Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fournier gangren pertama kali ditemukan pada tahun 1883, ketika ahli penyakit

kelamin asal Perancis Jean Alfred Fournier mendapatkan dimana 5 laki-laki muda

yang sebelumnya sehat menderita gangren dengan cepat progresif pada penis dan

skrotum tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini yang kemudian dikenal sebagai

Fournier gangren, didefinisikan sebagai fascitis nekrotikans pada daerah perineum

perianal atau genital. Berbeda dengan deskripsi awal Fournier, penyakit ini tidak

hanya terdapat pada laki-laki dewasa muda tapi pada usia lanjut penyebab biasanya

akibat gangguan sistem imun. Penyakit ini kebanyakan terjadi pada penderita usia

40-70 tahun dengan faktor resiko keadaan umum kurang baik seperti gizi buruk,

penggunaaan imunosupresan, alkohol dan diabetes melitus.1,2

Fournier Gangren adalah kegawatdaruratan bedah, dan karena perbedaan

dalam presentasi klinis, pasien mungkin awalnya ditemui dalam berbagai keadaan

klinis. Karena keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dari kondisi ini bisa

berakibat fatal, sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala, bahkan jika gejala

tidak spesifik. Setelah Fournier gangrene didiagnosis, pengobatan yang tepat sangat

penting. Penyakit ini merupakan kedaruratan di bidang urologi karena awal mula

penyakitnya (onset) berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa

menjadi ganggren yang luas dan menyebabkan septikemia.1,2

Page | 1
BAB II

PEMBAHASAN

Fournier Gangren

2.1 Definisi

Fournier Gangren adalah penyakit yang ditandai dengan Fascitis Nekrotikan di

daerah perineum dan kelamin, akibat infeksi sinergi dari polimikroba. Fournier

gangrene merupakan kedaruratan di bidang urologi karena awal mula penyakitnya

(onset) berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi ganggren

yang luas dan menyebabkan septikemia.1,2

2.2 Etiologi

Meskipun awalnya digambarkan sebagai gangren idiopatik alat kelamin, tetapi

penyebab fournier gangren dapat diidentifikasikan pada 75-95% dari jumlah

kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di anorektal, saluran

urogenital, atau kulit di sekitar alat kelamin. Penyebab ganggren Fournier pada

anorektal termasuk perianal, abses perirektal, dan iskiorektalis, fisura anal, dan

perforasi usus yang terjadi karena cedera kolorektal atau komplikasi keganasan

kolorektal, penyakit radang usus, divertikulitis kolon, atau usus buntu.1,2

Pada saluran urogenital, penyebab fournier gangren mencakup infeksi di

kelenjar bulbourethral, cedera uretra, cedera iatrogenik sekunder untuk manipulasi

striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi saluran kemih bawah (misalnya,

pada pasien dengan penggunaan jangka panjang kateter uretra). Sedangkan pada

dermatologi, penyebabnya termasuk supuratif hidradenitis, ulserasi karena tekanan

skrotum, dan trauma. Ketidakmampuan untuk menjaga kebersihan perineum seperti

Page | 2
pada pasien lumpuh menyebabkan peningkatan risiko. Terkadang akibat trauma,

post operasi dan adanya benda asing juga dapat menyebabkan penyakit.1,2

Pada wanita seperti sepsis aborsi, vulva atau abses pada kelenjar bartholini,

histerektomi, dan episiotomi dapat dicurigai sebagai penyebab fournier gangren.

Pada pria, seks pada daerah anal dapat meningkatkan risiko infeksi perineum, baik

dari trauma tumpul langsung atau dengan penyebaran mikroba dari rektal.1,2

Sedangkan pada anak-anak yang bisa menyebabkan fournier ganggren seperti

sirkumsisi, strangulasi hernia inguinalis, omphalitis, gigitan serangga, trauma,

perirektal abses dan infeksi sistemik.1,2 Kultur dari pasien dengan fournier gangren

adalah infeksi polimikroba dengan rata-rata 4 isolat per kasus. Escherichia coli

adalah aerob dominan, dan Bacteroides adalah anaerob dominan. Mikroorganisme

umum lainnya adalah sebagai berikut3:

a. Streptococcal species

b. Staphylococcal species

c. Enterobacteriaceae

d. Anaerobic organism

e. Fungi

2.3 Faktor resiko

Setiap kondisi yang menekan imunitas seluler dapat mempengaruhi pasien

untuk terjadinya fournier gangren, seperti3:

a. Diabetes mellitus (sebanyak 60% dari kasus)

b. Malnutrisi

c. Alkoholisme

Page | 3
d. Usia lanjut

e. Vascular penyakit panggul

f. Keganasan

g. Lupus eritematosus sistemik

h. Penyakit crohn

i. Infeksi HIV

j. Iatrogenik kekebalan (misalnya terapi jangka panjang kortikosteroid).

2.4 Patofisiologi

Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya fournier

gangren. Pada akhirnya, suatu endarteritis obliterative berkembang menyebabkan

kulit, subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis kemudian berlanjut iskemia

lokal dan proliferasi bakteri. Tingkat kerusakan fasia setinggi 2-3 cm. Infeksi fasia

perineum (fasia colles) dapat menyebar ke penis dan skrotum melalui fasia buck

dan dartos, atau ke dinding perut anterior melalui fasia scarpa, atau sebaliknya.

Fasia colles melekat pada perineum dan posterior diafragma urogenitalia dan lateral

dari ramus pubis, sehingga membatasi perkembangan ke arah ini. Keterlibatan testis

jarang, karena arteri testis berasal langsung dari aorta dan dengan demikian

memiliki suplai darah terpisah dari infeksi lokal.2-4

Infeksi merupakan ketidakseimbangan antara (1) imunitas host, yang sering

terganggu oleh satu atau lebih proses sistemik penyerta, dan (2) virulensi dari

mikroorganisme penyebab. Faktor etiologi memungkinkan untuk masuknya

mikroorganisme ke dalam perineum, sistem imun yang turun memberikan

Page | 4
lingkungan yang baik untuk memulai infeksi, dan virulensi mikroorganisme

mempromosikan penyebaran yang cepat penyakit ini.2-4

Virulensi mikroorganisme hasil dari produksi toksin atau enzim yang

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk multiplikasi mikroba yang cepat,

Meskipun Meleney pada tahun 1924 menjelaskan penyebab infeksi nekrotikans

hanya dari spesies Streptococcus saja, tapi klinis selanjutnya telah menekankan sifat

multiorganisme dari kebanyakan kasus dari infeksi nekrotiknas, termasuk fournier

gangren. Keterlibatan polimikroba diperlukan untuk menciptakan sinergi produksi

enzim yang mempromosikan penyebaran fournier gangren. Sebagai contoh, salah

satu mikroorganisme dapat menghasilkan enzim yang diperlukan untuk

menyebabkan koagulasi dari pembuluh darah.2-4

Trombosis pembuluh darah ini dapat mengurangi suplai darah lokal dengan

demikian suplai oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Hipoksia jaringan yang

dihasilkan memungkinkan pertumbuhan fakultatif anaerob dan organisme

mikroaerofilik. Mikroorganisme kemudian pada gilirannya dapat menghasilkan

enzim (misalnya, lesithinase, kolagenase) yang menyebabkan kerusakan dari fasia,

sehingga memicu perluasan cepat infeksi. Nekrosis fasia adalah awal dasar dari

proses penyakit, hal ini penting untuk sebagai penanda klinis dalam keterlibatan

jaringan. Secara khusus, jika potongan fasia dapat dipisahkan dengan mudah dari

jaringan sekitarnya dengan diseksi tumpul sangat mungkin terlibat dengan proses

iskemik-infkesi, oleh karena itu setiap jaringan harus dieksisi.2-4

Page | 5
2.5 Diagnosis

a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Ciri fournier gangren adalah rasa sakit dan nyeri tekan di alat kelamin.

Perjalanan klinis biasanya berlangsung melalui tahap-tahap berikut3,5,6:

1) Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari

2) Rasa sakit dan nyeri tekan yang berhubungan dengan edema pada kulit

di atasnya yang disertai pruritus

3) Meningkatkan nyeri genital dengan eritema dikulit atasnya

4) Gambaran duski di kulit atasnya (subkutan krepitasi)

5) Gangren jelas dari bagian alat kelamin disertai drainase purulen dari luka

Gambar 2.1 Edema dinding skrotum dan perubahan warna kulit5

Pada awal perjalanan penyakit, rasa sakit tidak sesuai dengan temuan fisik.

Gangren dapat berkembang, tetapi nyeri dapat hilang akibat jaringan saraf

menjadi nekrotik. Efek sistemik dari proses ini bervariasi dari nyeri lokal tanpa

disertai syok septik dan kemerahan. Secara umum, semakin besar derajat

nekrosis, yang lebih mendalam efek sistemik. Pada Pemeriksaan fisik yang

dapat dilakukan adalah palpasi dari alat kelamin, perineum dan pemeriksaan

Page | 6
colok dubur, untuk menilai tanda-tanda penyakit dan untuk mencari potensi

masuknya portal infeksi. Dapat juga ditemukan krepitasi jaringan lunak, nyeri

lokal, ulkus yang disertai eritem, edema, sianosis, indurasi, blister, maupun

gangren. Dari inspeksi kulit tersebut dapat menentukan derajat dari bau amis

yang ditimbulkan akibat infeksi dari bakteri anaerob dan krepitasi yang

disebabkan mikroorganisme Clostridium yang dapat memproduksi gas. Gejala

sistemik dapat terjadi seperti demam, takikardia dan hipotensi.3,5,6

b. Pemeriksaan penunjang

Tabel 1. Fournier Gangrene Severity Index (FGSI)

1) Tes Darah Lengkap

Untuk menilai respon kekebalan yang ditimbulkan oleh proses infeksi

dan untuk memeriksa jumlah dari sel darah merah, dan mengevaluasi potensi

sepsis yang menyebabkan trombositopenia. Profil koagulasi seperti,

prothrombin time (PT), Activated Partial Thromboplastin Time (APTT),

Page | 7
jumlah trombosit, kadar fibrinogen sangat membantu untuk mencari sepsis-

induced koagulopati seperti pada ITP. Kultur darah juga diperlukan untuk

mengetahui jenis mikroba yang terlibat serta menilai keadaan septisemia.3,5,6

2) Foto Polos Radiologi

Foto polos radiologi harus dipertimbangkan untuk mengevaluasi

keberadaan dan luasnya penyakit fournier, terutama jika dari pemeriksaan

klinis tidak dapat disimpulkan. Gas dalam jaringan lunak dapat lebih mudah

terdeteksi modalitas pencitraan dibandingkan dengan pemeriksaan fisik.

Radiografi polos harus menjadi pemeriksaan pencitraan awal. Untuk

mengetahui seberapa besar jumlah gas jaringan lunak, benda asing, atau edema

pada jaringan skrotum. Gas dalam jaringan lunak bermanifestasi sebagai

daerah hiperlusen. Namun, tidak adanya gas (hiperlusen) pada foto polos tidak

dapat menyingkirkan diagnosis.3,5,6

Gambar 2.2 Fournier gangren pada pria umur 32 tahun dengan riwayat nyeri testis dan
infeksi kulit. Pada foto polos radoiografi anteroposterior menunjukkan tanda radiolusen
(panah) dalam jaringan lunak yang melapisi daerah skrotum dan perineum yang dapat
dicurigai sebagai emfisema subkutan5

Page | 8
3) CT-Scan (Computed Tomography)

Meskipun diagnosis Fournier gangren adalah paling sering dibuat

secara klinis, CT-scan dapat membantu pada pasien yang diagnosis tidak jelas

atau sulit untuk menetukan luasnya penyakit. CT-scan memiliki kekhususan

yang lebih besar untuk mengevaluasi penyakit dibandingkan foto polos

radiografi, USG, atau pemeriksaan fisik. CT-scan memainkan peran penting

dalam diagnosis serta evaluasi penyakit, jalur anatomi penyebaran gangren,

akumulasi cairan, abses, emfisema subkutan dan perluasannya yang paling baik

dinilai dengan CT-scan.3,5,6

Gambar 2.3 Fournier gangren pada seorang pria 61 tahun dengan pembengkakan
skrotum, nyeri, dan kemerahan yang bersama dengan nyeri perut.

CT-scan kontrast yang diperbesar menunjukkan skrotum yang mengandung fokus gas
(Panah gambar a) Pada daerah sisi kanan dan kiri terjadi perluasan pada daerah
perineum dan jaringan subkutan dari daerah medial kanan di region glutealis melalui
fasia Colles (panah gambar b).

4) USG (Ultrasonografi)

Gambaran USG pada fournier gangren dinding skrotum menebal

mengandung fokus hiperekoik yang menunjukkan mewakili gas dalam dinding

Page | 9
skrotum. Bukti gas dalam skrotum dinding dapat dilihat sebelum pemeriksaan

fisik yang ditemukan adanya krepitasi. Biasanya juga terdapat hidrokel

unilateral atau bilateral. Testis dan epididimis sering normal dalam ukuran dan

ekotekstur karena vaskularisasi yang berbeda. Jika terdapat keterlibatan testis,

ada kemungkinan sumber infeksi berasal dari intra abdominal atau

retroperitoneal.3,5,6

Gambar 2.4 Fournier gangren pada seorang pria umut 71tahun dengan demam. USG
menunjukkan daerah hyperechoic (panah melengkung) dengan bayangan ang kabur yang
mewakili udara di dinding skrotum dan perineum. Terdapat juga akumulasi cairan (tanda
panah) di jaringan subkutan.3

5) Histopatologis

Biopsi insisional pada saat debridemen memungkinkan jenis patologis

fournier gangren yaitu nekrosis infeksi dari selulitis. Yang pertama akan

mendapat manfaat dari debridement eksisional, sedangkan yang kedua jarang

membutuhkan bedah eksisi. Sampel biopsi harus diambil mencakup kulit dan

fasia superfisialis dan profunda. Sampel ini dapat dikirim untuk frozen section

untuk menilai nekrosis fasia. Keterlibatan fasia muncul sebagai pembengkakan

juga akibat nekrosis pada analisis mikroskopis.3,5,6

Page | 10
Gambar 2.5 Temuan Histologis (mikroskop optic dengan eosin-hematoxilin) necrotizing
fasciitis dari dinding skrotum. Tampak jaringan granulasi. Panah menunjuk ke absen
epidermis, menunjukkan ulserasi. Bagian kulit skrotum hiper-dan parakeratotic memberi
jalan untuk ulserasi luas.3

2.6 Penatalaksanaan

Prinsip terapi pada fournier gangren adalah terapi suportif memperbaiki

keadaan umum pasien, pemberian antibiotik, dan debridemen. Pembedahan

diperlukan untuk diagnosis definitif dan eksisi jaringan nekrotik. Pada pasien

dengan gejala sistemik terjadi hipoperfusi atau kegagalan organ, resusitasi agresif

untuk memulihkan perfusi organ normal harus lebih diutamakan daripada prosedur

diagnostik. Menyediakan manajemen jalan nafas jika ada indikasi, berikan oksigen

tambahan, dan membangun intravena (IV) akses dan pemantauan jantung terus

menerus. Pengganti kristaloid diindikasikan untuk pasien yang mengalami

dehidrasi atau menunjukkan tanda-tanda syok.7,8

a. Antibiotik

Pengobatan Fournier gangren melibatkan antibiotik spektrum luas.

Spektrum harus mencakup staphylococci, streptokokus, Enterobacteriaceae

Page | 11
organisme, dan anaerob. Dimana secara empiris ciprofloksasin dan klindamisin

dapat digunakan. Klindamisin sangat berguna dalam pengobatan nekrosis jaringan

lunak infeksi karena spektrum gram positif dan anaerob. Klindamisin telah terbukti

untuk menghasilkan tingkat respons unggul daripada penisilin atau eritromisin.

Pilihan lain yang mungkin termasuk ampisilin/sulbaktam, tikarsilin/klavulanat,

atau piperasilin/tazobactam dalam bentuk kombinasi dengan aminoglikosida dan

metronidazole atau klindamisin. Vankomisin dapat digunakan untuk methicillin-

resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Dalam kasus yang berhubungan dengan

sindrom sepsis, terapi dengan imunoglobulin intravena (IVIG), yang diduga untuk

menetralisir superantigens (misalnya, streptotoxins A dan B) diyakini mengurangi

respon sitokin berlebihan, telah terbukti menjadi pembantu yang baik untuk

antibiotik dan bedah debridemen. Jika pada tes kalium hidroksida [KOH]

menunjukkan adanya jamur, tambahkan agen empirik anti jamur seperti amfoterisin

B atau caspofungin.7-9

b. Debridemen

Tujuan debridemen adalah mengangkat seluruh jaringan nekrosis

(devitalized tissue). Sebelum dilakukan debridement sebaiknya dicari sumber

infeksi dari uretra atau dari kolorektal dengan melakukan uretroskopi atau

proktoskopi. Kadang-kadang perlu dilakukan diversi urine melalui sistotomi atau

diversi feces dengan melakukan kolostomi. Setelah nektrotomi, dilakukan perwatan

terbuka dan kalau perlu pemasangan pipa drainase. Setelah 12 dan 24 jam dilakukan

evaluasi untuk menilai jaringan nekrosis dan kalau perlu dilakukan operasi ulang.

Page | 12
Debridement yang kurang sempurna seringkali membutuhkan operasi ulang

bahkan dilaporkan dapat terjadi dua atau empat kali harus masuk kamar operasi.8-9

Perawatan luka pasca operasi dengan hidroterapi dengan kombinasi rendam

duduk hangat, dan pemberian hydrogen peroksida. Pemberian madu yang belum

diproses berguna dalam membersihkan jaringan nekrosis secara enzimatik

mengurangi bau, mampu mensterilkan luka, menyerap air dari luka dan

memperbaiki oksigenasi jaringan dan meningkatkan epitelisasi.8-9

Gambar 2.6 Ektensif debridemen dari Fournier gangren5

c. Oksigen Hiperbarik

Oksigen hiperbarik (HBO) telah digunakan sebagai tambahan dalam

pengobatan Fournier gangren. Protokol yang biasa digunakan antara lain: ismultiple

sesi sebesar 2,5% 90 min dan atmfor 100 oksigen inhalasi setiap 20 menit. HBO

meningkatkan kadar tekanan oksigen dalam jaringan dan memiliki efek

menguntungkan berbagai penyembuhan luka. Oksigen radikal bebas adalah

jaringan dari hipoksik yang dibebaskan, yang secara langsung beracun terhadap

bakteri anaerob. Aktifitas fibroblast yang meningkat dengan angiogenesis dapat

Page | 13
mempercepat penyembuhan luka. Ini merupakan kontraindikasi untuk ruang vakum

udara di dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan karena ekspansi setelah

kembali tekanan atmosfer normal, seperti sinusitis, otitis media, asma, dan penyakit

paru bulosa. Pada pasien diabetes, seperti hipoglikemia dapat diperburuk oleh

HBO.8-10

d. Rekonstruksi Bedah

Tergantung pada tingkat kecacatan kulit, pilihan dalam rekonstruksi

menjahit, ketebalan kulit perpecahan pencangkokan, atau vaskularisasi

miomukotaneus pedikel. Cacat kecil dapat ditutup oleh penjahitan primer, terutama

dikulit yang lentur seperti pada skrotum. Kecacatan besar biasa paling sering timbul

saat pencangkokan kulit. Kulit kaki yang sehat, pantat, dan lengan dapat digunakan

untuk pencangkokan. Cacat pada kulit batang penis harus terhindar dari

pencangkokkan untuk mencegah pembentukan bekas luka fibrosis karena

berhubungan dengan masalah ereksi. Pada cacat yang luas, terutama di mana tendon

yang terkena vaskularisasi miokutaneus harus digunakan. Pada daerah medial paha

misalnya myocutaneous gracilis flap pedikel dapat memberikan hasil terbaik karena

dapat menutup kedekatan dengan mobilitas dan perineum yang baik. Flaps lain

yang menggunakan arteri epigastrika inferior juga dapat dipertimbangkan.8-10

Pada pria dengan penyakit striktur uretra yang mendasarinya, uretroplasti

mungkin sangat sulit atau tidak mungkin karena kehilangan kulit penoskrotal yang

cukup luas dan bahkan dari uretra sendiri. Mukosa bukal dapat digunakan untuk

merekonstruksi uretra, tetapi dalam beberapa kasus dengan jaringan yang luas

Page | 14
tidaklah mendapatkan hasil memuaskan, uretrostomi perineum permanen mungkin

solusi terbaik.8-10

Gambar 2.7 Transplantasi kulit pada Fournier gangrene5

2.7 Komplikasi

Sepsis mungkin karena debridemen yang tidak lengkap, infeksi sistemik, atau

respon yang kurang baik. Banyak pasien yang gagal karena kekebalan organ yang

merupakan konsekuensi paling ditakuti pada kasus sepsis yang belum terselesaikan

dan biasanya melibatkan paru, kardiovaskular, sistem ginjal, koagulopati,

kolesistitis acalculous, dan cedera serebrovaskular. Miositis dan mionekrosis dari

paha atas dapat terjadi sebagai akibat sepsis yang berasal dari kantong testis

subkutan saat dilakukan debridemen. Komplikasi akhir meliputi3,9,10:

a. Chordee, ereksi yang menyakitkan, dan disfungsi ereksi

b. Infertilitas akibat memindahkan testis di paha kantong (suhu tinggi)

c. Karsinoma sel skuamosa pada jaringan parut

d. Imobilisasi dengan kontraktur yang lama

e. Perubahan sekunder pada perubahan tubuh karena gangguan depresi

dismorfik

Page | 15
f. Lymphodema dari kaki sekunder untuk debridement panggul yang

selanjutnya thrombophlebitis.

2.8 Prognosis

Kecacatan pada skrotum, perineum, penis, dan kulit di perut memerlukan

prosedur rekonstruksi. Prognosis untuk pasien setelah rekonstruksi Fournier

gangren biasanya baik. Skrotum memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan

regenerasi setelah infeksi dan terjadi nekrosis. Namun demikian, sekitar 50% dari

laki-laki dengan keterlibatan penis mengalami sakit dengan ereksi, sering

berhubungan dengan jaringan parut pada daerah genital. Jika jaringan lunak yang

luas hilang, mungkin terjadi gangguan pada drainase limfatik, sehingga terjadi

edema dan selulitis.3,10

Fournier Gangrene Severity Index (FGSI) mendasar pada penyimpangan dari

rentang referensi parameter klinis berikut: suhu, denyut jantung, pernapasan

tingkat, darah putih jumlah sel, hematokrit, serum natrium, serum kalium, serum

kreatinin, serum bikarbonat.3,9,10

Resiko kematian berbanding lurus dengan usia pasien dan tingkat toksisitas

sistemik pada saat masuk, serta keterlibatan jaringan lokal. Prognosis yang lebih

baik ada pada usia yang lebih muda dari 60 tahun, penyakit klinis lokal, tidak

adanya toksisitas sistemik (misalnya, FGSI rendah), dan kultur darah steril. Pada

penyakit diabetes dan infeksi HIV tidak terkait dengan kematian yang lebih tinggi.

Dalam beberapa penelitian, Fournier gangren yang berasal dari penyakit anorektal

Page | 16
membawa prognosis yang lebih buruk daripada kasus yang disebabkan oleh faktor-

faktor lain.3,9,10

Tingkat kematian dilaporkan untuk Fournier gangren bervariasi mulai setinggi

75%. Namun, dalam 600 kasus Fournier gangren ditemukan 100 kematian terjadi

untuk tingkat kematian 16,5%. Dalam seri yang mencakup lebih dari 20 pasien,

angka kematian berkisar 4-54%, dengan sebagian besar studi melaporkan tingkat

kematian dari 20-30%. Faktor yang terkait dengan kematian yang tinggi termasuk

sumber anorektal, usia lanjut, penyakit yang luas (melibatkan dinding perut atau

paha), syok atau sepsis pada presentasi, gagal ginjal, dan disfungsi hati. Kematian

biasanya terjadi akibat penyakit sistemik seperti sepsis (biasanya gram negatif),

koagulopati, gagal ginjal akut, diabetik ketoasidosis, atau kegagalan organ

multipel.3,9,10

Page | 17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fournier gangren merupakan gangren akibat infeksi beberapa kuman yang

secara sinergis menyerang skrotum, perineum, kadang sampai abdomen bawah.

Ciri fournier gangren adalah rasa sakit dan nyeri tekan di alat kelamin. Infeksi ini

menimbulkan nekrosis yang luas dan penderitanya dapat mengalami syok septik.1,3

Prinsip terapi pada fournier gangren adalah terapi suportif memperbaiki

keadaan umum pasien, pemberian antibiotik spektrum luas, dan debridemen.

Setelah debridement biasanya diperlukan skin graft untuk menutup defek.

Pembedahan diperlukan untuk diagnosis definitif dan eksisi jaringan nekrotik.8-10

Prognosis untuk pasien Fournier gangren setelah rekonstruksi biasanya

baik. Resiko kematian biasanya terjadi akibat penyakit sistemik seperti sepsis

(biasanya gram negatif), koagulopati, gagal ginjal akut, diabetik ketoasidosis, atau

kegagalan organ.8-10

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal FG RSU
    Jurnal FG RSU
    Dokumen11 halaman
    Jurnal FG RSU
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • Analisis Gas Darah
    Analisis Gas Darah
    Dokumen26 halaman
    Analisis Gas Darah
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • Fournier Gangren: Referat
    Fournier Gangren: Referat
    Dokumen26 halaman
    Fournier Gangren: Referat
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • Souk
    Souk
    Dokumen9 halaman
    Souk
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • HJKH
    HJKH
    Dokumen15 halaman
    HJKH
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen55 halaman
    Referat
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat
  • Ilm 2
    Ilm 2
    Dokumen25 halaman
    Ilm 2
    Ulen Mahulette
    Belum ada peringkat