Anda di halaman 1dari 3

B.

Secara umum, DASAR HUKUM penanggulangan bencana di Indonesia (Yultekni,2012),


yaitu:
1. UUD 1945 RI, Pasal 4, Ayat 1
2. UU No.24 Th. 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
3. PP No. 38 Th. 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
4. PP No. 21 Th. 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
5. PP No. 32 Th. 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
6. Pepres No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB

c. gambaran umum

Rangkaian bencana yang dialami Indonesia, khususnya pada tahun 2004 dan 2005, telah
mengembangkan kesadaran mengenai kerawanan dan kerentanan masyarakat. Sikap reaktif
dan pola penanggulangan bencana yang dilakukan dirasakan tidak lagi memadai. Dirasakan
kebutuhan untuk mengembangkan sikap baru yang lebih proaktif, menyeluruh, dan mendasar
dalam menyikapi bencana.
Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi baru dengan dikeluarkannya
Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang diikuti beberapa
aturan pelaksana terkait, yaitu Peraturan Presiden No. 08 tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, PP No. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana, dan PP No. 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana. Dimensi
baru dari rangkaian peraturan terkait dengan bencana tersebut adalah:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah upaya menyeluruh dan proaktif dimulai dari
pengurangan risiko bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi.
2. Penanggulangan bencana sebagai upaya yang dilakukan bersama oleh para pemangku
kepentingan dengan peran dan fungsi yang saling melengkapi.
3. Penanggulangan bencana sebagai bagian dari proses pembangunan sehingga
mewujudkan ketahanan (resilience) terhadap bencana.
Berbagai kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti dengan pendirian Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan masih akan dilengkapi dengan berbagai peraturan
pelaksanaan. Sementara proses pengembangan kebijakan sedang berlangsung, proses lain
yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa provinsi dan kabupaten/kota mulai
mengembangkan kebijakan, strategi, dan operasi penanggulangan bencana sesuai dengan
arah pengembangan kebijakan di tingkat nasional.
Upaya penanggulangan bencana di daerah perlu dimulai dengan adanya kebijakan
daerah yang bertujuan menanggulangi bencana sesuai dengan peraturan yang ada. Strategi
yang ditetapkan daerah dalam menanggulangi bencana perlu disesuaikan dengan kondisi
daerah. Operasi penanggulangan bencana perlu dipastikan efektif, efisien dan berkelanjutan.

A. SFDRR

Sendai Framework merupakan sebuah kesepakatan sukarela yang tidak mengikat, dalam
jangka 15 tahun, yang mengakui bahwa negara memiliki peranan penting dalam
menanggulangi risiko bencana. Peran tersebut dapat dibagi pada pemerintah setempat,
divisi-divisi swasta, dan lain-lain. Sendai Framework merupakan sebuah lanjutan dari Hyogo
Framework for Action yang disiapkan dari tahun 2005-2015. Sendai Framework memiliki
tujuan untuk menghasilkan: pengurangan risiko dan kerugian dari bencana dalam
kehidupan, mata
pencaharian, kesehatan,aset ekonomi, fisik, sosial, budaya dan lingkungan, bisnis, masyara
kat dan negara.

The Seven Global Targets (Tujuh Target Global)

(A) Secara substansial mengurangi kematian bencana global yang pada tahun 2030.
(B) Secara substansial mengurangi jumlah orang yang terkena dampak secara global pada
tahun 2030.
(C) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk
domestik bruto (PDB) pada tahun 2030.
(D) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan
gangguan pelayanan dasar.
(E) Secara substansial meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan resiko
bencana nasional dan lokal pada tahun 2020.
(F) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara-negara
berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan hingga pada tahun 2030.
(G) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke multi-bahaya sistem
peringatan dini dan informasi resiko bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun
2030.

The Four Priorities for Action (Empat prioritas untuk aksi)

o Prioritas 1. Memahami risiko bencana

o Prioritas 2. Memperkuat pemerintahan dalam melakukan manajemen bencana


o Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana, dengan memperkuat
resiliensi/ketahanan

o Prioritas 4. Menguatkan kesiapan terhadap bencana untuk respon yang efektif dan
membangun kembali lebih baik dalam proses recovery (pemulihan),
rehabilitation(rehabilitasi) dan reconstruction (rekonstruksi)

E. ASAS MANAJEMEN BENCANA

1) Kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintahan
4) Keseimbangan, keselarasan dan keserasian
5) Ketertiban dan kepastian hokum
6) Kebersamaan
7) Kelestarian lingkungan hidup
8) Ilmu pengetahuan dan teknologi

C. RUANG LINGKUP

Anda mungkin juga menyukai