Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTIFIKASI

a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. DK
2. No. Rekam Medik : RS19080468
3. Usia : 58 tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status Pernikahan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Tanggal Masuk : 19 Agustus 2019 pukul 11.00 WIB

2.2. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama
Benjolan pada selangkangan sebelah kanan sejak ± 30 menit SMRS

b. Keluhan Tambahan
Os merasa nyeri pada perut kanan bawah dan mual

c. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke IGD dengan keluhan terdapat benjolan pada
selangkangan sejak 30 menit SMRS. Benjolan berbentuk bulat, dengan
permukaan yang rata dan warna sama sperti warna kulit. Awalnya
benjolan kecil pertama kali dirasakan sekitar 1 tahun yang lalu, benjolan
tersebut hilang timbul dan dapat hilang ketika sedang beristirahat dan
dilakukan dorongan menggunakan tangan. Pasien mengatakan sekitar 30
menit SMRS tidak sedang melakukan aktivitas fisik berat, benjolan
dirasakan membesar, terasa sedikit nyeri. Pasien sempat melakukan
reposisi dengan menggunakan tangan tetapi benjolan tersebut tidak bisa
terdorong lagi. Pasien mengatakan benjolan timbul terutama saat pasien
berdiri dan mengejan.
Pasien merasa mual namun tidak muntah. BAB pasien 1 kali sehari
konsistensi lunak, tidak berdarah, BAK lancar tidak ada keluhan.

A. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi, penyakit gula, asma, riwayat alergi disangkal
Riwayat konstipasi, batuk kronis (PPOK), asthma disangkal

B. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit pasien saat ini.

C. Riwayat Sosioekonomi
Sosioekonomi pasien cukup baik. Pasien bekerja sering mengangkat
barang

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 22 x/menit
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36̊ c
B. Pemeriksaan head to toe
Kepala Normocephali, rambut hitam tersebar merata, jejas (-),
hematoma (-), deformitas (-).
Mata Sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra anemis (-/-), edema
palpebra (-/-), racoon eyes (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+), pupil
isokor (3mm/3mm).
Hidung Deformitas (-), deviasi septum nasi (-), discharge (-/-), polip nasi
(-/-).
Mulut Bibir sianosis (-), mukosa bibir lembab, typhoid tongue (-), papil
lidah tersebar merata, mukosa lidah merah, stomatitis (-), faring
hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Telinga Serumen (-/-), liang lapang (+/+), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tarik auricula (-/-).
Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-).

Thoraks Tidak terdapat scar, jejas (-), hematoma (-), deformitas (-).

Paru I Pergerakan thoraks simetris saat statis dan dinamis.


P Stem fremitus kanan dan kiri simetris.
P Sonor di seluruh lapang paru.
A Vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-).
Jantung I Iktus kordis tidak terlihat.
P Iktus kordis tidak teraba.
P Batas jantung normal.
A Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen I Datar, simetris, scar (-).
A Bising usus (+) normal.
P Timpani (+) di seluruh regio abdomen.
P Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ektremitas S Akral teraba hangat, CRT < 2”, ROM dbn.
Dekstra : Lihat status lokalis.
Sinistra : Akral teraba hangat, CRT < 2”, pitting edema
pretibia (-/-), ROM dbn.
I

C. Status Lokalis
Regio : Inguinalis
inspeksi : tampak benjolan pada selangkangan dxtra ukuran sebesar
bola kasti berwarna sama dengan kulit sekitar yang turun.
palpasi : nyeri tekan (+) permukaan perabaan lunak dan licin.
Fluktuasi (-) testis teraba
Auskultasi: terdengar suara bising usus pada benjolan
spesifik : visibel: berbentuk lonjong, oklusi (-) pemeriksaan
transluminasi (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal Interpretasi
(Darah)
L : 13 -18 gr/dL
Hemoglobin 15,8 gr/dL Normal
P : 12 -16 gr/dL
Leukosit 15.600/cmm 3200 – 10.000/cmm Leukositosis
Laju endap darah 34 L : < 15 mm/jam
Meningkat
mm/jam P : < 20 mm/jam
Diff. count 2-4/0-2 /0-12/36-73/15-
Normal
1/0,2/0/83,9/11,3/3,6 45/0-11
L : 40-50
Hematokrit 46 Normal
P : 35-45
Trombosit 369.000 mm3 150.000-390.000 Normal
MCV 86,4 80-100 FL Normal
MCH 29,1 28-34 pg/sel Normal
MCHC 33,7 32-36 g/dl Normal
L: 4,4 – 5,6 juta
Eritrosit 5,4 juta sel/mm3 sel/mm3 Normal
P : 3,8 – 5,0 juta sel/mm3
RDW-SD 42,0 FL 35 – 47 FL Normal
RDW-CV 13, 4 11,5-14,5 Normal
CT (W.pembekuan) 7’10
5-10 menit Normal

BT (W.perdarahan) 3’10” 1-6 menit Normal
BSS 112 mg/dl 70 – 140 mg/dl Normal

2.5 Diagnosis Kerja


Hernia scrotalis Dextra incaserata

2.6 Diagnosis Banding


Hernia Scrotalis Dextra strangulata
Varikokel
Hidrokel
Tumor testis

2.7 Tatalaksana
 Rawat inap
 Konsul dokter Sp.B
 Persiapan operasi
 IVFD RL 20 tpm
 Inj .Ketorolac 30 mg/ 8 jam (iv)
 Inj ranitidine 2 x 1 amp
 Monitoring tanda vital
 Makan –minum sedikit sedikit
 Posisikan Head up 300 selama 24 jam

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

2.9 Pemeriksaan Khusus


EKG , foto dada dan faktor pembekuan

2.10 LAPORAN OPERASI (dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019)


Operator : dr. Bujang S. Sp.B
Anestesi : dr. Arliansyah Sp. An
Jenis Anestesi : Regional anestesia
Diagnosa Prabedah : Hernia skrotalis incaserata desktra
Diagnosa Pasca Bedah : Hernia skrotalis incaserata dekstra
Tindakan Bedah : Hernioraphy
Operasi dimulai : 16: 20 WIB
Operasi berakhir : 17: 55 WIB
Prosedur Operatif :
1. Badan dalam posisi terlentang
2. Tindakan aseptik dan antiseptik pada region inguinalis dekstra &
sekitarnya
3. Dibatasi dengan duk steril
4. Insisi pada region inguinalis dextra
5. Kantung hernia di identifikasi, dalam kantung hernia terdapat usus halus
viable
6. Dilakukan herniotomi dan herniorafy
7. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
2.11 Follow Up
Tanggal S O A P
19 Ags Nyeri pada Ku: lesu Hernia  Bedrest
2019 perut dan HR: 65 x/menit scrotali  Persiapan pre-op
benjolan RR: 20 x/menit s  Pemasangan kateter
T;37 C Dextra  Makan minum sedikit-
TD : 120/70 mmHg irreponi sedikit
bel pre  IVFD RL 20 gtt/m
Regio: Inguinalis operasi makro
Inspeksi: tampak hernior  Inj Ceftriakson 2 x1 gr
benjolanpada aphy  Inj Ketorolac 3x 1 amp
selangkangan kanan
 Posisikan Head Up 300
sebesar bola kasti
selama 24 jam
sewarna kulit sekitar
 Diet bebas
Palpasi:nyeri tekan (+)
permukaan perabaan
lunak dan licin.
Fluktuasi (-) testis
teraba
Auskultasi: terdengar
suara bising usus pada
benjolan
spesifik :
visibel:berbentuk
lonjong, oklusi (-)
pemeriksaan
transluminasi (-)

20 Ags Nyeri pada Ku: sedang Post  Bedrest


2019 luka post HR: 67 x/menit operasi  IVFD RL 20 gtt/m
op RR: 24 x/menit hernior makro
T:36,7 C  Inj Ceftriakson 2 x1 gr
TD : 110/60 mmHg aphy h  Inj Ketorolac 3x 1 amp
Regio : abdomen +1  Kateter masih
I : datar, warna seperti terpasang
kulit sekitar, hematom
(-), luka operasi di
daerah inguinal kanan
tertutup perban, pus (-
), cairan (-), darah (-)
P : nyeri tekan (-),
massa(-)
P : timpani diseluruh
lapang abdomen
A : bising usus normal
Status lokalis:
Regio : genitalia
inspeksi : operasi di
daerah
inguinal
tertutup
perban, pus (-)
darah (-),
skrotum
mengempis,
terdapat
kateter
palpasi : nyeri tekan
(+), massa (-)

21 Ags Nyeri pada Ku: lesu Post  GV dan pelepasan


2019 luka post HR: 60x/menit, operasi kateter
op RR: 22 x/menit, hernior  Boleh rawat jalan
T:36 C
TD : 123/74 mmHg aphy  Ciprofloksasin 500 mg
Regio : abdomen h+2 2x1
I : datar, warna seperti  As.mefenamat 500 mg
kulit sekitar, hematom 3 x1
(-), luka operasi di  Elkana 2 x 1 tab
daerah inguinal kanan
tertutup perban, pus (-
), cairan (-), darah (-)
P : nyeri tekan (-),
massa(-)
P : timpani diseluruh
lapang abdomen
A : bising usus normal
Status lokalis:
Regio : genitalia
inspeksi : operasi di
daerah
inguinal kiri
tertutup
perban, pus (-)
darah (-),
skrotum
mengempis,
terdapat
kateter
palpasi : nyeri tekan
(+), massa (-)
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Secara umum, definisi hernia adalah protrusi atau penonjolan suatu organ
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia scrotalis didapatkan isi perut (usus) menonjol melalui defek pada lapisan
musculo-apponeurotik dinding perut melewati canalis inguinalis kemudian turun
hingga ke rongga scrotum. Maka sebenarnya hernia scrotalis adalah hernia
inguinalis lateralis (indirek) yang mencapai rongga scrotum. Beberapa jenis hernia
yang terdapat pada dinding abdomen yaitu:(Sjamsuhidayat,2017).
Anatomi
Pada orang dewasa kanalis inguinalis panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm ke arah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis,ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior
dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior
(dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis
transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalis adalah bagian paling penting dari
sudut pandang anatomi maupun bedah. Pembuluh darah epigastric inferior menjadi
batas superolateral dari trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk
oleh membrane rectus,dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang
melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia
yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect (Mansjoer et all, 2000).
Klasifikasi
Menurut gambaran klinis, hernia dibedakan menjadi :
1. Hernia reponibel
Disebut hernia reponibel jika isi hernia dapat kembali ke dalam rongga perut
dengan sendirinya. Usus keluar bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi
bila berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan ataupun
gejala obstruksi
2. Hernia ireponibel
disebut hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
tanda sumbatan
3. Hernia inkaserata
disebut hernia inkaserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun
buang air besar. Hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase.
4. Hernia strangulata
disebut hernia strangulata bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada
keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai dengan berbagai tingkat gangguaan dari bendungan sampai
nekrosis. (Nick, 2012).

Epidemiologi
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi lateralis (indirek) dan medialis (direk) dimana hernia
inguinalis lateralis ditemukan lebih banyak 2/3 dari hernia inguinalis. 1/3 sisanya
adalah hernia inguinalis medialis. Hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada
pria daripada wanita. Sedangkan pada wanita lebih sering terjadi hernia femoralis.
Perbandingan antara pria dan wanita adalah 7:1. Prevalensi hernia inguinalis pada
pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia inguinalis latearalis lebih sering terjadi pada bayi prematur darpada bayi
aterm dimana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir usia 32 minggu.
(townsend, 2004).

Etiologi dan Faktor Resiko


Hernia inguinal dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu acquired dan kongenital.
Umumnya, hernia inguinal disebabkan oleh berbagai faktor dan yang paling utama
karena kelemahan otot abdomen yang biasanya penyebabnya acquired. Sementara
pada hernia kongenital pada saat fetus terjadi penurunan testis dari dalam abdomen
ke skrotum pada trimester tiga. Penurunan testis ini melalui gubernaculum dan
diverticulum peritoneum yang menembus melalui inguinal kanal dan terjadilah
prosesus vaginalis. Pada antara minggu ke-36 sampai 40, prosesus vaginalis
menutup dan menghilangkan bukan peritoneal pada internal inguinal ring. Jika
tidak menutup dengan sempurna maka akan menimbulkan hernia. (Jefrey, 2001).
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menimbulkan hernia:
1. Batuk lama
2. konstipasi
3. Obese
4. Asthma
5. BPH
6. Merokok
7. Mengangkat barang berat
8. Asites
9. Kehamilan

Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen yangmana pada bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Prosesus
vaginalis merupakan evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian
ventral gubernaculum bilateral. Pada pria, testis awalnya terletak retroperitoneal
dan dengan adanya prosesus vaginalis testis akan turun melewati kanalis inguinalis
ke skrotum akibat adanya kontraksi pada ligamentum gubernaculum. Pada sisi
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga angka kejadiannya pada
sebelah kanan.
Proses selanjutnya yang terjadi adalah menutupnya prosesus vaginalis, jika
prosesus vaginalis tidak menutup maka hidrokel/hernia inguinalis lateralis terjadi
akan tetapi tidak semua hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya
prosesus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia
inguinalis lateralis, prosesus vaginalisnya telah menutup sempurna.
(Sjamsuhidayat, 2017)

Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila
menangis, mengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum
biasanya baik. Pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup
mulut. Dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada bejolan hernia,
diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apaah benjolan dapat direposisi
dengan jari telunjuk atau kelingking. Pada anak-anak kadang cincin hernia dapat
diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan keatas lateral dari
tuberculum pubikum, ikuti fascikulus spermatikum sampai ke anulus inguinalis
internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk bila massa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis. Sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis.(Nicks, 2012).
Gambaran hernia meliputi:
1. Terdapat benjolan di tempat lokasi hernia
2. Rasa nyeri dan nyeri tekan irreducible
3. Pada laki-laki, isi hernia dapat mengisi skrotum
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1. Inspeksi inguinal
Pasien disuruh memutar kepala kesamping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama batuk, yang menunjukan hernia. Jika terlihat
benjolan mendadak, minta pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls
ini dan impuls lainya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah
lokasi nyeri dan periksa kembali daerah itu.
2. Pemeriksaan hernia inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa didalam
skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam jari harus
diletakan dengan kuku menghadap keluar dan bantal jari menghadap
kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakan pada pinggul kanan pasien
untuk sokongan lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti
korda spermatika bilateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan
ligamentum inguinalis dan digerakan ke atas ke arah cincin inguinal
eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberculum pubikum.
Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan dengan jari
telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau didalam kanalis inguinalis,
mintalah pasien untuk memutar kepalanya kesamping dan batuk atau
mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung jari. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan
perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang
lembut dan terus menerus.
Setelah memeriksa sisi kiri prosedur diulangi dengan menggunakan telunjuk
kanan untuk memeriksa sisi kanan. Jika ada massa skrotum berukuran besar
dan tidak tembus cahaya suatu hernia indirek mungkin ada didalam
skrotum. Auskultasi massa dipakai untuk menentukan adanya bunyi usus
didalam skrotum
3. Transluminasi massa skrotum
Didalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis
normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan
merah menunjukan rongga yang mengandung cairan serosa seperti hidrokel
atau spermatokel. (Nicks, 2012).

2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis Umur lazim transluminasi Eritema nyeri
(tahun) skrotum
Epididimitis Semua umur Tidak Ya Berat
Torsio testis < 35 Tidak Ya Berat
Tumor testis < 35 Tidak Tidak Minimal
Hidrokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Spermatokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Hernia Semua umur Tidak Tidak Tidak ada
sampai
sedang*
Varikokel >15 Tidak Tidak Tidak ada

Penatalaksanaan
1. Konservatif

a. Reposisi spontan

- Berikan dan sedatif untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien.


Pasien harus istirahat untuk mengurungi tekanan intraabdomen.
- Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal dibawah lutut
pasien.
- Tempat tidur pasien dimiringkan 15̊-20̊ , dimana kepala lebih rendah
daripada kaki (trandelemburg)
- Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan
eksternal rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
- Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantung es atau air dingin
untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
- Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan
secara elektif
b. Reposisi bimanual
- tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada
apeks hernia karena justru akan menyebabkan isi hernia keluar melalui
cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis bedah bila reposisi telah
dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
2 Pembedahan
Indikasi pembedahan:
- Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
- Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
- Ada kontraindikasi dalam pemberian sedatif, misal alergi

Pada pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan
stranulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat bahwa lebih baik melakukan elektif
surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito
surgery. Pada anak-anak (herniotomy). Sedangkan pada orang dewasa dilakukan
herniotomy dan hernioraphy, selain dilakukan pembebasan kantong hernia jika
dilakukan pemasangan fascia sintetis berupa mesh yang terbuat dari prolin untuk
memperbaiki defek. Kedua tindakan herniotomy dan hernioplasty disebut juga
hernioraphy.(brunicardi 2006).

Manajemen operasi hernia

Anastesi. Anastesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anastesi epidural
atau lokal dengan sedasi lebih dianjurkan.
Insisi Oblique atau Transverse, 0,5 inchi diatas titik inguinal (6-8 cm). Setelah
memotong fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga mencapai
aponeurosis m.obliquus eksternus
Membuka kanalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak pada aspek
superior dan laateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari kanalis
inguinalis dibuka sejajar serat dari aponeurosis m.obliquus eksternus lakukan
preservasi M.Ilio hipastric dan M. Ilio inguinal. Lakukan identifikasi dan mobilisasi
spermatik cord dimulai dari bagian dari tuberculum pubicum, mobilissi secara
sirkular dan retraksi dengan penrose drain atau kateter foley
Identifikasi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong dibuka
semua isi kantong hernia dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan kedalam
intraabdomen. Kemudia leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong dieksisi dari
bagian distal dari ligasi. Sementara pada hernia direk kantong dapat diinsersikan ke
rongga peritoneum, namun pada kantong yang besar dilakukan eksisi pada kantong.
Pada bayi dan anak-anak operasi hernia terbatas dengan memotong kantong hernia.
Tidak diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini didasarkan pada
sebagian hernia pada anak tidak disertai dengan kelemahan dinding abdomen.
Teknik hernia repair.

Bassini repair. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1889, merupakan teknik
simpel dan cukup efektif. Prinsipnya adalah aproksimasi fascia transversalis, otot
transversus abdominis, dan m. obliquus internus (the bassini triple layer) dengan
lig. Inguinal. Aproksimasi dilakukn dengan menggunakan jahitan interrupted.
Teknik dapat digunakan pada hernia direk dan indirek
Shouldis repair. Teknik ini dipopulerkan di Kanada, merupakan modifikasi dari
bassini repair. Pada teknik ini jahtan yang digunakan adalah running
sutures/kontinus. Jahitan pertama dimulai dari tuberculum pubicum kemudiaan ke
lateral untuk aproksimasi otot obliquus internus, otot transversus abdominis, dan
fascia transversalis dengan lig. Inguinal jahitan dilanjutkan hingga ke arah ring
interna. Jahitan yang sama dilanjutkan dengan berbalik arah dari ring interna ke
tuberculum pubicum. Jahitan kedua aproksimasi antara m. obliquus internus dengan
lig. Inguinal dimulai dengan tuberculum pubicum. Karena jahitan aproksimasi
dengan teknik ini yang berlapis, kejadian dari rekurensi dari teknik ini jarang
dilaporkan.
Mc-vay (Cooper ligament) repair. Pada teknik ini terdapat dua kompinen penting;
repair dan relaxing incision. Repair dilakukan dengan aproksimasi fascia
transversalis ke lig. Cooper. Repair menggunakan benang non absorbable, 2.0 atau
0. Repair dimulai dari tuberculum pubicum dan berjalan kearah lateral jahitan
pertama merupakan jahitan terpenting karena pada bagian tersebut sering terjadi
rekurensi. Langkah kedua adalah relaxing incsion secara vertikal pada fascia
anterior m. rectus. Teknik ini dapat digunakan pada hernia inguinalis dan hernia
femoralis
Tension-free hernioraphy. Teknik ini mengguakan mesh prostetik untuk
mencegah terjadinya tension dapat dilakukan dengan anastesi lokal. Beberapa
penelitian menunujukan bahwa teknik ini memberikan outcome yang lebih baik;
pasien lebih cepat untuk kembali bekerja, nyeri paska operasi minimal, pasien lebuh
nyaman dan rekurensi lebih minimal. Bisa digunakan pada hernia direk dan indirek.
Repair dengan laparoskopi. Terdapat tiga teknik yaitu transabdominal
preperitoneal (TAPP), intraperitoneal only mes (IPOM), totally extra peritoneal
(TEP). (Cook, 2000)

Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain: (debas, 2003).
- Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
- Lesi nervus ileohypogastrika, ileoinguinalis.
- Lesi vas defferens, buli buli, usus.
Komplikasi segera setelah pembedahan :
- Hematome
- Infeksi

Komplikasi lanjut

- Atrofi testis
- Hernia residif
Prognosis

Umumnya sebanyak 1-3% tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter yang
expert dapat terjadi hernia rekuren dalam waktu 10 tahun yang mungkin dapat
diakibatkan karena kurangnyajaringan dan tidak kuatnya hernioplasty yang
dilakukan. (jeffrey, 2001)

KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah


appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah yang terkena regio inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia inguinalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Pada hernia inguinalis lateralis prosessus vaginalis
peritonaei tidak menutup (tetap terbuka).
Hernia skrotalis terjadi apabila hernia lateralis terus berlanjut hingga ke
skrotum. Komplikasi yang terjadi yaitu inkaserasi dan strangulasi. Jika sudah
terjadi strangulasi penaganan segera adalah dengan operasi

Anda mungkin juga menyukai