalor Carnot


Proses dalam mesin kalor Carnot, perhatikanlah gambar siklus carnot diatas. Siklus
dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

 Siklus a-b
Gas menyerap kalor Qt pada temperatur Tv Suhu sistem sama dengan suhu
reservoir panas sehingga dapat disebut proses isotermik. Gas memuai dan
melakukan suatu usaha pada pengisap. Oleh karena energi dalam tetap maka
usaha yang dikerjakan pada sistem sama dengan kalor yang diserap.
 Siklus b-c
Beban pengisap dikurangi sehingga menyebabkan gas memuai menurut
proses adiabatik. Terjadinya pengurangan energi dalam dan suhu sistem
menurun sampai sama dengan suhu pada reservoir dingin Tr
 Siklus c-d
Gas mengalami penyusutan dengan cara isotermik dengan membuang kalor
Qrpada reservoir dingin pada temperatur 7) sehingga usaha negatif (usaha
dilakukan pada sistem).

13
 Siklus d-1
Beban pengisap ditambahkan sehingga gas menyusut menurut proses
adiabatik. Terjadinya penambahan energi dalam dan suhu naik sampai sama
dengan suhu pada reservoir panasT. Energi dalam suatu gas kembali seperti
pada awal siklus.

Usaha pada mesin pemanas Carnot :


W = Qt – Qy
Karakteristik mesin kalor carnot dinyatakan dengan efisiensi mesin (η) yakni
perbandingan antara usaha yang dilakukan dengan kalor yang diserap. Secara
matematis ditulis sebagai berikut ini.

Sistematis
Efisiensi suatu mesin kalor jenis apapun selalu lebih kecil dari efisiensi mesin ideal
atau mesin Carnot.
Berdasarkan hukum I Termodinamika berlaku:

Berdasarkan Hukum I Termodinamika


Keterangan:
η : efisiensi mesin
Tr : temperatur pada reservoir rendah
Tt ; temperatur pada reservoir tinggi
Qr : kalor yang dibuang pada reservoir rendah
Qt : kalor yang diserap pada reservoir tinggi

14
Mesin Pendingin Carnot

 usaha.
 Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan
mengambil kalor dari reservoir yang mempunyai suhu rendah dan
memberikannya ke reservoir suhu tinggi tanpa usaha dari luar.
 Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt >
Tr), mempunyai efisiensi maksimum.

Contoh dari mesin pendingin Carnot antaralain mesin pendingin ruangan dan
lemari es. Siklus mesin pendingin Carnot adalah kebalikan siklus mesin kalor
Carnot karena siklusnya ialah reversibel (dapat balik).
Usaha pada mesin pendingin Carnot dapat dituliskan sebagai berikut ini :
W= Qt — Qr
Karakteristik pada mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien performansi atau
koefisien kinerja dengan simbol Kd. Koefisien kinerja didefinisikan sebagai
perbandingan usaha antara kalor yang dipindahkan dengan usaha yang dilakukan
sistem.
Mesin Pemanas Carnot
Dari Gambar sebelumnya diatas dapat dijelaskan bahwa kalor yang diambil
dipindahkan ke dalam ruangan.
Karakteristik mesin pemanas dinyatakan dengan koefisien kerja dengan simbol
Kp . Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut ini :

Secara Sistematis
Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa :

15
” Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas kebenda yang dingin; kalor
tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tan pa
dilakukan usaha”.

Penjelasan hukum II Termodinamika ialah sebagai berikut ini :

 Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus,


menerima kalor dari satu reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi

D. Pengertian entropi

Entropi dapat kita diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup
peningkatan entropi disertai oleh penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin
tinggi entropi, semakin tinggi pula ketakteraturannya.

Entropi pada Proses Temperatur Konstan

Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami proses reversibel dengan
menyerap sejumlah kalor Q maka kenaikan entropi ∆S dapat dituliskan sebagai
berikut ini :

∆S = S2 – S1 = Q/T

Keterangan :

∆S : perubahan entropi (J/K)

S1 : entropi mula-mula (J/K)

S2 : entropi akhir (J/K)

Entropi pada Proses Temperatur Berubah

Pada proses yang mengalami perubahan temperatur, entropi dituliskan sebagai


berikut ini :

Entropi Pada Temperatur


16
Entropi Pada Temperatur

Keterangan :

∆S : perubahan entropi (J/K)

S1 : entropi mula-mula (J/K)

S2 : entropi akhir (J/K)

c : kalor jenis (J/kg K)

m : massa (kg)

T1 : suhu mula-mula (K)

T2 : suhu akhir (K)

D. Pengertian Kalor dan Rumusnya

 pengertian kalor

RG Squad, pernah merasa bingung kenapa saat memegang gelas berisi air panas,
tangan kita ikut kepanasan? Hal ini terjadi karena kalor berpindah dari air lalu ke
gelas hingga akhirnya ke tangan kita. Lalu apa sih sebenernya kalor itu? Pahami
pengertian kalor beserta rumusnya di bawah ini ya, Squad!

Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki kelebihan
kalor menuju benda yang kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam
suhu. Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan Joule. Satuan lainnya
dinyatakan dengan kalori. Nah, kamu juga perlu tahu pernyataan ini:

17
1 kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan
sebanyak 1 kg air sebesar 1⁰C.

1 kalori = 4.2 joule dan 1 joule = 0.24 kalori

Kalor Jenis

RG Squad sudah pernah mendengar istilah kalor jenis, kan? Kalor jenis adalah
banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk menaikkan
suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk
melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda mempunyai kalor jenis yang
berbeda-beda, lho. Satuan kalor jenis ialah J/kg⁰C.

Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diserap oleh benda bermassa tertentu
untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam sistem
international ialah J/K.

pengertian kalor

Perpindahan kalor juga bisa dihitung besarannya, lho. RG Squad bisa


menggunakan rumus di bawah ini.

Q = m.c.ΔT

Keterangan:

18
Q : banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu benda (J)

m : massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

c : kalor jenis zat (J/kg⁰C)

ΔT : perubahan suhu (⁰C)

Rumus Kalor Jenis: c = Q / m.ΔT

Keterangan:

c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)

Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

ΔT = perubahan suhu (⁰C)

Rumus Kapasitas Kalor: C = Q / ΔT

Keterangan:

C = kapasitas kalor (J/K)

Q = banyaknya kalor (J)

ΔT = perubahan suhu (K)

Selain itu, ada rumus lain untuk menentukan kapasitas kalor itu sendiri, yaitu: C =
m. c

Keterangan:

19
C = kapasitas kalor (J/K)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

c = kalor jenis zat (J/kg.K)

Fluida

Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma,
dan padat plastik.
Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan
untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari
wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari
ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan geser (shear stress)
dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang
menekankan pentingnya tekanan dalam menggolongkan bentuk fluid. Dapat
disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi secara
berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun tegangan
geser itu.
Fluid dibagi menjadi 2 jenis:

 Fluida Newtonian
 Fluida Non-Newtonian
- bergantung dari cara "stress" bergantung ke "strain" dan turunannya.
Fluida juga dibagi menjadi cairan dan gas. Cairan membentuk permukaan bebas
(yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya), sedangkan gas
tidak.

Fluida Newtonian
Fluida Newtonian (istilah yang diperoleh dari nama Isaac Newton) adalah suatu fluida yang
memiliki kurva tegangan/regangan yang linier. Contoh umum dari fluida yang memiliki karakteristik
ini adalah air. Keunikan dari fluida newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun
terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu fluida
newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Viskositas dari suatu fluida
newtonian hanya bergantung pada temperatur dan tekanan. Viskositas sendiri merupakan suatu
konstanta yang menghubungkan besar tegangan geser dan gradien kecepatan pada persamaan.

20
Fluida non-Newtonian
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Fluida non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika
terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian tidak
memiliki viskositas yang konstan. Berkebalikan dengan fluida non-Newtonian, pada fluida
Newtonian viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida.

Klasifikasi fluida non-Newtonian[sunting | sunting sumber]


Klasifikasi dari fluida non-Newtonian meliputi:

Tipe fluida Perilaku Karakteristik Contoh

Tegangan tidak
Plastik Logam duktil lewat titik ‘yield’
menghasilkan regangan
sempurna nya
yang berkebalikan

Tegangan geser dan


regangan memiliki
Plastik
hubungan linier bila batas
Bingham
tegangan geser mulai
berpengaruh terlampaui
Plastik padat

Pseudo-plastik yang
Yield Lumpur, beberapa koloid
melampaui beberapa batas
pseudo-
tegangan geser mulai
plastik
berpengaruh

Dilatant yang melampaui


Yield dilatan beberapa batas tegangan
geser mulai berpengaruh

Pengurangan viskositas terli


Pseudoplasti hat dengan jelas dengan Beberapa koloid, tanah
Fluida eksponensial
k adanya peningkatan gaya liat, susu, gelatin, darah
geser

21
Peningkatan viskositas terlih
Larutan gula pekat
at dengan jelas dengan
Dilatant dalam air, suspensi patiberas or
adanya peningkatan gaya
pati jagung
geser

Material Kombinasi linier "seri" dari


logam, material komposit
Maxwell efek elastis dan viskos

kombinasi linier dari


fluida
perilaku Maxwell dan
Oldroyd-B
Newtonian
Viskoelastis – memiliki
karakteristik viskos dan elas
tis
Material Kombinasi linier "paralel"
Bitumen, adonan, nilon
Kelvin efek elastis dan viskos

Material kembali ke bentuk


Anelastis awal bila gaya yang bekerja
dihilangkan

Peningkatan viskositas terlih


at dengan jelas seiring
Rheopektik beberapa lubrikan
dengan lama durasi
tegangan
Viskositas yang bergantug
waktu
Penurunan viskositas terliha
t dengan jelas seiring Saus tomat dan beberapa
Tiksotropik
dengan lama durasi jenis madu
tegangan

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Terdapat 4 hukum dsar yang berlaku di dalam system termodinamika,yaitu :

- Hokum awal (zeroth law)


Hukum ini menyatakan bahwa 2 sistem dalam keadaan setimbang dengan
system ke 3maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
- Hokum pertama termodinamika
Hokum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukm ini menyatakan perbahan
energi dalam dari suatu system termodinamika tertutup sama dengan total
dari jumlah energi kalor yang disuplay dalm system dan kerja yang
dilakukan terhadap system hokum kedua termodinamika
- Hokum kedua termodinamika
Hokum ke dua trmodinamika terkait dengn entropi.hukum ini menyatakan
bahwa total entopi dari suatu system trmodinmika terisolasi cenderung untuk
menngkat seiring dengan meningkatnya waktu

23
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/mamahsalimah/termofisika
http://wewewe-blog.blogspot.com/2013/10/termofisika.html
file:///D:/MUTIAH%20TUGAS/ILMU%20BIOMEDIK/makalah-kimia-
fisik-termodinamika.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196703071
991031-SAEFUL_KARIM/Bab_I_Pendahuluan.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai