1. Fasciolopsiasis buski
Siklus hidup Fasciolopsis buski dimulai ketika telur dilepaskan
unembryonated dari host mamalia melalui feses. Seekor cacing dewasa (F. buski)
memproduksi hingga 26.000 telur setiap hari. Untuk perkembangan selanjutnya, telur
harus mencapai air tawar. Setelah telur ini dilepaskan ke dalam air, mereka menjadi
berembrio dan memakan waktu hingga 7 minggu untuk menetas pada suhu 27-32o c.
Kemudian embrio berubah menjadi Miracidia yang berenang renang mencari siput
dan menggunakannya sebagai hospes perantara. Dalam siput, parasit mengalami
beberapa tahap perkembangan, dari Mirasidia berubah menjadi sporokista dan
selanjutnya berubah menjadi serkaria. Serkaria tersebut dilepaskan dari siput kembali
ke lingkungan air. Ini adalah fatal bagi tuan rumah siput. Sebuah serkaria kemudian
encyst pada tanaman air (seperti kasnya air, air caltrop, teratai, dan bambu) menjadi
metaserkaria. (1) Host mamalia (manusia dan babi) menjadi terinfeksi ketika mereka
menelan tanaman yang mengandung metaserkaria parasit. Setelah dicerna, yang
excyst metaserkaria dalam duodenum dan melekat pada dinding usus. Setelah 3 bulan,
parasit berkembang menjadi dewasa dan mulai memproduksi telur. (1) Para penderita
penyakit F. buski tersebut umumnya adalah anak-anak dan belum pernah ditemukan
kasus serangan terhadap orang dewasa. Karena anak-anak biasanya suka bermain
ditanah, air dan rawarawa kawasan desa tersebut kemudian memakan apa saja yang
ada di rawa seperti buah teratai, umbi-umbian, dan buah tanaman rawa lainnya tanpa
dimasak lebih dahulu.
Penyakit cacing ini mudah menular dan apabila sudah berada dalam usus akan
bertelur dalam jumlah yang banyak, berkembang biak dan dapat mengeluarkan ribuan
telur tersebut bersamaan dengan kotoran. Orang bisa terinfeksi F. buski dikarenakan
memakan tumbuhan air yang mentah atau yang tidak dimasak dengan baik yang berisi
metaserkaria. Metaserkaria akan mengadakan enkistasi, melekat pada mukosa
yeyenum atau duodenum dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu 3
bulan. Penderita F. buski banyak diderita oleh masyarakat ekonomi rendah sebab
lingkungan fisik yang kurang mendukung, lingkungan sosial yang sangat
rendah.(10,16) Penyakit ini menginfeksi manusia kemudian hidup berkembang ada
dalam lumen usus. Pada F. buski ini, tanaman air merupakan tempat enkistasi yang
potensial untuk menimbulkan infeksi bagi manusia yang mengkonsumsinya secara
mentah. Jika dalam satu tahap (fase) kehidupan kondisi fisik lingkungan yang tidak
memungkinkan atau tidak adanya kondisi biologis yang mendukung (tersedianya
hospes perantara), maka otomatis siklus akan terputus.
Banyak sedikitnya populasi Fasciolopsis buski mempunyai dampak yang
signifikan terhadap tinggi rendahnya prevalensi penyakit. Fasciolopsis buski tentunya
dapat dieliminir jika kondisi fisik lingkungan cukup mendukung yaitu kering. Sebagai
penyakit yang proses infeksinya berlangsung singkat dan berkembang melalui
transmisi yang cepat dari seorang ke orang lain, Fasciolopsis buski ini memerlukan
jumlah populasi manusia yang cukup untuk memungkinkan organisme penyakit dapat
mempertahankan kehidupan dalam host manusia, dengan demikian rantai transmisi
dapat terpelihara. Kebiasaan penduduk yang buruk dan lingkungan fisik yang
mendukung akan memperlancar penyebaran penyakit. Hal ini ditambah juga dengan
belum berkembangnya cara-cara dan pengetahuan pendidikan tentang medis (modern
atau tradisional) yang dimiliki masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit.
(Sehatman, 2015)
2. Fasciola hepatica
Sumber utama penularan fasciolosis pada manusia adalah dari kebiasaan
masyarakat yang gemar mengkonsumsi tanaman/tumbuhan air, seperti selada air
dalam keadaan mentah yang tercemar metaserkaria cacing Fasciola hepatica.
Penularan ditentukan oleh keberadaan siput dari Famili Lymnaeidae, keberadaan
hewan mamalia peka lain di sekitar tempat tinggal penduduk. Penggunaan air yang
tercemar metaserkaria Fasciola hepatica. (BARGUES et al., 1996), misalnya air
tersebut diminum dalam keadaan mentah. (TAIRA et al., 1997) menduga bahwa
penularan fasciolosis yang disebabkan oleh Fasciola hepatica pada manusia dapat pula
terjadi akibat kebiasaan sebagian masyarakat di Eropa yang gemar mengkonsumsi
hati mentah. (S. Widjajanti, 2004). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencegah
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Fasciola hepatica:
a. Industri
Pembuangan air limbah/air kotor secara aman, pengobatan ternak terhadap parasit
tersebut, pencegahan agar tidak ada hewan yang datang ke tempat pembudidayaan
tanaman selada air dan pengontrolan air yang digunakan untuk irigasi pembudidayaan
tersebut.
b. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga
Memasak makanan sampai benar-benar matang, konsumen harus menghindari
konsumsi selada air yang mentah. Kalaupun tetap harus mengkonsumsi sayuran
mentah, sebaiknya sayuran tersebut dicuci dahulu dengan larutan cuka atau larutan
potassium permanganat sebelum dikonsumsi.
c. Pengendalian Siput
Pengendalian siput dengan moluskisida agar terputusnya siklus hidup dari Fasciola
hepaticajika memungkinkan.
d. Pengendalian pada hewan ternak
Kandang harus dijaga agar tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam
atau selokan.
3. Paragominus westermani
Penyakit akibat infeksi cacing ini dinamaan Paraginiasis. Selama invasi hanya
memberi sedikit gangguan. Cacing dewasa dapat memberi gangguan di:
Paru-paru:
a. Berupa kerusakan jaringan
b. Tampak juga infiltrasi sel jaringan
c. Reaksi jaringan membentuk kapsul fibrotik (kista), di dalamnya terdapat cacing
dan juga telur, jika kista ini berada di bronchus maka akan dapat pecah. Gejala
mula-mula batuk kering, kemudian batuk darah.
Ektopik infeksi:
Telur-telur yang berada di jaringan organ merupakan pusat dari pseudo tuberculosis
(TB palsu).
a. Di otak = gejala cerebral (epilepsi)
b. Di usus = abses dengan gejala diare
c. Di jaringan otot = ulcersa
d. Di hepar, dinding usus, pulmo, otot, testis, otak, peritoneum, pleura terdapat
bentuk kista
Penyakit ini dapat dicegah dengan tidak memakan ikan/kepiting mentah. Apabila
menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga tidak terinfeksi oleh
metaserkaria yang ada dalam ikan/kepiting tersebut.
4. Schystosoma mansoni