Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ivan Fakhri F.

Nim : 175040207111028
Kelas :K

Pertanian selama ini hanya dihargai karena kemampuannya menghasilkan bahan pangan,
serat dan papan, sedangkan fungsi lain di bidang lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi belum
banyak dikenal atau masih diabaikan. Penelitian di daerah aliran sungai Citarik, Jawa Barat dan
DAS Kaligarang, Jawa Tengah tentang alih guna lahan dan dampaknya terhadap lingkungan
memperlihatkan bahwa dengan semakin menyempitnya lahan hutan dan lahan pertanian berbasis
pohonpohonan dan meluasnya lahan permukiman dan industri menyebabkan berkurangnya fungsi
DAS dalam mitigasi banjir dan penanggulan erosi. Studi di DAS Citarum, Jawa Barat
memperlihatkan bahwa nilai ekonomi jasa lingkungan lahan sawah dalam hal mitigasi banjir,
konservasi sumber daya air, pengendalian erosi, daur ulang sampah organik, pelestarian daya tarik
pedesaan, dan mitigasi kenaikan suhu udara yang dihitung dengan RCM adalah sekitar 51% dari
nilai jual beras yang dihasilkan sawah di DAS tersebut. Harga jual beras yang rendah dan nilai
sewa lahan sawah yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan lahan untuk perumahan dan
industri merupakan akibat dari eksternalisasi multifungsi pertanian, sehingga bekerja di bidang
pertanian bagi sebagian besar angkatan kerja menjadi pilihan terakhir. Apabila yang dinilai dari
pertanian hanya produk barang yang tampak nyata yang dapat dipasarkan saja, maka akan berisiko
terhadap semakin meningkatnya alih guna lahan dan selanjutnya menurunkan kelestarian kualitas
lingkungan, ketahanan pangan, dan kestabilan sosial ekonomi. Fungsi tersebut antara lain fungsi
stabilisasi kualitas lingkungan Multifungsi Pertanian , pemelihara nilai sosial budaya dan daya
tarik pedesaan, penyangga kestabilan ekonomi dalam keadaan krisis, penanggulangan kemiskinan,
dan berbagai jasa lainnya. Indikasi meningkatnya intensitas erosi dan meluasnya banjir dalam
beberapa dekade terakhir, terkait dengan hilangnya sebagian fungsi lahan pertanian yang sudah
beralih guna ke penggunaan non-pertanian, terutama ke areal perumahan dan industri. Oleh karena
itu, pemahaman masyarakat terhadap multifungsi pertanian sangat diperlukan agar pertanian
mendapat perlakuan dan penghargaan yang lebih layak sehingga dapat menjamin kelestarian usaha
tani, mempertahankan kualitas lingkungan, dan memelihara stabilitas sosial ekonomi Indonesia.
Makalah ini merupakan sintesis dari serangkaian hasil penelitian multifungsi pertanian
yang dilaksanakan di daerah aliran sungai Citarum, DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang,
Jawa Tengah yang dilaksanakan tahun 2001 sampai 2003, dan berdasarkan tinjauan pustaka yang
berkaitan dengan multifungsi pertanian. Pengertian multifungsi pertanian sebagai penyokong
utama kehidupan, pertanian perlu dilihat dalam dimensi yang lebih luas, yaitu tidak hanya semata-
mata sebagai penghasil produk pertanian yang tampak nyata dan dapat dipasarkan, tetapi juga
sebagai penghasil jasa yang tidak tampak nyata. Konsep multifungsi pertanian penting artinya
dalam rangka mereposisikan peran sektor pertanian pada kedudukan yang semestinya, artinya
memperhitungkan nilai berbagai jasa pertanian dan biaya untuk menghasilkan jasa tersebut yang
dewasa ini masih berada di luar perhitungan ekonomi dan kebijakan. Multifungsi pertanian
mencakup fungsi lingkungan, pemelihara tradisi, budaya, dan kehidupan pedesaan, penyedia
lapangan kerja, serta basis bagi ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi. Dari 10 sampai 13
jenis multifungsi pertanian yang sudah dikenal oleh masyarakat di negara maju, hanya 2 sampai 3
jenis multifungsi saja yang paling dikenal dan dipahami masyarakat, yaitu fungsi pemelihara
pasokan air tanah, pengendali banjir, dan penyedia lapangan kerja.

Perbaikan kesuburan tanah sebagai hasil dari tindakan pemupukan dan konservasi bukan
merupakan multifungsi pertanian karena manfaat tersebut hanya terbatas bagi lahan petani yang
bersangkutan, sedangkan lahan di sekitarnya tidak mendapatkan manfaat tersebut. Akan tetapi
dampak keanekaragaman hayati dan aksesibilitas berbagai produk pangan oleh penduduk di
sekitarnya merupakan jasa yang tergolong multifungsi pertanian. RCM menghitung biaya
pembangunan dan pemeliharaan dam per satuan volume air yang dapat ditampung dan per satuan
waktu tertentu. Teknik WTP dapat dilakukan secara tersendiri atau dapat juga dilakukan
bersamaan dengan WTA.

Selain itu, usaha pertanian dihadapkan kepada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan
mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca yang sulit diramalkan, serangan hama penyakit, tidak
tersedianya sarana produksi, sulitnya pemasaran, dan berfluktuasinya harga produk pertanian. Alih
guna lahan pertanian, terutama yang bersifat tidak dapat balik, seperti alih guna dari lahan sawah
ke areal permukiman dan industri, sangat berpengaruh pada fungsi sawah dalam menghasilkan
berbagai jasa. Alih guna lahan Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
kebutuhan penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lain di luar pertanian maka alih
guna dari lahan hutan menjadi lahan pertanian dan dari lahan pertanian menjadi areal permukiman
dan industri tidak dapat dielakkan. Namun sebagian dari alih guna lahan tersebut terjadi dari lahan
pertanian yang justru mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian dan dari lahan
hutan dengan lereng curam menjadi lahan pertanian tanaman semusim yang rentan terhadap
berbagai bencana. Dari BPS. Pada umumnya lahan yang beralih guna tersebar pada areal lumbung
beras nasional seperti di Pantura dan di sekitar pusat pembangunan di dalam dan pinggir perkotaan.
Dengan asumsi bahwa lahan sawah yang dikonversi mempunyai produktivitas 5 ton gabah kering
giling per ha dalam musim hujan dan 3 ton GKG per ha dalam musim kemarau, maka jika alih
guna lahan sawah tidak terjadi, produksi padi seharusnya menjadi 12,8 juta ton GKG per tahun
lebih tinggi dari tingkat produksi sekarang. Ketahanan pangan dan impor beras Ketahanan pangan
mencakup pengertian jumlah pangan yang cukup, mudah didapatkan oleh semua lapisan
masyarakat, dan aman.

Lahan pertanian tanaman semusim mempunyai nilai mitigasi banjir yang rendah dan areal
perumahan dan industri mempunyai daya mitigasi banjir paling rendah. Hutan, dengan tajuk
bertingkat, penutupan permukaan tanah yang tebal oleh serasah, dan kapasitas infiltrasi tanahnya
yang tinggi mempunyai daya sangga yang tinggi terhadap erosi. Dengan demikian, lahan dengan
sistem pertanian berbasis tanaman pohon-pohonan dan adanya serasah yang menutupi permukaan
tanah tingkat erosinya lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang digunakan untuk pertanian
tanaman semusim. Selain fenomena kecilnya erosi dan besarnya deposisi pada teras sawah, data
pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa erosi tanah dalam jumlah yang agak besar hanya terjadi
pada waktu dan beberapa saat sesudah pengolahan tanah; tetapi sedimen yang terangkut tersebut
sebagian besar akan mengendap pada petakan sawah di bawahnya sehingga erosi total yang keluar
dari lahan sawah relatif kecil. Pemelihara keindahan alam pedesaan dan keanekaragaman hayati
Keindahan panorama alam pedesaan dengan hamparan lahan pertanian yang berwarna-warni
mempunyai daya tarik bagi penduduk yang jenuh dengan keadaan di perkotaan. Selain indah dan
asri, lingkungan lahan pertanian, terutama yang terdiri atas berbagai sistem penggunaan lahan,
juga menjadi habitat bagi berbagai burung, mamalia, serangga, binatang kecil, mikroflora, dan
fauna karena lingkungan pertanian menyediakan makanan yang berlimpah bagi
perkembangbiakannya.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai fungsi lingkungan lahan sawah di DAS ini
bernilai sekitar 51% dari nilai jual produk yang dihasilkan lahan sawah ini, maka akan terjadi rush
untuk menumpuk beras di kalangan distributor dan konsumen yang selanjutnya dapat
mendatangkan kekacauan yang biaya sosialnya sangat tinggi. Arah pembangunan dewasa ini lebih
banyak berorientasi pada perhitungan ekonomi langsung dan sedikit sekali memperhatikan aspek
biaya dan kontribusi sosial dari suatu penggunaan lahan. Berbagai kebijakan, baik di pusat maupun
di daerah, cenderung terfokus pada kegiatan yang memiliki keuntungan ekonomi jangka pendek
dan belum banyak menyentuh multifungsi pertanian. Apabila yang dinilai dari pertanian hanya
produk barang yang nyata yang dapat dipasarkan saja, maka akan beresiko terhadap semakin
meningkatnya alih guna lahan dan selanjutnya menurunkan kualitas lingkungan, ketahanan
pangan, dan kestabilan sosial ekonomi. Persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap multifungsi
pertanian: Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai