PENDAHULUAN
Latar belakang
Kita mengetahui bahwa mata merupakan salah satu indera yang penting bagi
manusia. Mata dapat memberikan informasi sekitar 83 persen informasi dari luar.
Kita melihat,berkomunikasi antar sesama dan menjalani aktifitas dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan mata sehingga kualitas mata sangat berpengaruh
terhadap kualitas hidup seseorang. Oleh karena peranan mata yang sangat penting
,maka sudah sewajarnya jika mata mendapatkan perhatian khusus dalam salah satu
bidang ilmu kesehatan.
Penyakit mata tersering yang terjadi pada kornea adalah keratitis. Keratitis
atau peradangan pada kornea adalah masalah mata yang cukup sering dijumpai
karena lapisan kornea adalah lapisan terluar yang berinteraksi langsung dengan
lingkungan luar sehingga rentan terjadinya trauma ataupun infeksi. Sebagian besar
kasus keratitis akan mengganggu kemampuan penglihatan seseorang yang
berakibat langsung maupun tidak langsung terhadap penurunan kualitas hidup
seseorang. Sangatlah penting sebagai dokter umum untuk dapat mengenali dan
menanggulangi kasus keratitis (sejauh kemampuan dokter umum) yang terjadi di
masyarakat baik sebagai dokter keluarga ataupun dokter yang bekerja di fasilitas
pelayanan primer. Pada kesempatan ini, penulis membuat pembahasan kasus referat
ini mengenai gangguan kornea.
1
BAB II
KORNEA
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilewati cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina.2 Sifat tembus cahaya
disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular dan deturgesens.3
Deturgesens,atau keadaan dehidrasi relatif jaringan pada kornea,dipertahankan oleh
pompa “bikarbonat” aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar pada endotel .3
Kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma dan
akan menghilang dengan regenerasi sel-sel epitel yang cepat.3 Kerusakan pada
endotel akan menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan yang
cenderung bertahan lama akibat terbatasnya potensi perbaikan fungsi endotel.3
2
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.3
Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palpebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif,
regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang
terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan
dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.3
Histologi kornea
1. Epitel kornea 4
- Tebalnya 50 Um, terdiri dari 5 lapis sel epitel tak bertanduk yang saling
tumpang tindih: satu sel basal,sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, sel muda akan terdorong ke depan
membentuk sel gepeng, sel basal akan berikatan dengan sel basal di
sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui demosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat dengannya.Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
3
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman 4
- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen
yang tersusun irreguler seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma 4
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya.
- Pada permukaan terlihat anyaman regular sedangkan di bagian perifer serat
kolagen bercabang dan regenerasi serat kolagen memakan waktu yang lama
bisa sampai 15 bulan.
- Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descemet 4
5. Endotel 2.4
4
BAB III
Keratitis
Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea yang daoat disebabkan oleh infeksi yang
melibatkan bakteri, virus, jamur atau parasit. Keratitis juga dapat disebabkan oleh
luka ringan, memakai lensa kontak terlalu lama atau penyakit tidak menular
lainnya.5
pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan
leukoma.2
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata,
keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap
konjungtivitis menahun.6 Infeksi korena pada umumnya didahului trauma,
penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol.
Kelainan ini merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.7
Epidemiologi
Variasi geografi yang luas dari epidemiologi keratitis bakteri dipengaruhi
oleh faktor ekonomi dan iklim. Keratitis jamur terhitung sebanyak 50% dari seluruh
kasus dari kultur keratitis di beberapa negara berkembang. Penelitian yang
dilakukan oleh Marlon M. Ibrahim dkk menunjukkan bahwa angka kejadian
keratitis bakteri di Banglades 82%, India 68,4%, dan yang terendah yaitu di Taiwan
40%. Fusarium sp merupakan penyebab keratitis jamur paling umum di Florida,
Nigeria, Tanzania, dan Singapura. Spesies Aspergillus lebih banyak ditemukan di
India bagian utara, Nepal, dan Banglades. Di India dan Nepal, Steptococcus
pneumoniae merupakan bakteri patogen yang lebih dominan. Sedangkan
Pseudomonas sp merupakan spesies bakteri yang lebih banyak ditemukan dalam
penelitian di Banglades, Hongkong dan Paraguai.8
5
Perbedaan tersebut dipegaruhi oleh faktor ikim dan lingkungan. Keratitis
jamur dan keratitis bakteri lebih sering terjadi pada musim semi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan aktivitas agrikultur dan/ atau peningkatan
proliferasi dari agen patogen pada periode tersebut. Faktor predisposisi keratitis
bakteri yang sering di Brazil adalah taruma, khususnya taruma pada kornea.
Penelitian Marlon M. Ibrahim dkk menunjukkan bahwa iklim, lingkungan tempat
tinggal mempengaruhi karakteristik dari keratitis bakteri.6
Menurut Murillo Lopez, sekitar 25.00 orang Amerika terkena keratitits
bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada
negara negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah
pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi
geografis dan berkisar 2% dari kasus keratitis di New York dan 35% di Florida.
Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum dari infeksi jamur kornea di
Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur). Sedangkan spesies
Candida dan Aspergillus lebih umum di negara negara utara. Secara signifikan lebih
sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.6,7
Klasifikasi
1. Keratitis epitelial
b. Herpes simpleks
c. Herpes zoster
a. Keratitis nummularis
b. Keratitis disiformis
6
a. Keratitis neuroparalitik
b. Keratitis et lagoftalmus
1. Keratitis interstisial
2. Keratitis sklerotikans
3. Keratitis disiformis
Keratitis epitelial3
7
Keratitis Subepitel
Ada beberapa tipe lesi subepitel yang penting untuk diketahui. Contoh:
infiltrat subepitel dari epidemik keratoconjungtivitis, yang disebabkan oleh
adenovirus 8 dan 19. 3
Keratitis Stroma 3
Keratitis Endotel 3
Sel-sel inflamasi pada endotel (presipitat kornea) tidak selalu menjadi tanda
penyakit kornea karena dapat berupa manifestasi klinis dari uveitis anterior
yang dapat diikuti ataupun tidak diikuti keratitis.
8
Menurut Etiologinya
Keratitis Bakteri
Biasanya timbul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang tidak
intak.
Berwarna keabu-abuan, berbatas tegas, dan cenderung menyebar
secara acak dari fokus infeksi ke arah sentral kornea. Dinamakan acute
serpiginous ulcer karena ulserasi aktif diikuti oleh jejak ulkus yang
menyembuh.
Hipopion (+ /-).
Hasil dari kerokan bakteri kokus Gram-positif: lancet-shaped dengan
kapsul.
9
Berhubungan dengan pemakaian lensa kontak lunak – terutama jenis
pemakaian jangka panjang.,pemakian larutan fluoresens dan tetes mata
yang terkontaminasi.
Hasil kerokan : batang Gram-negatif tipis.
10
panjang dan penyebab tersering adalah Streptococcus alpha
hemolyticus.
11
Pada keratitis candida biasanya ditandai dengan lesi berwarna putih
kekuningan.
Tidak ada penampakan spesifik yang dapat membantu membedakan
ulkus jamur yang satu dengan yang lain.
Pemeriksaan KOH 10% : hifa.
Pengobatan : Natamisin 5% setiap 1-2 jam saat bangun untuk keratitis
jamur filamentosa seperti miconazole, amphoterisin, nistatin dan lain-
lain dan sikloplegik disertai obat oral anti glaukoma jika disertai
peningkatan tekanan intraokular. Keratoplasti jika tidak ada perbaikan.
Keratitis Acanthamoeba
Gejala awal berupa rasa sakit yang sangat dan tidak sebanding dengan
tampilan klinisnya, merah, dan fotofobia.
12
Diagnosis ditegakkan dengan media agar non-nutrien dengan biakan E.
Coli dengan metode biopsi kornea daripada kerokan kornea, jika pasien
adalah pemakai lensa kontak, tempat dan cairan lensa juga perlu dikultur
jika bentuk diagnosis.
13
Keratitis Virus 10
a) Keratitis Herpetik
Disebabkan herpes simpleks dan herpes zoster.
Keratitis Herpes Simpleks dibagi 2 bentuk :
o Epitelial adalah Keratitis dendritik. Pada epitelial terjadi
pembelahan virus di dalam sel epitel yang mengakibatkan kerusakan
sel dan membentuk tukak kornea superfisial. Pengobatan ditujukan
untuk virus dan replikasi virus
o Stromal adalah Keratitis diskiformis.Akibat reaksi imunologik
tubuh terhadap virus yang menyerang. Antigen (virus) dan antibodi
(tubuh pasien) bereaksi di dalam stroma kornea dan menarik sel
leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak antigen (virus) yang juga merusak
jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan : pada virus dan reaksi
radangnya.
o Biasanya infeksi Herpes Simpleks berupa campuran antara Epitelial
dan Stromal.
o Pengobatan: IDU (Iodo 2 dioxyuridine). Murah, kerja tidak stabil,
bekerja menghambat sintesis DNA virus dan manusia
sehingga toksik untuk epitel normal dan tidak boleh
digunakan lebih dari 2 minggu.
Bentuk : larutan 1% diberikan setiap jam. Salep 0,5%
diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama dengan IDU, hanya
ada dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT) sama
dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Acyclovir bersifat
selektif terhadap sintesis DNA virus. Bentuk salep 3%
14
diberikan setiap 4 jam. Efektif dengan Efek samping
minimal.
15
Merupakan reaksi alergi atau imunologik terhadap virus Herpes Simpleks
pada permukaan kornea.
16
Keratokonjungtivitis epidemi 10
Akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan
adenovirus tipe 8.
Biasanya unilateral, suatu epidemi.
Gejalanya demam, gangguan nafas, penglihatan menurun, merasa ada benda
asing,berair, kadang nyeri.
Pada mata :edema kelopak dan folikel konjungtiva, pseudomembran pada
konjungtiva tarsal yang membentuk jaringan parut, pada kornea terdapat
Keratitis Pungtata (minggu pertama) Kelenjar preaurikel membesar.
Kekeruhan subepitel kornea menghilang sesudah 2 bulan - 3 tahun / lebih.
Pengobatan : Pada yang akut : kompres dingin, cairan air mata dan supportif
lainnya.
Jika terjadi penurunan visus berat dapat diberikan Steroid tetes mata 3 kali
per hari.
Keratitis Filamentosa
Keratitis yang disertai filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada
permukaan kornea.
Penyebab tidak diketahui. Disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis
sika, sarkoidosis, trakoma, pempigoid okular, pemakaian lensa kontak,
17
edema kornea, keratokonjuntivitis limbik superior DM, trauma dasar otak
,pemakaian antihistamin,dry eyes, DM, Post op Katarak, dan keracunan
kornea oleh zat tertentu.
Gambaran : filamen mempunyai dasar bentuk segitiga yang menarik epitel,
epitel pada filamen terlihat tidak melekat pada epitel kornea. Di dekat
filamen terdapat defek filamen dan kekeruhan epitel berwarna abu abu.
Gejala : rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme dan epiforia. Mata merah
dan terdapat defek kornea.
Pengobatan : larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik. Mengangkat
filamen dan memasang lensa kontak lembek.
Keratitis Alergi 10
a) Keratokonjungtivitis Flikten 10
o R adang kornea dan konjungtiva sebagai suatu reaksi imun yang
mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap
antigen.
Gejala : Terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas
berwarna putih keabuan dengan atau tanpa neovaskularisasi menuju ke arah
benjolan tersebut.
Bilateral, pada limbus tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi
konjungtiva hiperemis papul dan pustula (+) pada kornea dan konjungtiva.
Lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit. Hiperemis konjungtiva,
menebalnya epitel kornea, perasaan panas disertai gatal dan tajam
penglihatan berkurang.
18
Pengobatan : Pemberian steroid.
Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari
limbus ke arah kornea.
Keratokonjungtivitis vernal
Peradangan tarsus dan konjungtiva yang rekuren.
Muncul pada musim panas, anak laki laki lebih sering terkena dibanding
perempuan.
Gejala : Gatal, disertai riwayat alergi, blefarospasme, fotofobia, penglihatan
buram, dan kotoran mata serat-serat.
Hipertrofi papil kadang berbentuk cobble stone pada kelopak atas dan
konjungtiva daerah limbus.
Pengobatan : obat topikal antihistamin dan kompres dingin.
Keratitis Lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat lagoftalmus dimana kelopak mata tidak bisa
menutup dengan sempurna sehingga menyebabkan kekeringan pada kornea
dan konjungtiva sehingga rentan terkena infeksi.
Lagoftalmus dapat disebabkan tarikan jaringan parut pada tepi kelopak,
eksoftalmus, paralise saraf fasial, atoni orbikularris okuli dan proptosis
karena tiroid.
19
Pengobatan : mengatasi penyebab, air mata buatan. Untuk cegah infeksi
sekunder diberikan salep mata.
Keratitis Neuroparalitik
Keratitis akibat kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea
yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea.
Gangguan persarafan dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fossa
posterior kranium, peradangan
Gejalanya : tajam penglihatan menurun, silau, tidak nyeri. Refleks berkedip
hilang, injeksi siliar, permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada
kornea.
Pengobatan : air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea tetap basah.
Untuk cegah infeksi sekunder : pengobatan keratitis, tarsorafi, dan menutup
pungtum lakrimal.
Keratokonjungtivitis Sika
Keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Gejala : mata berpasir,
gatal, silau, penglihatan kabur, sekresi mukus mata yang berlebihan, sukar
menggerakkan kelopak mata, mata kering karena ada erosi kornea, Edema
kojungtiva bulbi, filamen (benang) di kornea.
Pemeriksaan yang dilakukan : Tes Schimer : resapan air mata pada kertas
Schimer normal 10-25 mm dalam waktu 5 menit. Abnormal < 10 mm.
20
Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva zat warna ini akan mewarnai sel
epitel kornea. Terdapat titik merah di konjungtiva bila mata kering.
Tear film break up time.
Pengobatan tergantung penyebabnya. Pemberian air mata tiruan bila
kurang adalah komponen air. Pemberian lensa kontak apabila komponen
mukus yang berkurang. Penutupan pungtum lakrimal bila terjadi
penguapan yang berlebihan.
Keratitis Sklerotikan
Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai skleritis.
Penyebabnya diduga perubahan susunan serat kolagen yang menetap.
Gejala : kekeruhan kornea terlokalisasi dan berbatas jelas, unilateral, kadang
mengenai seluruh limbus, kornea putih menyerupai sklera.
Pengobatan : steroid dan fenil butazon.
Manifestasi Klinik
21
1. Keratitis punctata superfisialis
Merupakan suatu peradangan akut yang mengenai satu atau kedua mata,
salep antibiotika atau sulfa untuk mencegah infeksi sekunder, mata ditutup
dengan perban.
2. Keratitis flikten
Merupakan radang kornea akibat dari reaksi imun yang mungkin sel
mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Pada mata terdapat
flikten yaitu berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan yang
terdapat pada lapisan superfisial kornea dan menonjol di atas permukaan kornea.
3. Keratitis sika
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva, yang dapat disebabkan
karena:
- Defisiensi kelenjar air mata, seperti pada sjogren syndrome, sindrom relay
22
- Defisiensi komponen musin, seperti pada avitaminosis A, trauma kimia,
Steven-johnson syndrome
dengan xerosis. Pada kornea terdapat infiltrat kecil-kecil, letak epitelial sehingga
akan didapatkan tes fluoresin (+). Keluhan penderita tergantung dari kelainan
kornea yang terjadi. Apabila belum ada kerusakan kornea maka keluhan
penderita adalah mata terasa pedih, kering, dan rasa seperti ada pasir, keluhan-
keluhan yang lazim disebut syndrom dry eye. Apabila terjadi kerusakan pada
kornea, keluhan-keluhan ditambah dengan silau, sakit, berair, dan kabur. Pada
berkurang, dan sukar menggerakkan bola mata. Kelainan kornea dapat berupa
erosi kornea, keratitis filamentosa, atau punctata. Pada kerusakan kornea dapat
- Tes Schimmer. Apabila resapan air pada kertas Schimmer kurang dari 10
- Tes zat warna Rose Bengal konjunctiva. Pada pemeriksaan ini terlihat
23
- Tear film break-up time. Waktu antara kedip lengkap sampai timbulnya
bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah 15-20 detik,
Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang adalah komponen air.
4. Keratitis lepra
disebut juga keratitis neuroparalitik. Morbus hansen atau lepra menyerang dan
- Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan kerusakan saraf kornea oleh
Mycobacterium Lepra.
- Pada daerah yang endemik sering disertai adanya penyakit trakoma yang
dry-eye.
palpebra serta tanda-tanda lain pada bagian tubuh di luar mata. Terdapat
keratitis avaskular berupa lesi pungtata berwarna putih seperti kapur yang
24
secara perlahan batasnya akan mengabur dan sekelilingnya menjadi seperti
berkabut. Lesi ini akan menyatu dengan lesi di sebelahnya dan menyebabkan
seperti deposit kalsium dan sering disertai destruksi membran Bowman. Pada
lepromatosa.
5. Keratitis nummularis
lebih jernih, seperti halo. Diduga halo ini terjadi karena resorpsi dari infiltrat
25
antibiotika atau sulfa untuk mencegah infeksi sekunder, mata ditutup dengan
perban.
Treponema Pallidum karena kuman ini tidak dijumpai di kornea pada fase akut.
berusia 5-15 tahun. Penderita mengeluh sakit, silau, dan kabur pada fase akut.
kornea dan menyebabkan kekeruhan seperti kaca susu. Pembuluh darah dari
a.siliaris anterior memasuki stroma pada seluruh kuadran dengan arah radial
menuju kebagian sentral kornea yang keruh. Tepi kornea merah sedang di
kornea karena proses beningnya kembali kornea berlangsung lama. Pada fase
peradangan aktif, dapat terjadi uveitis anterior dan koroiditis disertai kekeruhan
badan kaca.
perlekatan iris dengan pemberian tetes mata kortikosteroid dan sulfas atropin
atau skopolamin.
2. Keratitis sklerotikans
26
proses yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga
defek makin luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea. Keluhan dari keratitis
27
Batang gram–negatif: Moxifloxacin,gatifloxacin, Fluoroquinolone lain, polymixin B
kurus-Pseudomonas ciprofloxacin,tobramycin atau atau carbenicillin
gentamicin
1Terapi topikal intensif ,setiap jam saat sinag hari dan setiap 2 jam saat malam,setidaknya 48 jam pertama
kemudian diturunkan perlahan-lahan untuk semua kasus kecuali yang sangat ringan.Penyuntikan
subkonjungtiva jarang dibutuhkan kecuali bila ada perhatian khusus tentang kepatuhan dengan terapi topical
atau bila sakit berat. Terapi sistemik umumnya tidak diperlukan; mungkin dipakai bila ulkus kornea meluas ke
limbus atau bila disertai skleritis atau endoftalmitis.
2 Perubahan terapi hanya dibutuhkan jika tidak ada respons dan dapat dipandu dengan uji sensitivitas antibiotik
selama 5 hari)
4 Jarang ,Pityrosporum ovale atau Pityrosporum orbiculare mungkin dikacaukan dengan Candida sp
28
Tabel 3.2 Konsentrasi dan dosis obat untuk pengobatan keratitis bacterial
atau fungal
Amikasin 50 – 100 mg/mL 25 mg/ 0,5 mL/dosis 10-15 mg/kg/hari IV atau
IM dalam 2 dosis
Amphoterisin B 1,5 – 3 mg/mL 0,5 – 1 mg -
Carbenicillin 4 mg/mL 125 mg/0,5 100-200 mg/kg/hari IV
mL/dosis dalam 4 dosis
Cefazoline 50 mg/mL 100 mg/0,5 15 mg/kg/hari IV dalam 4
mL/dosis dosis
Ceftazidime 50 mg/mL 250 mg (0,5 mL) 1 g IV atau IM setiap 8-12
jam ( dosis dewasa)
Ceftriaxone 1-2 g/hari IV atau IM
Ciprofloxacin 3 mg/mL 500-750 mg per oral /12
jam
Flucytosine larutan 1 % 500-150 mg/kg/hari per
oral dalam 4 dosis
Gatifloxacin larutan 3mg/mL
Gentamicin 10-20 mg/Ml ( dosis 20 mg/0,5-1
forte) mL/dosis
Miconazole larutan 1 % atau 5-10 mg;0,5-1
salep 2% mL/dosis
Moxifloxacin larutan 5 mg/mL
Natamycin Suspensi 5%
Neomycin 20 mg/mL
Nystatin 50.000 unit/mL atau
krim ( 100.000
unit/g)
Paromomycin 10 mg/mL
Penicillin G 100.000 unit/mL 1 juta unit/dosis 40.000-50.000 unit/kg IV
(nyeri) dalam 4 dosis;atau 2 juta-6
juta unit IV setiap 4-6 jam
scr kontinu
Polyhexamethylene Larutan 0,01 %-
biguanide 0,02%
Polymixin B 1-2 mg/mL 10 mg/ 0,5 mL dosis
Propamidine larutan 0,1 mg/mL:
salep 0,15 %
Tobramycin 10-20 mg/Ml ( dosis 20 mg/0,5 mL/dosis
forte)
Vancomycin 50 mg/mL 25 mg/0,5 mL/dosis
1Topikal ,setiap jam saat sinag hari dan setiap 2 jam saat malam,setidaknya 48 jam pertama dan kemudian
perlahan-lahan diturunkan.Banyak preparat yang tertera di atas harus disiapkan oleh apoteker dengan pelatihan
khusus.
(Vaughan, Asbury. 2010)
29
BAB 4
ULKUS KORNEA
Definisi
Ulkus kornea adalah luka terbuka pada lapisan kornea yang paling luar. Ulkus
kornea merupakan keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
dapat terjadi dari epitel sampai stroma, dan disertai hiperemi perikornea.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
Etiologi
- Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
- Oleh karena faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosio kornea) karena
30
- Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik,
- Bakteri : kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok
bakteri dan diikuti jamur. Jenis bakteri yang dominan adalah basil gram negatif,
Faktor resiko terbentuknya ulkus antara lain adalah cedera mata, benda asing
Klasifikasi
31
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam
streptokok pneumonia.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
- Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
48 jam. Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan sekret yang
cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
32
- Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan
di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti
bulu pada bagian epitel normal. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran
kadang dalam, seperti ulkus yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida
- Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.
33
herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan
fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang
- Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,
a. Ulkus marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilokokus,
toksin atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
dan lain-lain.
34
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
sentral. Ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah
menyerang satu mata. Terasa sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan
kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.
kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang
penyakitnya menahun.
Manifestasi Klinis
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
35
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
Penegakan Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
36
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura
dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram
atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau
agar ekstrak maltosa.
Gambar 4.3 (a) Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 4.3 (b) Pewarnaan gram ulkus kornea
37
Gambar 4.4 (a) Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 4.4 ( b) Pewarnaan gram ulkus kornea
Bakteri akantamoeba
PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat
memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
38
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin
C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau
10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik.
Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai
melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya
antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
39
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap
mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada
ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
40
1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau
termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung
panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama
dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka
cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan
konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan
tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat
penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.
41
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas
tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
Komplikasi
42
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
1. Keratitis adalah infeksi pada kornea. Gejala patognomik dari keratitis ialah
2. Tes fluoresin pada keratitis dapat (+) atau (-), tergantung letaknya. Pada
keratitis epitelial dan keratitis stromal, tes fluoresin (+), sedangkan pada
43
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2009. Hal (118-
120) (147-167)
Vaughan, Asburi. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta. 2010. Hal (7-10),
(125-139)
44