Anda di halaman 1dari 2

Revolusi Industri 4.

0 ditandai dengan berkembangnya Internet of Things,


kehadirannya begitu cepat. Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan
menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi
dengan sistem ride-sharing seperti Go-jek, Uber, dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak terpikirkan
sebelumnya.

Kementerian Perindustrian akan membuat program Making Indonesia 4.0 yang


merupakan peta jalan terintegrasi dan kampanye untuk mengimplementasikan strategi
menghadapi revolusi industri 4.0. Sebagai langkah awal dalam persiapan Making Indonesia
4.0 terdapat lima industi yang menjadi fokus, yaitu: 1.Makanan dan Minuman, 2.Tekstil,
3.Otomotif, 4.Elektronik, dan 5.Kimia. Lima industry tersebut menjadi tulang punggung
Indonesia yang diharapkan dapat membawa Indonesia menuju 10 besar negara dengan
perekonomian terkuat di dunia.

Tetapi dalam menuju tujuan tersebut ada hal yang kurang menyenangkan, menurut
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) posisi Indonesia masih
berada jauh di negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand,
dan Vietnam. Indeks itu menunjukkan Indonesia masih berada di peringkat 111. Sementara,
negara-negara yang tadi disebut, seperti Vietnam ada di peringkat 108, Filipina (101), Thailand
(78), Malaysia (63), dan Singapura (18).

Jeffrey Sachs Center (2017) mencatat, bahwa lebih dari setengah penduduk
ASEAN yang berjumlah 629 juta orang berusia di bawah 30 tahun, di mana 90 persennya
berusia 15-24 tahun yang dekat terhadap internet dan dunia digital. Ini merupakan modal besar
ke depan yang bisa menciptakan tambahan output USD 1 triliun, sehingga PDB kawasan ini
mencapai USD 5,25 triliun pada 2025. Organisasi Buruh Internasional memproyeksikan
Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam dan Kamboja akan memindahkan 56 persen pekerjaan
ke otomatisasi pada beberapa dasawarsa mendatang. Sedangkan 54 persen pekerja Malaysia
terancam kehilangan pekerjaan.

Kemudain, bagaimana dengan pergerakan mahasiswa yang masih melakukan aksi


turun ke jalan masih relevan dangan revolusi industry 4.0 yang sudah berjalan? Tentu
jawabanya tidak. Pada masa sekarang menggumpulkan massa untuk memprotes kebijakan
pemerintah yang tidak sesuai dengan yang ada dimasyarakat atau juga memprotes pejabat
negara sewenang-wenang dapat dilakukan melalui media social seperti facebook,twitter
maupun Instagram dengan memprogandakannya secara terus-menerus akan lebih cepat meluas
dan juga mendapatkan massa lebih cepat sehingga apa yang dicita-citakan lebih cepat terwujud.
Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan segala peluang yang ada sehingga
gerakan mahasiswa dapat relavan dengan perkembangan zaman dan dapat memberikan aksi
nyata dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai