NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mata merupakan suatu organ vital yang kompleks dan sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Kornea merupakan suatu jendela yang
berbentuk seperti kubah di bagian depan mata dan merupakan suatu selaput
bening yang tembus cahaya. Kornea memiliki daya kelengkungan yang
lebih besar dibandingkan dengan sklera. Kornea juga memiliki sifat yang
protektif yang melindungi mata dari benda asing, debu ataupun bahan-bahan
yang berbahaya bersama-sama dengan bulu mata, kelopak mata, air mata,
sklera dan bagian mata lain.1
Kornea mampu mengatasi dengan baik pada kerusakan yang kecil
maupun abrasi. Ketika kornea rusak maka sel yang sehat akan dengan cepat
menggantikan kerusakan tersebut sebelum terjadi infeksi dan mengganggu
penglihatan.1
Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis.
Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat
akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
bakteri, jamur, virus atau karena alergi.1
Virus herpes zoster dapat memberikan
Gaseri saraf trigeminus. Bila yang terkena cabang pertama dari nervus
trigeminus yaitu ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala gejala
herpes zoster pada mata. Gejala ini tidak akan melampaui garis median
kepala. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.2,3
Pada herpes zoster sering terjadi manifestasi pada mata. Herpes
zoster oftalmik yang banyak dijumpai biasanya disertai dengan keratouveitis
yang bervariasi beratnya tergantung status kekebalan pasien. Meskipun
keratouveitis zoster pada anak umumnya tergolong penyakit jinak, penyakit
ini tergolong berat pada dewasa bahkan dapat menimbulkan kebutaan.2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
Epitel kornea merupakan epitel berlapis gepeng tak bertanduk dan terdiri
atas 5 atau 6 lapisan sel. Dibagian basal epitel terlihat banyak gambaran
mitosis yang menunjukkan kapasitas regenerasi kornea yang luar biasa.
Masa pergantian sel-sel ini lebih kurang 7 hari. Sel-sel permukaan kornea
memperlihatkan mikrovili yang terjulur ke dalam ruang berisikan lapisan
tipis air mata pra-kornea. Jaringan epitel ini ditutupi oleh lapisan lipid dan
glikoprotein pelindung , setebal lebih kurang 7 m. Kornea memiliki slaah
satu suplai saraf sensori terbanyak di jaringan mata.
2. Membran Bowman
Lapisan ini memiliki ketebalan 7-12 m. Terdiri atas serat-serat kolagen
yang tersusun menyilang secara acak, suatu substansi antarsel yang padat,
dan tak mengandung sel (gambar 2.2). membran bowman membantu
stabilitas dan kekuatan kornea.
3. Stroma
Dibentuk oleh banyak lapisan kolagen paralel yang saling menyilang secara
tegak lurus. Serabut kolagen didalam setiap lamel berjalan sejajar satu
sama lain dan membentangi seluruh lebar kornea. Sel-sel dan serat stroma
terbenam didalam substansi yang kaya akan glikoprotein dan kondroitin
sulfat. Meskipun stroma tersebut avaskular, sel-sel limfoid biasanya
terdapat di stroma.
4. Membran Descement
Merupakan struktur homogen tebal (5-10 m) yang terdiri atas susunan
filamen kolagen halus yang membentuk jalinan 3 dimensi.
5. Endotel
Endotel kornea meruupakan epitel selapis gepeng. Sel-sel ini memiliki
organel untuk sekresi yang khas untuk sel yang terlibat dalam transpor aktif
dan sintesis protein, dan memiliki organel yang mungkin berhubungan
dengan sintesis dan ketahanan membran descement. Endotel dan epitel
kornea bertanggung jawab dalam mempertahankan kejernihan kornea.
Kedua lapisan tersebut sanggup mentranspor ion natrium ke permukaan
apikalnya. Ion klorida dan air ikut secara pasif, dan mempertahankan
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
stroma kornea pada keadaan yang relatif terhidrasi. Keadaan ini, bersama
susunan serabut kolagen yang teratur dan sangat halus di stroma,
menyebabkan kornea menjadi transparan. 7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
pada daerah yang diinervasi oleh cabang pertama nervus trigeminus berkisar
antara 8,2 % - 56 %. Meskipun herpes zoster adalah suatu penyakit yang lebih
jarang dijumpai dibandingkan dengan varisela, tapi lebih sering mengenai mata8,9.
2.2.3. Etiologi
Virus Varisela-Zoster termasuk famili herpes virus dan merupakan salah
satu dari delapan virus yang diketahui virus herpes yang menginfeksi manusia.
Diameter virus ini kurang lebih adalah 150-200 nm dan memiliki berat molekul
sekitar 80 juta. Ciri khas pada strukturnya adalah memiliki nukleokapsid
isosahedral dengan dikelilingi lipid envelop. DNA double stranded terletak
ditengah-tengah struktur virus tersebut. Genome VZV mengkode kurang lebih 70
gen yang unik, kebanyakan memiliki susunan DNA dan fungsi yang homolog
dengan virus herpes lainnya. Early gene products meregulasi replikasi DNA,
misalnya polymerase DNA virus dan virus-specific tymidine kinase. Late genes
mengkode protein structural yang menjadi target oleh antibody dan respon imun
selular. 9,10
Patofisiologi
Varicella Zoster Virus (VZV) terdapat dimana-mana dan sangat menular,
dengan paparan pertama secara khas terjadi pada masa anak-anak. Pada paparan
pertama (infeksi varisella), virus masuk ke host melalui system respiratori bagian
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
sistem
retikuloendotelial,
dan
akhirnya
menuju
ke
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
seperti nyeri, mata merah, dan dapat menyebabkan penurunan visus. Pada kelopak
akan terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea. Vesikel tersebar sesuai dengan
dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang dapat progresif dengan
terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis media.
Herpes Zoster keratitis bermanifestasi dalam bentuk klinis yaitu : 12,13,15
sembuh secara spontan beberapa hari kemudian. Ditandai dengan adanya lesi
dendritik kecil dan halus (pseudodendrit) yang positif jika di tes fluoresen.
Keratitis nummular
Keratitis nummular mungkin mengikuti keratitis epitelial akut, biasanya
sepuluh hari setelah onset kemerahan di kulit. Ditandai dengan adanya multiple
granular infiltrat pada stroma anterior dikelilingi oleh halo of stromal haze
pada daerah yang sebelumnya terkena punctate epitel dan pseudodendrit.
Biasanya lesi ini hanya bersifat sementara, tetapi dapat pula meninggalkan
jaringan parut yang samar-samar. Lesi memberi respon pada pemberian steroid
tapi dapat recurrence jika pemberian dihentikan terlalu cepat.
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
Keratitis Disciform
Keratitis Disciform adalah infiltrasi stroma yang mendalam biasanya
berkembang 3-4 bulan setelah fase akut awal, dan biasanya didahului olehkeratitis
stroma akut epitel atau anterior keratitis stroma. Pada pemeriksaanakan tampak
disc shaped, well defined, disertai edema stromal difus tanpadisertai vaskularisasi.
Pada tahap ini akan tampak jelas edema pada kornea dan inflamasi pada bilik
mata depan. Edema disciformic ini dapat mengakibatkan jaringan parut,
neovaskularisai atau kadang ditemukan adanya deposisi lemak.
Keratitis Neurotropik
Neurotropik keratitis ditandai dengan kehilangan sensasi kornea bisa
disertaidengan adanya perforasi pada kornea, dimana jika sudah terjadi perforasi,
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
maka proses epitelisasi akan sulit. Hal ini akan menyebabkan mudahnya terjadi
infeksi sekunder pada mata.
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
Pemeriksaan laboratorium9,13,14
Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu:
a. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik
-
b. Pemeriksaaan serologi.
-
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
2.2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya tidak spesifik dan hanya simtomatis. Pengobatan
dengan memberikan asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberi steroid.13,14
Terapi sistemik
1. Obat antivirus oral
Obat ini secara signifikan dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi
timbulnya vesikel, menghentikan perkembangan virus, dan mengurangi kejadian
serta komplikasi lebih lanjut. Agar efektif, pengobatan harus dimulai segera
setelah timbulnya ruam, namun hal ini tidak berpengaruh pada post herpetik
neuralgia. Pengobatan dapat diberikan acyclovir dengan dosis 800 mg, 5 kali
sehari selama 10 hari atau Valasiklovir dengan dosis 1 g tiga kali sehari selama 10
hari, famciclovir, 500 mg/ 8 jam selama 7-10 hari. Terapi dimulainya 72 jam
sejak timbulnya kemerahan. 13,14
2. Analgetik
Rasa nyeri terasa sangat parah pada 2 minggu pertama dari serangan.
Sehingga harus diberikan pengobatan dengan analgesik seperti kombinasi dari
mefenamic acid dengan paracetamol atau pentazocin atau petidin ( ketika sangat
berat). 13,14
3. Steroid sistemik
Digunakan dengan dosis tinggi untuk menghambat perkembangan
penyakit pada post herpetic neuralgia. Namun resiko steroid dosis tinggi pada
lansia harus dipertimbangkan. Steroid pada umumnya digunakan untuk
menangani komplikasi dari kasus neurologis seperti kelumpuhan nervus
okulomotorius dan neuritis optik. Pemakaian steroid sistemik masih kontroversial.
13,14
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
2. Ulkus kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya ebaguan permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Penyebabnya mungkin banyak ditemukan
oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel
radang.
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
3. Descemetocele
Membran descement yang tahan terhadap kolagenolisis dan mengalami
perbaikan dengan pertumbuhan epitel ke arah anterior membran
kornea.
4. Perforasi
Perforasi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang
dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea ataupun tanpa
cedera pada membran basal.
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
hilang.
Namun
pada
kulit
dapat
menimbulkan
macula
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
BAB 3
KESIMPULAN
Keratitis Herpes Zoster adalah peradangan pada kornea yang disebabkan
oleh infeksi virus varisela zoster yang ditandai oleh gejala pada mata yaitu rasa
sakit pada daerah yang terkena, penglihatan berkurang, pada palpebra akan
terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea. Vesikel tersebar sesuai dengan
dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang dapat progresif dengan
terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis media.
Infeksi virus varisela zoster dapat menyebabkan kerusakan okular, invasi
virus secara langsung dapat menyebabkan keratitis dan konjungtivitis. Komplikasi
yang paling umum dari herpes zoster ke okular adalah inflamasi kornea, beberapa
vesikel kecil yang tumbuh di epitel kornea dan hal tersebut diikuti dengan
bengkaknya stroma kornea. Selain itu, suplai saraf yang terganggu di kornea
sebagaimana yang sering muncul pada herpes zoster dapat menyebabkan kornea
berkembang menjadi keratitis dengan erosi epithelial.
Keratitis herpes zoster bisa bermanifestasi dalam bentuk keratitis
epithelial, keratitis nummularis, keratitis disciform, dan keratitis neurotropic.
Prognosis penyakit pada umumnya baik tergantung pada tindakan
perawatan. Tingkat kesembuhan penyakit ini umumnya tinggi pada dewasa dan
anak anak dengan penatalaksanaan secara dini.
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
DAFTAR PUSTAKA
1. Janumala, H., Sehgal, P., Mandal, A. Bacterial Keratitis In : Keratitis. Croatia
: Central Leather Research Institute.2012;(2):15-27.
2. Kent N., Joseph G., Dorothy H., Herpes Zoster Ophthalmicus: A Teaching
Case Report. Opthalmology Department of Veterans Affairs. Optometric
Education. 2014. 65-73
3. Ilyas,S., 2009. Ilmu Penyakit Mata FKUI. Jakarta. 2009 ; 147-156
4. Vaughan, D . Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2010; 47-51.
5. Tortora, G.J.,2009. Principles of Anatomy and Physiology 12th ed. USA: John
Wiley & Sons, Inc.2009;604-619.
6. Sherwood, L. Human Physiology from Cells to Systems 7th ed. Canada:
Brooks/Coles, Cangage Learning.2010; 160-176.
7. Janqueira, L.Indra Penglihtaan dalam : Histologi Dasar. Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007; 451-4.
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : BILLI
NIM
: 100100008
16. Mustafa B.S, Eylem S., Ismail H.N., Herpes Zoster Ophthalmicus. Turkey :
Journal of Academic Emergency Medicine. 2012 March. 74-76
20