Kelompok 10
23 maret 2010
Pain-sensing Structures
Anatomy of Arachnoid
Definisi LBP
• adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat menyebabkan, dapat merupakan nyeri
lokal maupun nyeri radikuler maupun keduanya.
• Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari
masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri
pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20%
menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai,
biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah
lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan
gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
• Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan,
kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang
dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
• Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan motoris :
harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menemukan
abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik :
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena
membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang
keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai
dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih
bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi
dibanding motoris.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf
spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque
dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil
dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan
nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)
dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk
menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks
sebagai penyebabnya. Tanda Laseque adalah tanda pre-
operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada
96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti
menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap
tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.
Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan
usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua
dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral
Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons
yang positif pada tungkai kontralateral yang
sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
• Pencegahan kekambuhan
– Perbaikan fleksibilitas dan kekuatan otot, perbaikan postur
tubuh, kebiasaan kerja dan aktifitas sehari2, perubahan
serta modifikasi aspek psikososial
○ Low back streching
○ Bracing
Prognosis LBP
• faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis
etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri
pinggang sebelumnya dan gangguan
psikososial
• Untuk HNP dengan operasi 90% perbaikan
fungsi secara baik dalam 1 tahun
Komplikasi LBP
• Tergantung etiologinya..
DD LBP
Daerah pinggang bawah Daerah sakroiliaka
OA Ketegangan sakroiliaka
Osteoporosis Osteitis kondensa ileum
Spondilitis ankilosa Spondilitis ankilosa
Ketegangan lumbosakral Artritis psoriatrik
Spondiliolistesis Sindrom reiter : bagian dr penyakit
rematik
(urethtritis,arthritis,conjungtivitis)
Hernia nukleus pulposus Lipomata sakral
Fibrositis Nyeri alih
Skoliosis Epifistis vertebra
Postur tubuh yg jelek
Bursitis
Tumor
Infeksi vertebra
Nyeri alih
OSTEOPOROSIS
Definisi
• Old definition : penurunan massa tulang tanpa terjadi penurunan
kwalitas tulang (Albright F. Ann Intern Med1947;27:81)
usia
heparin
Perbedaan osteoporosis tipe pasca menopause & tipe senilis
Hipokalsemia
HlL-1, TGF-β NO
TNFα, IL-6,
M-CSF
PTH
Diferensiasi dan maturasi Osteoklas
Resorpsi Osteoporosis
Tulang
Usia Lanjut
Defisiensi Vitamin D
Patfis Aktivitas 1-α Absorpsi Ca
tipe II hidroksilase, di usus
resistensi terhadap
vitaminD
Reabsorpsi
Ca di ginjal
Hiperparatiroidisme
sekunder
Sekresi GH Aktivitas Fisik Sekresi
dan IGF-1 Esterogen Risiko terjatuh:
kekuatan otot
Gangguan Fungsi Osteoblas Turnover Tulang aktifitas
otot,medikasi
gangguan
keseimbangan,ga
Osteoporosis
ngguan
penglihatan,dll
Fraktur
1. Faktor resiko
a. Wanita
banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun
kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
Selain itu, wanita pun mengalami menopause
yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
b. Usia
dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh
menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita
memiliki risiko 2x lipat dibandingkan pria dalam
mengalami kehilangan tulang trabekular karena
proses penuaan, penyerapan kalsium menurun
dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
C. Ras/Suku
ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko
terbesar karena secara umum konsumsi kalsium
wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah
sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari
produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam
dan hispanik memiliki risiko yang signifikan
meskipun rendah.
d. Keturunan Penderita osteoporosis
Osteoporosis menyerang penderita dengan
karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan
perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya
dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik
E. Gaya Hidup Kurang Baik
Minuman berkafein dan beralkohol.
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol dapat
menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak.
air seni peminum kafein banyak mengandung Ca dan Ca itu
berasal dari proses pembentukan tulang. kafein dan alkohol
bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan
massa tulang (osteoblas).
( Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton
University Osteoporosis Research Centre di Nebraska )
Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena
keduanya mengandung fosfor yang merangsang
pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan
kalsium dari dalam darah.
Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan
hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh
lain, termasuk yang ada di tulang.
Malas Olahraga
Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses
osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang) & kepadatan
massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga
maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
Merokok
Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di
dalamnya mempercepat penyerapan tulang & membuat kadar dan
aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga
susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan.
Jg mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran
darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses
pembentukan tulang sulit terjadi.
Saat masih muda, efek nikotin pada tulang memang tidak terasa
karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Tp saat umur
35th, efek terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut
sudah berhenti.
F. Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai
anti peradangan pada penyakit asma dan alergi
ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis.
Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas.
obat heparin dan antikejang juga menyebabkan
penyakit osteoporosis.
G. Kurus dan Mungil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh
cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal
tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh
bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga
bobot maka tulang akan terangsang untuk
membentuk massa pada area tersebut, terutama pada
derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan
maka massa tulang cenderung kurang terbentuk
sempurna.
Hub gizi dengan
osteoporosis
Matabolisme vit. D
• Pemeriksaan fisik
– TB dan BB
– Gaya berjalan
– Deformitas tulang
– Leg-length inequality
– Nyeri spinal
– Jar. Parut pada leher (bekas operasi tiroid)
– Kifosis dorsal / gibbus
Gambaran klinis
Nyeri tulang
○ Terutama pada vertebra
○ Intensitas serangan meningkat pd malam hari
Deformitas tulang
○ Dapat tjd fr.traumatik pd vertebra kifosis anguler
medula spinalis tertekan paraparesis
Diagnosis
Pada dasarnya penderita osteoporosis yg
datang ke dokter dibagi dalam 2keadaan :
Sblm tjd patah tulang
○ Penderita terutama wanita tua biasa datang dg
nyeri tulang terutama vertebra, bungkuk dan
sudah menopause
Sesudah tjd patah tulang
○ Penderita biasa datang dg keluhan tiba2 punggung
terasa sangat nyeri (akut), nyeri pangkal paha /
bengkak pada pergelangan tangan stlh jatuh
○ u/ menegakkan diagnosis
Pem. Non-invasif
- Analisis aktifitas neutron kalsium total dan massa
tulang
- Pem. DXA (salah satu teknik densitometri)
- Pem. CT baik u/mengukur densitas vertebra
Pem. Biopsi
- Invasif
- Keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula,
kualitas mineralisasi tulang
- Pada tulang sternum / krista-iliaka
Pem. Lab
- Biomarkers osteokalsin
- Osteonektin
- Membedakan dg nyeri tulang oleh kausa lain
Farmakologis
• Obat Piihan
1. Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate,
Clodronate, Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate.
Alendronat berfungsi:
– mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca
menopause
– meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
– mengurangi angka kejadian patah tulang.
2. Kalsitonin
• Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita
patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam
bentuk suntikan atau semprot hidung. Salmon Kalsitonin diberikan
lisensinya untuk pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang
sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi. Dosis
rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan 600mg kalsium
dan 400 IU vitamin D.
Kalsitonin menekan osteoklas dan menghambat pengeluarannya.
3. Terapi penggantian hormon
(estrogen/progesteron).
Beberapa preparat masing-masing obat tersedia,
dan dosis tergantung pada preparat. Terapi
estrogen masih efektif dalam memperbaiki massa
tulang dan menurunkan angka fraktur vertebra
pada wanita dengan osteoporosis.
Namun, belum ada bukti yang meyakinkan bahwa
estrogen bermanfaat pada wanita yang berusia
lebih dari 75 tahun
4. Metabolit vitamin D
Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari
vitamin D yaitu kalsitriol dan alpha kalsidol.
Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah
tulang akibat osteoporosis.
5.Strontium ranelate
Stronsium ranelate meningkatkan
pembentukan tulang seperti prekursor
osteoblas dan pembuatan kolagen,
menurunkan resorpsi tulang dengan
menurunkan aktivitas osteoklas.
Terjadi keseimbangan turnover tulang dalam
proses pembentukan tulang. Berdasarkan
hasil uji klinik, stronsium ranelate terbukti
menurunkan patah tulang vertebral sebanyak
41% selama 3 tahun.
Pencegahan osteoporosis
NON farmakologis
Asupan kalsium cukup
mengkonsumsi kalsium yang cukup tiap
hari. Minum 2 gelas susu dan tambahan
vitamin D setiap hari, bisa
meningkatkan kepadatan tulang pada
wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium.
• Dosis harian yang dianjurkan untuk usia
produktif adalah 1000 mg kalsium per
hari, sedangkan untuk usia lansia
dianjurkan 1200 mg per hari.
• makanan sehari-hari yang kaya kalsium
seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu,
keju dan kacang-kacangan.
Paparan sinar UV B matahari
(pagi dan sore)
Sinar matahari terutama UVB
membantu tubuh menghasilkan
vitamin D yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam pembentukan massa
tulang. Untungnya, Indonesia
beriklim tropis sehingga sinar
matahari berlimpah. Berjemurlah
di bawah sinar matahari selama
30 menit pada pagi hari sebelum
jam 09.00 dan sore hari sesudah
jam 16.00.
Melakukan olah raga dengan
beban
Selain olahraga menggunakan
alat beban, berat badan
sendiri juga dapat berfungsi
sebagai beban yang dapat
meningkatkan kepadatan
tulang. Olah raga beban
misalnya berjalan dan
menaiki tangga tetapi
berenang tidak meningkatkan
kepadatan tulang.
Gaya hidup sehat
Menghindari rokok dan alkohol memberikan
efek yang signifikan dalam menurunkan risiko
osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman
bersoda, dan daging merah pun dilakukan
secara bijak
Farmakologis
Hindari obat-obatan tertentu
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini
diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspada pada obat
antikejang
Aktivitas
1. Aktivitas jalan-jalan tetap dipertahankan. Penderita
dapat melakukan jalan-jalan sepanjang 1 mil dua kali
sehari, dan jika mungkin, berenang.
2. Penderita harus menghindari latihan fisik dan
manuever yang meningkatkan gaya kompresif dan stres
mekanis pada vertebra dan tempat tulang perifer.
3. Prosedur rehabilitasi untuk spasme otot punggung dan
dorongan berjalan-jalan
Diet
1. Diet penurun berat badan jika penderita
mempunyai berat badan yang berlebihan.
2. Masukan kalsium 1.500 mg/hari dan semua
sumber, jika penderita tidak menderita
hiperkalsiuria atau tanpa riwayat baru kalsium.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan
kehilangan massa tulang pada kelompok yang
diberi kalsium
3. Hindari masukan fosfat atau protein yang
berlebihan, yaitu hindari minuman yang
mengandung asam fosfor dan masukan daging
yang berlebihan.
4. Vitamin D 400-800 UI setiap hari
DD
Diagnosis Banding
1.Mieloma multipel.
2.Neoplasma lainnya.
3.Osteomalasia.
4.Osteogenesis imperfekta tarda (Tipe I).
5.Hiperparatirodisme skeletal (primer dan
sekunder).
6.Mastositosis (jarang terjadi)
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka