Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

Epiretinal Membrane (ERM) adalah struktur fibroseluler yang berproliferasi di

lapisan dalam retina, avaskuler, dan menyebabkan disfungsi makula dalam derajat

yang bervariasi.1 Istilah lain untuk ERM antara lain macular pucker, surface wrinkling

retinopathy, dan epimacular membrane.2

ERM disebabkan oleh adanya proliferasi membran fibroselular di area makula,

pada lapisan retina bagian dalam. Proliferasi ini dapat terjadi pada mata sehat atau

didahului oleh keadaan patologis seperti posterior vitreous separation (PVD), penyakit

vaskular retina, inflamasi intraokular, trauma tumpul atau tajam, dan lain-lain.2

Manifestasi klinisnya dapat asimptomatik yang biasanya dapat terdeteksi ketika

melakukan pemeriksaan rutin, hingga yang dapat menurunkan kualitas hidup seperti

metamorfopsia, mikropsia, makropsia, fotopsia, penurunan visus, dan hilangnya

penglihatan sentral.1 Variasi gejala visual ini bergantung pada opasitas membran dan

seberapa banyak distorsi yang terjadi pada makula karena adanya kontraksi jaringan

fibroselular.2

Perbandingan angka kejadian ERM pada orang Asia lebih rendah dibandingkan

Kaukasia. Diduga sekitar 30 juta penduduk Amerika menderita ERM, paling tidak pada

satu mata. Patogenesis ERM belum diketahui secara pasti dan kebanyakan pasien

mengalaminya tanpa ada gejalan klinis yang mengarah pada penyakit ini, sehingga

diklasifikasikan sebagai idiopatik.3


2

Terdapat beberapa faktor risiko berkembangnya ERM, tapi yang paling

berpengaruh adalah usia. Kebanyakan ERM terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan

prevalensi bertambah seiring dengan pertambahan usia.1

Dahulu ERM hanya didiagnosis dan diklasifikasikan berdasarkan temuan klinis

pada pemeriksaan fisik. Saat ini telah banyak ditemukan teknologi imaging yang

membantu klinisi dalam menegakkan diagnosis secara lebih akurat. Pilihan terapi

untuk ERM saat ini terbatas, dapat ditempuh dengan observasi maupun pembedahan.1

Prosedur pengelupasan ERM melalui pembedahan pada pasien yang mengalami gejala

visual yang signifikan mampu memperbaiki ketajaman penglihatan dan mengurangi

metamorfopsia.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Retina

Retina merupakan lapisan yang paling dalam yang melapisi bola mata, suatu

membran yang tipis, lunak dan transparan. Retina merupakan jaringan bola mata yang

paling cepat perkembangannya. Retina meluas dari optik disk ke ora serata. Secara

garis besar dibagi atas 2 bagian: kutub posterior dan perifer yang dipisahkan oleh

ekuator retina. Kutub posterior sampai ekuator retina, ini merupakan area posterior

retina. Kutub posterior retina terbagi atas 2 area: optik disk dan makula lutea. Retina

perifer di posterior dibatasi oleh ekuator retina dan anterior dengan oraserrata.

Oraserrata merupakan batas yang paling perifer tempat retina berakhir, terbagi dalam

2 bagian; anterior pars plikata dan posterior pars plana. oraserrata juga tempat melekat

vitreous dan koroid.

Secara mikroskopis lapisan retina mulai dari dalam keluar adalah:3

 Internal limiting membrane :

 Ganglion cell layer

 Inner plexiform layer

 Inner nuclear layer

 Outer plexiform layer

 Outer nuclear layer

 External Limiting Membrane

3
Gambar 1 : Lapisan retina 3

II.2 Definisi

ERM adalah struktur fibroseluler yang berproliferasi di lapisan dalam retina,

avaskuler, dan menyebabkan disfungsi makula dalam derajat yang bervariasi.2

Proliferasi pada komponen seluler dan kontraksi membran menyebabkan timbulnya

gejala visual, terutama karena retina mengerut, obstruksi dan elevasi terlokalisir

dengan atau tanpa disertai bentukan pseudokista dan edema makula.4

II.3 Epidemiologi

Sebagian besar pasien dengan ERM idiopatik berusia 50 tahun ke atas.2 Pada

hasil otopsi ERM ditemukan sekitar 2% pada pasien berusia 50 tahun ke atas dan 20%

pada usia 75 tahun ke atas.5 Meskipun demikian, penyakit ini juga bisa terjadi pada

anak-anak dan dewasa muda. Beberapa penelitian membuktikan bahwa angka kejadian

ERM pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kejadian ERM ringan

biasanya berkaitan dengan trauma tajam atau tumpul, inflamasi vitreus, penyakit

4
vaskular retina yang menyebabkan edema intraretina, dan perdarahan vitreus.2 Insiden

ERM pada kedua mata sekitar 10-20%.5

Prevalensi ERM idiopatik didiagnosis dengan color fundus photography

berdasarkan penelitian kurang lebih 4-11%. Prevalensi ini kemungkinan lebih tinggi

pada ras tertentu, terutama Hispanik.2 Akan tetapi, angka kejadian yang berbeda

berdasarkan suku bangsa ini masih menjadi perdebatan. Faktor risiko ERM yang paling

signifikan adalah umur, diikuti oleh diabetes dan hiperkolesterolemia.3

II.4 Etiologi

Penyebab Epiretinal membrane dapat berupa: 3

 Idiopatik : diduga berhubungan dengan kelainan permukaan vitreoretinal yang

dihubungkan dengan suatu pelepasan Vitreus posterior atau Posterior vitreous

detachment (PVD)

 Sekunder : di sebabkan oleh berbagai macam kondisi meliputi, oklusi pembuluh darah

retina, uveitis, trauma, pembedahan intraokular, dan robekan retina, diabetes mellitus.

Penyebab signifikan Epiretinal membrane hampir 75% - 93% kasus disebabkan oleh

Posterior vitreous detachment. Retina dapat tertarik dan mengalami proliferasi dan

membentuk membran disepanjang permukaan retina.5 Inflamasi dan perdarahan vitreus dapat

juga menyebabkan Epiretinal membrane. Ketika vitreus tertarik oleh karena traksi maka

viterus juga dapat mengisi lapisan sub retina.5

Diabetes cenderung menyebabkan timbulnya Epiretinal membrane, hal ini disebabkan

fluktuasi dari kadar gula darah yang tinggi yang menyebabkan kerusakan pada perycit dan sel

endotel pembuluh darah sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut.5 Resiko pada

diabetes dapat terjadi traksional retinal detachment yang merupakan bentuk agresive dari

5
Epiretinal membrane. Jika dijumpai robekan retina pada penderita Diabetes, sel-sel dapat

memasuki permukaan retina yang merupakan tempat sel-sel tersebut untuk berproliferasi.5

II.5 Patogenesis

Secara histologis ERM terdiri dari lapisan fibroselular dengan ketebalan yang

bermacam-macam. Lapisan ini dapat berasal dari vitreus atau kolagen baru yang

disintesis. Sebagian besar elemennya terdiri dari sel Retinal Pigment Epithelium (RPE),

astrosit fibrosa, fibrosit, dan makrofag. Tipe sel yang ditemukan pada membran

bergantung pada kelainan mata yang menyertai. Identifikasi jenis sel yang tepat cukup

sulit dilakukan karena masing-masing sel penyusun membran dapat bertransformasi

menjadi sel jenis lain yang memiliki morfologi dan fungsi yang hampir sama.

Berdasarkan observasi, tipe sel pada ERM idiopatik yang paling utama di sebagian

besar kasus adalah sel RPE. Hal ini kemungkinan karena adanya migrasi transretinal

dari sel RPE sebagai respon terhadap stimulus biokimia. Sebagian besar tipe sel yang

ditemukan pada ERM memiliki daya tampung terhadap komponen myofibroblas,

sehingga dapat berubah bentuk dan menyebabkan membran dapat berkontraksi.2

Ada beberapa teori tentang patogenesis ERM. Teori yang paling banyak dipakai

yaitu adanya gaya tarik-menarik vitreo-retina yang terjadi pada PVD dapat

menyebabkan defek pada membran limitan interna sehingga sel glia retina bermigrasi

dan mengalami hipertrofi sebagai usaha untuk memperbaiki defek yang ada.

Selanjutnya permukaan dalam retina akan mengalami proliferasi dan kontraksi.5,6

Teori lain menyebutkan bahwa proliferasi, metaplasia jaringan ikat dan kontraksi

sel-sel vitreus yang tertinggal di lapisan retina bagian dalam terjadi setelah PVD. Ada

6
pula teori yang menyebutkan bahwa 10-25% ERM terjadi tanpa adanya PVD. Migrasi

selular mungkin terjadi karena adanya defek atau penipisan membran limitan interna.2

II.6 Klasifikasi

Secara klinis ERM dapat diklasifikasikan sebagai cellophane macular reflex atau

preretinal macular fibrosis berdasarkan tingkat keparahan. Secara etiologi ERM

dibedakan menjadi :1

a. Idiopatik

Pada ERM idiopatik tidak ada penyebab yang nyata. Terdapat sisa jaringan

vitreous yang berproliferasi. Unsur utamanya adalah sel glia yang diduga berasal

dari membran hyaloid posterior endogen. Sekitar 10% ERM idiopatik terjadi

pada kedua mata (bilateral) dan gejalanya lebih ringan dibandingkan tipe

sekunder.4

b. Sekunder

ERM sekunder paling banyak terjadi pasca pembedahan retinal detachment.

Keadaan lain yang dapat mengawali ERM sekunder antara lain panretinal

photocoagulation, retinal cryotherapy, penyakit vaskular retina, inflamasi dan

trauma. Bisa terjadi bilateral maupun unilateral bergantung pada faktor

kausatifnya. Tipe sel yang berproliferasi lebih bervariasi, kebanyakan adalah sel

pigmen yang diduga berasal dari retinal pigment epithelium.4

II.7 Manifestasi Klinis

Gejala ERM timbul berdasarkan ketebalan membran dan derajat kekakuannya.2

Proliferasi biasanya terjadi di makula, tepatnya di sekitar fovea. Membran terlihat

7
berkilau dan transparan pada fase awal. Semakin lama, membran ini akan semakin

reflektif terhadap cahaya dan menebal sehingga warnanya semakin opaque.5

Cellophane macular reflex ditandai dengan adanya membran tipis dan transparan

pada makula. Karena membran ini tidak menyebabkan distorsi permukaan retina, maka

belum ada kelainan visual yang dikeluhkan. Oleh karena itu, biasanya cellophane

macular reflex ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan pemeriksaan rutin. Pada

pemeriksaan slit lamp biomicroscopy akan tampak reflek cahaya yang berkilau, water-

silk dan berpindah-pindah di lapisan dalam retina.1,2

Gambar 2.2 Cellophane Macular Reflex2

Preretinal macular fibrosis berkembang seiring dengan penebalan dan kontraksi

membran, disertai lipatan retina atau garis penarikan yang berwarna putih dan abu-

abu.1 Membran tipis yang berkontraksi menimbulkan kerutan pada membran limitan

interna dan kapiler makula menjadi berkelok-kelok. Ketika membran semakin

menebal, kontraksi akan semakin bertambah sehingga menimbulkan traksi yang

8
memperparah derajat ERM hingga terjadi disfungsi makula. Membran itu sendiri dapat

tidak terlihat walaupun gambaran pembuluh darah retina yang berkelok-kelok terlihat

jelas.2 Pada stadium ini telah terjadi gangguan fungsi retina, menghasilkan kerusakan

visual kurang lebih 80% kasus.1 Gejala yang dapat dikeluhkan di antaranya

metamorfopsia, penurunan ketajaman penglihatan, dan fotopsia.2 Pada pemeriksaan slit

lamp biomicroscopy akan tampak membran semitranslusen yang mengaburkan bagian-

bagian retina dan berhubungan dengan penebalan lipatan retina yang bentuknya

semakin berkelok-kelok dan membesar.1

Gambar 2.3 Preretinal Macular Fibrosis4

Beberapa kasus menunjukkan membran terlihat berwarna putih keabu-abuan

yang mengaburkan pembuluh darah retina, dapat juga terlihat gelap. Gambaran warna

putih pada membran diduga adalah hasil dari traksi lapisan serat saraf. Traksi membran

dapat menyebabkan edema makula, perdarahan preretina atau intraretina, atau traction

9
macular detachment. Pengelupasan makula yang dipicu oleh traksi dapat terlihat sangat

halus, dangkal, maupun sangat jelas.

Gambar 2.4 Preretinal Hemorrhage2

Adanya defek pada prefoveolar dapat menimbulkan macular hole, sedangkan

defek pada jaringan ERM dapat menimbulkan gambaran pseudohole. Pada pseudohole

makula, gejala yang timbul sangat minimal dan ketajaman penglihatan dapat normal

atau mendekati normal.2

Gambar 2.5 Pseudohole

10
Secara biomikroskopik gambaran macular hole dan pseudohole dapat dibedakan

sebagai berikut :2

 Adanya kerutan yang mengelilingi macular hole

 Adanya jaringan retina pada permukaan dasar pseudohole

 Pseudohole tidak memiliki bentukan khas yang ada pada macular hole, yaitu

deposit RPE di dasar lubang, bentukan halo pada neural detachment, dan adanya

operkulum atau pseudooperkulum2

The Watzke Allen (slit beam) atau tes sinar laser yang dibidik (laser aiming beam

test) biasanya bisa membantu membedakan macular pseudohole dari ketebalan lubang

makular yang merumitkan ERM. Di kasus-kasus equivocal, OCT bisa membedakan

antara ketebalan lubang makula dan macular pseudohole dengan 100% sensitivitas.2

Ciri klinis tertentu, walaupun jarang, bisa memberikan petunjuk-petunjuk bagi

para klinisi bahwa ERM bisa jadi manifestasi sekunder untuk keadaan patologis okular

lainnya, atau mengindikasikan adanya prognosis visual yang lebih baik. Traksi makula

atau kebocoran vaskular retina jangka panjang yang diinduksi oleh ERM bisa

menyebabkan atrofi dan/atau hipertrofi RPE. Perubahan-perubahan seperti itu secara

umum dianggap sebagai tanda-tanda prognosis yang lemah untuk pemulihan visual

setelah operasi pengangkatan ERM.2

Ada kalanya, eksudat lipid intraretina (keras) dan/atau perubahan mikrovaskular,

seperti mikroaneurisma, dibentuk oleh traksi vaskular retina dan kebocoran disebabkan

oleh ERM idiopatik. Penemuan-penemuan seperti itu, meskipun begitu, juga bisa

memberi tanda adanya penyakit yang berhubungan, seperti choroidal neovascular

11
membrane atau longstanding branch retinal vein occlusion, yang kemungkinan

membutuhkan pendekatan manajemen yang berbeda dan mengubah prognosis visual.2

II.8 Diagnosis

a. Gejala

Gejala pada epiretinal membran yaitu penglihatan kabur dari 20/20 menjadi

20/200, metamorfopsi, mikropsia, dan diplopia monokular.Pada kasus ringan dan

ERM dengan extramakular atau tipis gejala sering asimptomatik.4,5

b.Tanda

 Tajam penglihatansangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya.4

 Pada pemeriksaaan ERM awal ditemukan distorsi dan kerutan pada permukaan

dalam retinayang disebutCellophane maculopathy or preretinal

macularfibrosis.4,5. Paling baik terdeteksi menggunakan cahaya warna-hijau

(red-free).4

 Advanced ERM dapat menyebabkan distorsi pembuluh darah yang parah,

ditandai kerutan dan striae retina dan mungkinstruktur dasarnyayang tidak

jelas.4,5

 Pada kasus severe membran mengental dan berkontraksi menjadi lebih jelas

(macular pucker) dan biasanya menyebabkan distorsi ringan pada pembuluh

darah.4

 Pada traksi yang berat menyebabkan detachment yang dangkal dan atau kistik

pada makula.5 Jika traksi berlanjut dapat terjadi pseudohole makular, Cystoid

Macular Edema (CME), telangiektasia retina dan perdarahan kecil.4,5

12
c. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan Amsler Grid didapatkan distorsi bayangan.4 Pemeriksaan.

Amsler Grid digunakan untuk menilai fungsi dari makula. Garis-garis bergelombang

(metamorfopsia) dapat menunjukkan edema makula atau cairan submakula.7

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan foto makula dengan menggunakan red-free light dapat

mengevaluasi refleks berkilau dan menilai luasnya membran. Fluorescein

angiography berguna dalam evaluasi pasien dengan membran epiretinal, khususnya di

mata yang memiliki kekhasan yaitu membentuk opasitas pada pemeriksaan makula.

Sebuah Fluorescein angiography khas pada pasien dengan membran epiretinal tidak

akan menunjukkan adanya kebocoran. Fluorescein angiography juga berguna dalam

menilai tingkat distorsi vaskular retina, mengkonfirmasi adanya ektopia foveal,

mendeteksi edema makula terkait, diferensiasi pseudoholes dari lubang makula yang

tebal, dan perubahan RPE yang mendasarinya. Sehingga fluorescein angiography

sangat penting dalam mengeksklusi penyakit makula, seperti Choroidal

Neovaskularisasi (CNV) atau penyakit obstruktif vena.5

13
A B

Gambar 2.6.

(A)Gambaran angiogram fluorescein tanpa kebocoran (B)Gambaran horisontal SD-OCT

menunjukkan perubahan intraretinal cystoid.5

Gambar 2.7

14
Pemeriksaan ini dengan cara disuntikkan ke dalam vena di lengan, yang

kemudian beredar di dalam tubuh sebelum akhirnya diekresikan ginjal. Sewaktu

melalui sirkulasi retina dan koroid, pewarna dapat di lihat dan di foto.7

Optical Coherence Tomography (OCT) adalah modalitas pencitraan sayat-

lintang lanjut yang digunakan untuk mengamati dan melalui stuktur intraokular. Alat

ini mampu memvisualisasikan dan menilai stuktur intraokular pada skala 10

mikrometer, dibandingkan dengan resolusi gambar 100 mikrometer dengan

ultrasonografi.7

OCT sangat berguna dalam mendiagnosa epiretinal membrane. Membran

epiretinal menunjukkan hyperreflective band anterior pada retina dan terjadi adhesi

pada permukaan retina. OCT juga berguna dalam diferensiasipseudohol makular dari

lamelar dan lubang makula full-thickness.5

Gambar 2.8
Pseudohole pada epiretinal membrane dengan menggunakan OCT.5

15
Gambar 2.9
Epiretinal membranedan vitreomacular traction dengan menggunakan OCT.5

II.9 Diagnosis Banding

Diagnosis paling umum yang harus dibedakan dari epiretinal membrane yaitu,

traksi vitreomacular (VMT), pasca operasiedema kista sistoid, dan lubang tebal di

makula. Diferensial diagnosis penting untuk dilakukan karena masing-masing

memiliki klinis ini yang berbedadari membran epiretinal dalam manajemen dan

prognosisnya.5

II.10 Penatalaksanaan

A. Epiretinal Membran Peeling

Peeling pada Epiretinal membrane telah berlangsung sejak lama yaitu sejak

Machemer memperkenalkan vitrektomi pada tahun 1970 dan telah terjadi beberapa

pembaharuan dalam variasi tehnik pembedahan dan peralatan.11

16
Pembedahan epiretinal membran dimulai dengan suatu pars plana vitrectomy

standar. Penggunaan pewarnaan berguna dalam pembedahan epiretinal membran untuk

memperoleh visualisasi yang baik. Ada beberapa zat warna yang digunakan dengan

afinitas berbeda terhadap kolagen intrasellular pada umumnya seperti indocyanin gree

(ICG), trypan blue (TB), dan brillian blue.1

B. Indikasi Epiretinal Membrane Peeling

Pembedahan tidak diperlukan pada kebanyakan kasus. Tidak semua Epiretinal

membrane memerlukan pembedahan. Pembedahan tidak dilakukan pada Epiretinal

membrane yang ringan dan tidak atau sedikit mengganggu penglihatan. Keputusan

pengangkatan Epiretinal membrane (Epiretinal membrane peeling ) hanya berdasarkan

“macular symtoms” dari pasien. Tajam penglihatan yang diperkirakan hilang 20/50

atau lebih untuk dilakukan operasi pengangkatan membran epietinal dengan tehnik

vitrektomi. Pemeriksaan OCT terhadap Epiretinal membrane tidak mempunyai

konstribusi dalam pengambilan keputusan terhadap operasi.3,10,11

C. Teknik Pembedahan

Epiretinal membrane peeling dimulai dengan suatu prosedur vitrektomi yang

dikerjakan dibawah anastesi lokal dengan sedasi intravena dan dengan general

anastesi.10,11

Ada beberapa tehnik pembedahan yang masih dipergunakan untuk

penatalaksanaan makular Epiretinal membrane, 3 tahap dasar :7

1. Pars plana vitrektomi

2. Epiretinal membrane peeling

3. Internal limiting membran peeling

17
Pars plana vitrektomi adalah suatu tehnik dengan sistem tertutup yang

menggunakan 3 port, 3-4 mm posterior dari limbus. Trokart berukuran 23-25

digunakan pada sistem ini.

Gambar 10. Peralatan Vitertomi, Trokart-253

Satu lubang digunakan untuk infuskan cairan salin kedalam bola mata sebagai

keseimbangan cairan. Dan lubang lainnya digunakan untuk memasukkan berbagai

instrument kedalam rongga vitreus untuk illuminasi segment anterior dan manipulasi

jaringan intra okular. Tindakan pertama sekali adalah pengeluaran vitreus yang

kemudian digantikan dengan salin solution.3,9

18
Gambar 11. Penempatan transkonjuntival suatu polyamide fleksibel trokart -25.3

Selanjutnya setelah dilakukan vitrektomi, dilakukan pewarnaan Epiretinal

membrane menggunakan Triphan blue. Membran dilepaskan dari permukaan retina

secara kontinnyu tidak terputus-putus seperti melepaskan suatu lapisan kertas dengan

menggunakan forsep yang baik.6,5

Setelah dilakukan peeling epiretinal membrane kemudian dilanjutkan dengan

pewarnaan Internal Limiting Membran dengan ICG (Indocyanin green), kemudian

dilakuan peeling Internal Limiting Membran.6

Pewarnaan pada ERM dan ILM bertujuan untuk mendapatkan visualisasi yang

lebih mudah dan lebih selektif. Pewarnaan yang sering digunakan adalah;

Triamsinolon, Indocyanin green, Tryphan blue atau Briliant blue G (BBG).12

Penelitian oleh lee dan kim, Penebalan retina dengan kehilangan gambaran

permukaan fovea lebih sering terjadi pada pasien dengan tindakan ERM dan ILM

peeling dibandingkan dengan ERM peeling saja.13

19
Gambar 12. Fotografi pada saat operasi grade 2 Epiretinal membrane
dengan pemakaian tryphan blue6
Epiretinal membrane yang kronik apabila tidak diatasi dapat menyebabkan

perubahan permanen lapisan luar retina dan traksi yang lama. Tajam penglihatan pasien

tetap buruk walaupun telah sukses dilakukan vitrektomi dan membrane peeling.13

20
II.11 Komplikasi

Komplikasi tindakan Epiretinal membrane peeling dapat berupa :4

1. Komplikasi selama pembedahan meliputi :

- Perdarahan vitreus

- Kerusakan permukaan retina

- Retinal Petechiae

- Pheripheral latrogenic retinal break

2. Komplikasi setelah operasi meliputi:

- Rekuren Epiretinal membrane sekitar 3% sampai 12%

- Nuklear sklerosis lensa kristalin sekitar 12% sampai 68 %

- Retinal detacment sekitar 3% smpai 14%.

Komplikasi selama pembedahan :

Perdarahan petiche dari perivofeal capilary yang berukuran kecil dilaporkan

sekitar 19% dan self limiting tidak membutuhkan treatmen apapun.1 Pheripheral retinal

break selama pembedahan terjadi sekitar 4-9% dengan menggunakan 20 gauge

vitrektomi. Data terbaru memperkirakan insiden berkurang dengan menggunakan 23-

gauge sistem yaitu sekitar 1%. Jika dijumpai retinal break pada saat tersebut langsung

diatasi dengan cryoterapi atau laser diikuti dengan tamponade gas atau udara.4

II.12 Prognosis

Diperkiran sekitar 50-75% pasien mengalami berbagai tingkat perbaikan tajam

penglihatan setelah pengangkatan Epiretinal membrane. Walaupun demikian untuk

dapat kembali normal adalah jarang.3

21
Perbaikan tajam penglihatan ditandai dengan perbaikan 2 baris pembacaan pada

snellen. Perbaikan berlanjut sampai 6 bulan dan rata-rata dalam 1 tahun. Kembalinya

retina kepada posisi normal dalam artian normalisasi configurasi makula dapat

menghasilkan tajam penglihatan yang lebih baik.3,14

Pengangkatan ILM selama pembedahan ERM masih kontroversial. Penelitian

Chang melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara double peeling dan

single peeling terhadap perbaikan penglihatan. Double peeling dapat mengurangi

angka kejadian kekambuhan dan membatasi reproliferasi ERM di kemudian hari.12,15

22
BAB III

PENUTUP

ERM adalah struktur fibroseluler yang berproliferasi di lapisan dalam retina,

avaskuler, dan menyebabkan disfungsi makula dalam derajat yang bervariasi.

Sebagian besar pasien dengan ERM idiopatik berusia 50 tahun ke atas.2 Pada

hasil otopsi ERM ditemukan sekitar 2% pada pasien berusia 50 tahun ke atas dan 20%

pada usia 75 tahun ke atas.Teori yang paling banyak dipakai yaitu adanya gaya tarik-

menarik vitreo-retina yang terjadi pada PVD dapat menyebabkan defek pada membran

limitan interna sehingga sel glia retina bermigrasi dan mengalami hipertrofi sebagai

usaha untuk memperbaiki defek yang ada. Selanjutnya permukaan dalam retina akan

mengalami proliferasi dan kontraksi.5,6 Gejala ERM timbul berdasarkan ketebalan

membran dan derajat kekakuannya.2 Proliferasi biasanya terjadi di makula, tepatnya di

sekitar fovea. Membran terlihat berkilau dan transparan pada fase awal. Semakin lama,

membran ini akan semakin reflektif terhadap cahaya dan menebal sehingga warnanya

semakin opaque.2 Fluorescein angiography berguna dalamevaluasi pasien dengan

membran epiretinal, khususnya di matayang memiliki kekhasan yaitu membentuk

opasitas pada pemeriksaan makula.2 Operasi pengangkatan membran melalui

vitrektomi memudahkan pengelupasan biasanya memperbaiki atau menghilangkan

distorsi.4 Pars Plana Viterctomy (PPV) dengan internal limiting membrane (ILM)

adalah intervensi yang dapat diberikan untuk pasien dengan ERM.8 Hanya 10-25%

mata yang menunjukkan penurunan ketajaman penglihatan.2

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Stevenson, W., Ponce, C.M.P., Agarwal, D.R., et al. 2016. Epiretinal

Membrane :Optical Coherence Tomography-based Diagnosis and

Classification. Available at : http://dx.doi.org/10.2147/OPTH.S97722.

Accessed on July 3rd 2018

2. Johnson, T.M..and Johnson, M.W. 2014. Epiretinal Membrane. In : Yanoff

M. and Duker, J.S. Ophtalmology 4th edition. Elsevier, China. pp. 614-619.

3. Ng, C.H., Cheung, N., Wang, J.J., et al. 2011. Prevalence and Risk Factors

for Epiretinal Membranes in a MultiEthnic United States Population.

Availableat.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3070851/pdf/ni

hms229892.pdf. Accessed on July 3rd 2018

4. Bowling, B. 2016. Epiretinal Membrane. In : Kanski’s Clinical

Ophtalmology, A Systemic Approach, Eighth Edition. Elsevier, Australia. pp.

618.

5. Zorab, R.A., Straus, H., Dondrea, C.L., et al. 2005. Epiretinal Membrane. In

: Basic and Clinical Science Course Section 12 : Retina and Vitreous.

American Academy of Ophtalmology, San Fransisco. pp. 87-88.

6. Joshi, M., Agrawal, S., and Christoforidis, J.B. 2013.Inflammatory

Mechanisms of Idiopathic Epiretinal Membrane Formation. Available at :

http://dx.doi.org/10.1155/2013/192582. Accessed on July 3rd 2018

24
7. Vaughan dan Asbury.2009. Pemeriksaan Oftalmologi. dalam: Oftalmologi

Umum/ Paul Riordan-Eva, John P. Whitcher ; alih bahasa, Brahm U. Pendit;

editor edisi bahasa Indonesia, Diana Susanto.Ed.17.hal:28-60.Jakarta:ECG

8. Mela, A Vasiliki, 2016, Long Term Outcomes after Pars Plana Vitrectomy

for the Treatment of Epiretinal Membranes, Available

at:http://medcraveonline.com/AOVS/AOVS-05-00156.php . Accesed on

July 5rd 2018.

9. Joseph, Epiretinal membrane peeling, Eye and Laser, 2013.

10. Sandali Otman. MD, Et all., Epiretinal membranes reurrence, Insidence,

Characteristics, Evolution, and Preventive and Risk Factor, 2013.

11. Epiretinal membranee : Surgical Treatment, http://one.aao.org/focalpoints

12. Chang S., Double Peeling During Vitrectomy for Macular Pucker, Jama

Opthalmology/vol 13, April 2013.

13. Gomes L.Nuno., et al., Subvoveal Pigmen Change in Patiens With Long

Standing Epiretinal Membranes, American journal of Opthalmilogy, May

2009.

14. Nitta Eri.,et al., Displacement of the Retina and its Recorvery After

Vitrectomy in Idiopathic Epiretinal Membrane, American Journal of

Othalmology, June,2013.

15. Panos.D.G., Idiopthic macular Epiretinal membrane with silmultaneous

internal limiting membrane peelinG.The experience of the friboug eye

clinic. Swiss Medical Weekly, September 2012.

25

Anda mungkin juga menyukai