Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi
Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara,
sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru
secara vertical ke arah diagfragma. perubahan anatomis paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang
disertai kerusakan dinding alveolus

Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada


pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul
perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul
batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas, hipoksemia, dan
perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang dapat
menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.

2. Etiologi

1. Rokok
Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada
jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi
dan hiperplasi kelenjar mucus bronkus. Gangguan pada silia, fungsi
makrofag alveolar mempermudah terjadinya perdangan pada bronkus dan
bronkiolus, serta infeksi pada paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus
akan mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan
alveoli pecah.Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit
polimorfonuklear melepaskan enzim protease (proteolitik), dan
menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya.

2.Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
Insidensi dan angka kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang
1
padat industrialisasi. Polusi udara seperti halnya asap tembakau juga
menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag alveolar.

3.Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.
Penyakit infeksi saluran napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma
bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

4.Faktor genetik
Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi
antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum jelas.

5. Obstruksi jalan napas


Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus,
sehingga terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus
pada waktu inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi.
Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor
intrabronkial di mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi
dapat disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.

3. Klasifikasi
1. Emfisema asiner proksimal (emfisema sentraasiner)
emfisema sentraasiner proses dimulai di proksimal asinus. Terbentuk parut
(scar) dan dilatasi fokal bronkioli dan struktur sekitar (duktus dan sakus
alveoli) menghasilkan pelebaran saluran napas di pusat asinus. Ada dua
bentuk yaitu :
- emfisema fokal : emfisema yang dijumpai pada individu yang terpapar
debu inert seperti debu batu bara.
- Emfisema sentrilobuler : emfisema sentriasiner yang sering
dihubungkan dengan perokok
2
2. Emfisema panasiner
Pelebaran seluruh asinus. Bias fokal dan difus
3. Emfisema asiner distal
terjadi dibagian distal asinus yaitu duktus dan sakus alveolaris. Kelainan
ini mengenai lobus bagian perifer dan berbatasan dengan pleura
(subpleura), septa interlobular dan bundle bronkovaskuler.

4. Patofisiologi

Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang
akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara akan terganggu akibat
dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya
destruksi dinding (septum) di antara alveoli, jalan napas kolaps sebagian , dan kehilangan
elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di
antara ruang alveolus (disebut blebs) dan di antara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses
ini akan menyebabkan peningkatan ventilatory pada “dead space” atau area yang tidak
mengalami pertukaran gas atau darah.
Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru
untuk melakukan pertukaran O2 dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-
paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi O 2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih

3
dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang berusia muda
biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan merokok.

5. Tanda dan Gejala


 Dispnea
 Takipnea
 Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernafasan
 Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
 Auskultasi : ronchi, perpanjangan ekspirasi
 Hipoksemia
 Hiperkapnia
 Anoreksia
 Penurunan BB
 Kelemahan

6. Diagnosis
Diagnosis emfisema adalah berdasarkan pada gejala atau keluhan yang
didapat dari anamnesis, tanda-tanda yang didapat dari pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Keluhan
Pada emfisema paru keluhan utama adalah sesak nafas, batuk berdahak tidak
begitu mencolok, kadang-kadang disertai sedikit sputum mukoid.

1. Anamnesa :
 Riwayat menghirup rokok.
 Riwayat terpajan zat kimia.
 Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.
 Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya BBLR, infeksi
saluran nafas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara.
 Sesak nafas waktu aktivitas terjadi bertahap dan perlahan-lahan memburuk
dalam beberapa tahun
 Pada bayi terdapat kesulitan pernapasan berat tetapi kadang-kadang tidak
terdiagnosis hingga usia sekolah atau bahkan sesudahnya.

2. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi :
• Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).
• Dada berbentuk barrel-chest.
4
• Sela iga melebar.
• Sternum menonjol.
• Retraksi intercostal saat inspirasi.
• Penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Palpasi : vokal fremitus melemah.
c. Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah.
d. Auskultasi :
 Suara nafas vesikuler normal atau melemah.
 Terdapat ronki samar-samar.
 Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.
 Ekspirasi memanjang.
 Bunyi jantung terdengar jauh.

3. Pemeriksan Penunjang :
a. Faal Paru
• Spinometri (VEP, KVP).
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan
VR meningkat.
- VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya dan perjalanan penyakit.
• Uji bronkodilator
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20
menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP 1.
b. Darah Rutin : Hb, Ht, Leukosit
c. Gambaran Radiologis
Pada emfisema terlihat gambaran umum :
 Diafragma letak rendah dan datar.
 Ruang retrosternal melebar.
 Gambaran vaskuler berkurang.
 Jantung tampak sempit memanjang.
 Pembuluh darah perifer mengecil .

d. Pemeriksaan Analisis Gas Darah


Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli (6).
e. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal
dan hipertrofiventrikel kanan.
f. Pemeriksaan Enzimatik : Kadar alfa-1-antitripsin rendah.

5
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi :


1. Penatalaksanaan umum.
2. Pemberian obat-obatan.
3. Terapi oksigen.
4. Latihan fisik.
5. Rehabilitasi.
6. Fisioterapi.

8. Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan
gejala klinis waktu berobat.
Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :
 Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.
 Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat
dan meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Patologi Jilid 2 Edisi 7: Paru dan Saluran Napas Atas.
Jakarta: EGC
2. Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9: Insufesiensi
Pernapasan. Jakarta: EGC Kumar dkk. 2006.

Anda mungkin juga menyukai