Tando
NIM : 2018-84-089
PENDAHULUAN
Carcinoma Mammae (kanker payudara) merupakan penyakit keganasan yang paling
banyak terjadi pada wanita di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian wanita
kedua di Amerika Serikat.1 Pada tahun 2014 terdapat 232.000 kasus baru kanker payudara
pada wanita di Amerika Serikat dan angka kematian sebanyak 40.000 kasus. Invasive breast
cancer merupakan kanker payudara yang bervariasi dari segi tampilan, klasifikasi berdasarkan
patologi dan gejala klinis. Kebanyakan sel tumor berasal dari epitel duktus terutama the
terminal duct-lobular unit dan lebih dari 75% merupakan invasive ductal carcinoma not
otherwise specified (IDC-NOS).1
Lokasi paling sering terjadinya metastasis pada kanker payudara yaitu paru dan pleura
(15-20%), tulang (20-60%), hati (5-15%), otak ( 5-10%) dan metastasis lokal/regional (20-
40%%).3 Selain lima lokasi yang disebutkan sebelumnya, kanker payudara juga dapat
bermetastasis ke orbita. Angka kejadian metastasis orbita 2-9% dari semua kasus keganasan
pada dewasa dan 8-10% berasal dari kanker payudara. Tumor primer biasanya terdiagnosis
sebelum terdapat gejala metastasis ke orbita. Mean survival time pasien dengan kanker
payudara adalah sekitar 22-31 bulan setelah metastasis ke orbita.1
Terapi pada pasien dengan kanker payudara yang telah bermetastasis bersifat individual
dan not curable. Untuk itu tujuan utama dalam terapi adalah meningkatkan kualitas hidup,
meringankan gejala yang terjadi akibat suatu metastasis. Kemoterapi merupakan pilihan terapi
pada kanker payudara dengan metastasis yang progresif dan beresiko mengenai organ-organ
penting. Kemoterapi juga digunakan pada kanker payudara dengan status hormon reseptor
yang negatif dan pada pasien yang telah mendapat terapi antihormonal namun tidak memiliki
respon yang baik.1
A. STAGING DAN STADIUM KARSINOMA MAMMAE
1. Staging Karsinoma Mammae2
T (tumor primer)
Tx = Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 = Tidak ada bukti tumor primer
Tis = Karsinoma in situ
T1 = Diameter tumor < 2 cm
T2 = Diameter tumor > 2 cm tetapi < 5 cm
T3 = Diameter tumor > 5 cm
T4 = Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit
Metastasis (M)
Mx = Metastasis tidak dapat dinilai
M0 = Tidak terdapat metastasis
M1 = Metastasis
C. PENATALAKSANAAN
Tata laksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi
hormone, targeting terapi, terapi rehabilitasi medic, serta terapi paliatif.2
1. Pembedahan
Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Indikasi pembedahan yaitu tumor
stage Tis-3, N0-2, dan M0. Jenis pembedahan kuratif yang dapat dilakukan adalah breast
conserving treatment (BCT), mastektomi radikal klasik, mastektomi radikal dimodifikasi,
areola-skin-sparing mastectomy, mastektomi radikal extended, mastektomi simple atau
lumpektomi.2
2. Radioterapi
Radioterapi kanker payudara dapat digunakan sebagai terapi adjuvant yang kuratif pada
pembedahan BCT, mastektomi simple, mastektomi radikal dimodifikasi, serta sebagaii terapi
paliatif. Radioterapi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada pasien pasca-mastektomi,
penyakit rekuren, dan keadaan metastasis tulang dan otak. Radiasi harus selalu
dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tak mampu-angkat atau jika ada metastasis.1
Radioterapi dapat diberikan setelah BCT untuk tumor invasive in situ, stage I dan stage
II. Sebagai terapi adjuvant, radioterapi diberikan pascamastektomi tumor stage I dan II, dan
sebagai sandwich therapy (pembedahan dikombinasi dengan penyinaran pra-dan pasca bedah).
Radioterapi dapat diberikan dengan dua cara yaitu penyinaran dari luar dan dari dalam. Radiasi
dari luar, seperti yang lazim dilakukan, luasnya daerah penyinaran bergantung pada jenis
prosedur bedah yang dilakukan dan ada-tidaknya keterlibatan kelenjar getah bedah bening. Jika
prosedur bedah yang dilakukan adalah lumpektomi, seluruh payudara disinar dan ditambah
dengan ekstra penyinaran pada daerah lesi kanker. Jika terdapat penyebaran luas kelenjar getah
bening, biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi.
Penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar limfe
ketiak supraclavicula. Jika direncanakan untuk dilakukan pasca bedah, biasanya radioterapi
dilakukan sebulan kemudian setelah luka operasi menyembuh. Jika kemoterapi direncanakan
diberikan juga, biasanya radioterapi baru dilakukan setelah kemoterapi selesai.2
Radiasi dari dalam atau disebut juga dengan braki terapi, adalah menanam bahan
radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi. Brakiterapi ini kadang juga digunakan sebagai
penambah radioterapi eksterna.2
3. Terapi sistemik
Pada dasarnya terapi sistemik dapat berfungsi sebagai terapi kuratif-paliatif, namun dapat
juga sebagai terapi adjuvant, maupun neoadjuvanpaliatif. Pengobatan sistemik kanker
payudara meliputi terapi hormonal, kemoterapi dengan zat sitotoksik, dan terapi biologi.1
Terapi hormonal. Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen (tamoksifen,
toremifen) analog LHRH, inihibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen
progestasional (megesterol asetat), agen androgen, dan prosedur ooforektomi. Terapi hormonal
standar yang berperan sebagai terapi adjuvant adalah tamoksifen selama 5 tahun untuk pasien
pra menopause dan penghambat aromatase untuk pasien pasca menopause. Tamoksifen ini
hanya berguna jika status reseptor ER dan PR tumor (+).2
Kemoterapi. Kemoterapi pada kanker payudara dapat terdiri atas kemoterapi adjuvant atau
paliatif. Kemoterapi adjuvant adalah kemoterapi yang diberikan pascamastektomi untuk
membunuh sel-sel tumor yang walaupun asimptomatik mungkin tertinggal atau menyebar
secara mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sebelum
pembedahan untuk memperkecil besar tumor sehingga dapat diangkat dengan lumpektomi atau
mastektomi simple. Respon kanker terhadap kemoterapi juga menjadi dapat dinilai.
Kemoterapi adjuvant paling baik dimulai dalam 4 minggu pasca bedah. Regimen kemoterapi
yang paling sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC
(siklofosfamid,`adriamisin, 5-fluorourasil), AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF
(siklofosfamid, epirubisin, dan 5-fluorourasil).2
Terapi biologi. Terapi biologi berupa terapi anti-ekspresi HER2/neu menggunakan pemberian
trastuzumab. Penentuan ekspresi HER2/neu pada semua kasus baru kanker payudara kini
direkomendasikan. Karena status HER2/neu berguna untuk menentukan prognosis. Kombinasi
trastuzumab dengan kemoterapi dapat menurunkan resiko relative mortalitas sebesar 20%,
namun jika dikombinasi dengan adriamisin menjadi bersifat kardiotoksik.2
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy
REFERENSI:
1. Avrynal P, Wahid I, Fauzar. Invasive Carcinoma Mammae dengan Metastasis Orbita,
Tulang dan Paru. Jurnal Kesehatan Andalas; 2019 (8)
2. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Editors. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Ed. 3. Jakarta: EGC; 2010.p478-90
3. Komite Penanggulangan kanker nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Kemenkes.