Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2
macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut
karbunkel
ginjal
pada
umumnya
disebabkan
oleh
penyebaran
infeksi
kumanStafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem
saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi
secara asending oleh bakteri E. Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini
seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal
adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3).
Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan
abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga
pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke
rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
a.
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c.
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
a.
Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c.
Terdapat gangguan sistem kekebalan.
1.5 Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.
1.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a. Nyeri pinggang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi
saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada
daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah
menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d. pengkajian psikososiokultural
adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan
akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi
meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal
sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien
mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.
Palpasi. Didapatkan
adanya
massa
pembesaran
ginjal
pada
costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran
nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
2. Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana keperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses
renal
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Kriteriahasil : - Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol
- Skala nyeri 0-4
- Raut wajah rileks
HE :
1. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
mengurangi persepsi nyeri
2. Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt
menurunkan nyeri sekunder
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis dalam
1. Mempercepat
penyembuhan,
pemberian obat analgetik sesuai indikasi
mengurangi nyeri
Observasi:
1. Kaji nyeri menggunakan PQRST
untuk
Observasi :
1. Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien
2. Memantau keadaan pasien
Tujuan
K.H
Mandiri:
1. Beri kompres air hangat
2. Pertahan kantirah baring total
1.
2.
H. E :
1.
1. anjurkan pasien untuk banyak minum
2. Anjurkan pasien memakain pakaian
2.
yang tipis
Kolaborasi :
1.
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic
Observasi :
1. Monitor suhu tubuh
Mandiri :
Memvasodilatasi pembuluh darah
Mengurangi peningkatan metabolisme
umum yang memberikan dampak terhadap
peningkatan suhu tubuh secara sistemik
HE :
Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam
tubuh
Untuk mempercepat evaporasi sehingga
terjadi proses penguapan
Kolaborasi :
Untuk
mempercepat
penyembuhan,
menurunkan suhu tubuh
Observasi :
1. Mengetahui
/mengontrol
adanya
peningkatan suhu tubuh untuk di berikan
intervensi selanjutnya
2. Memantau keadaan pasien
HE :
Membantupemenuhan nutrisi peroral
pasien
Mencegah kelelahan pasien saat makan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida
1.
Observasi :
1.
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi
perubahan di dalam lambung seperti mual,
muntah. Observasi perubahan pergerakan
usus, misalnya : diare, konstipasi
Kolaborasi :
Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
Mengetahui
Fungsi
system
gastrointestinal penting untuk pemasukan
makanan
HE :
1. Ajarkan pasien untuk mobilisasi
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Mempercepat adanya peningkatan aktivitas
1. Rencanakan tindakan dengan tim medis lain pasien
untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi Observasi :
yang tepat
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
Observasi :
aktivitas pasien
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H
: - Pasien menyatakan kecemasan berkurang
- Mengenal perasannya
- Kooperatif dalam tindakan
- W ajah tampak rileks
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Mandiri :
1. Beri lingkungan yang tenang dan suasana
1. Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
penuh istirahat
perlu
2. Beri kesempatan kepadapasien untuk
2. Dapatmenghilangkanketegangan
terhadap
mnegungkapkan perasaannya
kekawatiran yang tidak diekspresikan
3. Memberikan waktuuntuk mengekspresikan
3. Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat perasaan, menghilangkan kecemasan dan
perilaku adaptasi
HE :
HE:
1. Menurunkan kecemasan pada
1. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang tindakan yang akan dilakukan
akan dilakukan selama perawatan
setiap
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengantim medis lain dalam
1. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
pemberian obat anti cemas sesuai indikasi
kecemasan
Observasi :
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, Observasi :
damping pasien dan lakukan tindakan bila
1. Relaksasiverbal/nonverbal
dapat
menunnjukkan perilaku merusak
menunjukkan rasa agitasi,marah, gelisah