Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN

PENCEMARAN AIR SERTA DAMPAKNYA TERHADAP BIDANG


PERTANIAN DAN PERIKANAN

Disusun oleh:
Audira Wirifdah Armanitya
15/383582/PN/14413

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Judul
Pencemaran Air serta Dampaknya terhadap Bidang Pertanian dan Perikanan
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pencemaran air
2. Mengetahui dampak pencemaran air terhadap bidang pertanian dan perikanan
II. PEMBAHASAN
Pencemaran adalah perubahan yang tak dikehendaki dari lingkungan yang
sebagian besar akibat dari kegiatan manusia (Darmono, 1995). Perubahan ekosistem
atau habitat dapat berupa perubahan fisik, kimia, atau perilaku biologis yang akan
mengganggu kehidupan manusia, spesies, biota bermanfaat, proses- proses industri,
kondisi kehidupan, dan aset kultural. Selain itu perubahan ekosistem akibat kegiatan
manusia yang merusak atau menghamburkan secara sia-sia sumberdaya yang ada di
alam (Palar,1994).
Air adalah sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan makhluk hidup
yang merupakan senyawa sederhana H2O. Di alam, air berputar dalam daur atau
siklus hidrologi, dan jumlah air selalu tetap, karena didalamnya berlaku hukum
kekekalan massa yaitu jumlahnya selalu tetap. Air yang terdapat di alam, di dalamnya
terlarut berbagai macam zat-zat yang terlarut dalam air yang banyak berguna bagi
kehidupan, tetapi beberapa macam zat yang terlarut dalam air bersifat racun bagi
makhluk hidup tergantung dari kadar zat tersebut. Apabila dalam air terlarut ada zat
yang beracun atau zat lain yang mengganggu peruntukkan air maka air tersebut
dikatakan tercemar (Effendi, 2003).
Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002)
pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Air dapat
tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat
yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri.
Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan logam berat antara lain industri
tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta warna, percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa
logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi
kehidupan (Wisnu, 1995).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat
berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab
dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan
oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus
menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat
berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat
tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara
tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar
(kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu
tertentu untuk peruntukan air.
Pencemaran air dapat dijadikan indikator penentuan kualitas air. Pencemaran air
dikelompokkan menjadi empat, yaitu dari bahan organik, anorganik, zat kimia, dan
limbah. Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme.
Sementara itu, bahan buangan anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk
dan mikroorganisme tidak dapat mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik
berasal dari logam-logam seperti ion kalsium (Ca), ion timbal (Pb), ion magnesium
(Mg), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Bila logam-logam tersebut mencemari air,
maka akan menimbulkan akumulasi yang pada akhirnya menyebabkan air menjadi
sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang berasal dari zat
kimia dihasilkan oleh sabun, pestisida, zat warna kimia, larutan penyamak kulit, dan
zat radioaktif. Limbah adalah zat, energi atau komponen lain yang dikeluarkan/
dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri. Limbah bisa
merusak kualitas air untuk pertanian dan membahayakan kesehatan tanaman
budidaya (Harmayani dan Konsukartha, 2007).
Pencemaran air tentu berdampak pada kehidupan manusia. Mulai dari kesehatan,
estetika, hingga sektor pertanian dan perikanan. Limbah kegiatan industri
dikatakan telah mengancam seluruh negeri. Hal ini disebabkan melalui mekanisme
alam seperti tiupan angin, aliran air sungai, daya rambat di tanah melalui difusi
limbah tersebut dapat menyebar (Syah, 1995). Buangan di perairan menyebabkan
masalah kehidupan biota dalam bentuk keracunan bahkan kematian. Gangguan
terhadap biota perairan telah menimbulkan dampak penurunan kualitas dan
kuantitas biota perairan (ikan dan udang). Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa
atau ke danau dapat menimbulkan suburnya enceng gondok. Selain itu, erosi lumpur
yang terbawa ke laut kemudian diendapkan mengakibatkan tertutupnya permukaan
karang yang pada akhirnya menyebabkan kematian karang. Akibat pencemaran itu
kehidupan dalam air dapat terganggu dengan mematikan binatang-binatang dan
tumbuh-tumbuhan dalam air karena oksigen yang terlarut dalam air akan
habis dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zat-zat organik yang banyak
terkandung dalam air buangan.
Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran secara
kimiawi terhadap air dikarenakan Kebanyakan pestisida yang ada sebetulnya tidak
bersifat selektif karena pestisida digunakan pada suatu ekosistem yang rumit dan
kompleks maka setiap pemakaian pestisida dapat membunuh organisme bukan
sasaran atau paling tidak mengganggu kehidupannya (Kadarsan, 1977). Kandungan
dalam pestisida dapat meninggalkan residu pada air dan pada ikan itu sendiri.
Meskipun secara umum konsentrasi bahan aktif tersebut masih di bawah Batas
Maksimal Residu (BMR) pestisida, tetapi hal ini perlu diwaspadai karena konsentrasi
residu tersebut sewaktu-waktu dapat meningkat sejalan dengan bertambahnya
penggunaan pestisida terutama pada musim kemarau. Pengaruh letal akan langsung
menyebabkan kematian ikan, sedangkan pengaruh subletal pestisida terhadap ikan
meliputi: (1) perubahan adaptasi terhadap rangsang alamiah; dan (2) perubahan
fisiologis dan biokimia efek subletal pestisida dalam perairan juga akan berpengaruh
terhadap organ tubuh ikan seperti hati. Dengan adanya bahan aktif pestisida dalam
air yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan pembengkakan pada hepatosit
yang merupakan pertanda terjadinya degradasi lemak, selain itu hepatosit juga
mengalami piknosis, karioreksis, dan kalriolisis. Hal lain yang perlu diwaspadai
akibat tercemarnya air oleh pestisida, karena ikan yang terpapar dalam air yang
tercemar oleh pestisida dalam konsentrasi subletal akan menyerap bahan aktif
tersebut melalui permukaan tubuh, membran insang, dan difusi kutikular.
Penyerapan akan berlangsung secara terus-menerus sampai tercapai keadaan steady
state yaitu kondisi di mana jumlah bahan uji yang diserap dan didepurasi persatuan
waktu seimbang pada suatu konsentrasi bahan dalam air (Nagel dan Loskill, 1991).
Interaksi antara proses lingkungan dan sifat fisikakimiawi pencemaran menentukan
penyebarannya, intensitas, dan pengaruhnya terhadap kehidupan mahluk hidup
(Connel dan Miller, 1995). Pengambilan pestisida oleh hewan dapat terjadi secara
langsung dari lingkungan fisik atau dari penyerapan gastrointestinal. Untuk
organisme air, kontaminasi pestisida dapat disebabkan oleh: (1) masuk bersama
makanan yang terkontaminasi, (2) pengambilan dari air yang melewati membran
insang, (3) difusi kutikular, dan (4) penyerapan langsung dari sedimen (Livingstone,
1977). Secara kualitatif maupun kuantitatif, residu beberapa bahan aktif pestisida
yang terdapat dalam daging ikan lebih tinggi dibanding residu yang terdapat dalam
air dan tanah. Hal ini dapat terjadi karena ikan merupakan akumulator yang baik
terutama bagi bahan aktif yang bersifat lipofilik sehingga sangat mudah terikat dalam
jaringan lemak ikan.
Selain pencemaran dari pestisida, terdapat pencemaran lain yang tidak disebabkan
oleh bahan kimiawi yang beracun. Pencemaran yang tidak disebabkan oleh sifat
racun dari bahan-bahan pencemar adalah:
1. Kandungan lumpur yang meningkat di dalam air mengurangi jumlah
cahaya yang masuk yang diperlukan untuk berfotosintesis. Unsur hara
yang masuk berlebihan ke ekosistem perairan dapat menyebabkan
pertumbuhan yang sangat cepat dari algae atau tanaman air, sehingga
menyebabkan berkurangnya bentuk kehidupan lainnya seperti ikan
dan kerang-kerangan.
2. Buangan air panas meskipun tidak langsung membunuh biota air, dapat
mengubah kondisi dari lingkungan hidupnya. Akibatnya, satu jenis
akan tumbuh dan berkembang lebih cepat sedang yang lain justru
dapat terhambat. Kelakuan ikan yang selalu berpindah (migration) dapat
berubah disebabkan adanya perubahan suhu yang relatif cepat pada jarak
yang pendek.
3. Lumpur erosi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang baik dapat
diendapkan di pantai-pantai dan mematikan kehidupan karang atau
merusak tempat berpijak biota perairan.
4. Senyawa organik di dalam proses penguraiannya dapat mengambil zat
asam dari air terlalu banyak, sehingga membahayakan kehidupan di
ekosistem tersebut
5. Air sungai yang mengalir berlebihan ke perairan pantai dapat membentuk
lapisan yang menghalangi pertukaran massa air dengan lapisan air yang
lebih subur dari bawah.
Pencemaran limbah ke lingkungan perlu diperhatikan dan diantisipasi
dengan baik, lebih-lebih terhadap air sungai, karena air sungai dipakai
penduduk untuk berbagai keperluan. Pencemaran sungai oleh air buangan
ditinjau dari sudut mikrobiologi antara lain: pencemaran bakteri patogen dan
non-patogen serta bahan organik. Banyaknya bahan organik akan
merangsang pertumbuhan mikroorganis memenjadi pesat. Hal ini
mengakibatkan pemakaian oksigen akan cepat dan meningkat, akibatnya
kadar oksigen terlarut dalam air akan menipis dan menjadi sedikit sekali, yang
akhirya mengakibatkan mikroorganisme dan organisme air lainnya yang
memerlukan oksigen mati. Ekologi air akan berubah drastis. Keadaan menjadi
anaerobik, sehingga air sungai busuk, dan tidak sehat bagi pertumbuhan
mikroorganisme flora dan fauna air itu. Lingkungan hidup yang demikian ini
sudah rusak dan tidak layak lagi bagi kebutuhan hidup kita.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal
seperti masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
2. Terdapat beberapa dampak pencemaran air terhadap perikanan seperti
penggunaan pestisida yang menyebabkan residu pada air dan ikan,
pengendapan lumpur erosi yang menyebabkan menurunnya kandungan
oksigen pada perairan, serta pencemaran mikrobiologis yang menyebabkan
kondisi anaerobik pada perikanan.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penanggulangan
dan pengendalian pencemaran air serta pemanfaatan air limbah untuk sektor
pertanian dan perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
Connel, D.W. & Miller, G.J. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.
Penerbit Univ. Indonesia, Jakarta, hlm. 331-341.
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk hidup, 111, 131-134,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Harmayani, K.D. dan Konsukartha, I.G.M. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat
Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh. Jurnal
Pemukiman Natah, 5(2): 93-94.
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Livingstone, R.J. 1977. Review of current literature concerning the accute and
chronic effect of pesticides on aquatic organism. CRC Crit. Rev. Environ.
Control, 7(4): 325-351.
Nagel R. dan Loskill, R. 1991. Bioaccumulation in aquatic system; contribution
to the assessment. Proceeding of an International Workshop, Berlin. VCH
Publishers Inc. New York, 238 pp.
Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, 10-11, 33-34, 74-75,
116-117, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Syah, A. 1995. Menulis dan Lingkungan Hidup. Proyek Perguruan Tinggi (P2T).
Kendari.
Wisnu, A. W., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai