ADHD
ADHD
peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak
lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah,
tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap
seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah
suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
Daftar isi
1 Epidemiologi
2 Patogenesis
o 2.1 1. Faktor lingkungan/psikososial
o 2.2 2. Faktor genetik
o 2.3 3. Gangguan otak dan metabolisme
o 2.4 Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
3 Gejala Klinis
o 3.1 3 Gejala Utama ADHD
3.1.1 1. Inatensi
3.1.2 2. Hiperaktif
3.1.3 3. Impulsive
o 3.2 Gejala-gejala Lain
3.2.1 4. Sikap menentang
3.2.2 5. Cemas
3.2.3 6. Problem sosial
4 Riwayat yang Diduga ADHD
o 4.1 1. Masa baby – infant
o 4.2 2. Masa prasekolah
o 4.3 3. Usia sekolah
o 4.4 4. Adolescent
5 Tatalaksana
o 5.1 - Terapi Obat-obatan
o 5.2 - Terapi nutrisi dan diet
o 5.3 - Terapi biomedis
o 5.4 - Terapi behaviour
6 Referensi
Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %.
Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika
Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.
Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya
dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme).
1. Faktor lingkungan/psikososial
a. Konflik keluarga.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.
2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada
kromosom 11p.
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi
oligodendrosit.
Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan
epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita,
selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang
tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori
lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh
berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan kontrol aktivitas diri.
Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD
sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan
cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi
seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka
membenturkan kepala, dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih
besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan
konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak
bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka
menyakiti diri sendiri, dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak
pada perilaku seorang anak.
1. Inatensi
a. Banyak bicara.
g. Suka teriak-teriak
3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak
sabar). Seperti,
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
Gejala-gejala Lain
4. Sikap menentang
seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
seperti,
b. Cenderung emosional.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
6. Problem sosial
seperti,
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Suka menjengkelkan
- Sulit berkonsentrasi
- Impulsif
4. Adolescent
Tatalaksana
Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh,
dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-
obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah,
- Terapi Obat-obatan
Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan
antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine.
- Terapi nutrisi dan diet
- Terapi biomedis
- Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan
memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.
Referensi
http://www.klikdokter.com/illness/detail/47
http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
Kategori:
Kelainan saraf