Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini
biasanya individu sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya. Batasan lanjut usiamenurut UU No. 13 tahun 1998 adalah 60
tahun. Sedangkan Badan kesehatan dunia(WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses menua yangberlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia (Wahyunita & Fitrah,2010).
Peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak
lebih banyak terhadap terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Dampak
terbesar individu, karenapengaruh proses menua sering terjadi berbagai
masalah baik secara fisik biologi, mentalmaupun sosial ekonomi
(Nugroho, 2008). Persoalan–persoalan hidup yang menderalanjut usia
seperti kematian pasangan hidup, persoalan keuangan yang berat,
pindah,dan dukungan sosial yang buruk dapat memicu terjadinya depresi
pada lansia(Darmodjo, 2000 dalam Kristyaningsih, 2011).
Terapi modalitas juga dapat membantu individu dalam
memecahkan masalah sehingga individu lebih adaptif. Salah satujenis
terapi modalitas adalah Life Review Therapy. Menurut jones (2008, dalam
Setyoadidan Kushariyadi, 2011), Life Review Therapy merupakan
penanganan yangdirekomendasikan untuk lansia dengan depresi. Life
Review Therapy adalah suatufenomena yang luas sebagai gambaran
pengalaman kejadian, dimana di dalamnyaseseorang akan melihat secara
cepat tentang totalitas riwayat kehidupannya. Terapi life review membantu
seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjangdi mana akan terjadi
mekanisme recall tentang kejadian pada kehidupan masa lalu
hinggasekarang. Dengan cara seperti ini, lansia akan lebih mengenal siapa
dirinya dan denganrecall tersebut, lansia akan dapat mempertimbangkan
untuk dapat mengubah kualitashidup menjadi lebih baik dibandingkan
sebelumnya (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
2. Mengetahui apa saja tujuan dari Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
3. Mengetahui apa prinsip Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
4. Mengetahui apa saja jenis Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
5. Mengetahui apa saja metode Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
6. Mengetahui apa terapis untuk Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
7. Mengetahui bagaimana pelaksanaan Terapi Life Review (Terapi
Telaah Pengalaman Hidup)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari Terapi Life Review (Terapi
Telaah Pengalaman Hidup)
3. Untuk mengetahui apa prinsip Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
4. Untuk mengetahui apa saja jenis Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
5. Untuk mengetahui apa saja metode Terapi Life Review (Terapi Telaah
Pengalaman Hidup)
6. Untuk mengetahui apa terapis untuk Terapi Life Review (Terapi
Telaah Pengalaman Hidup)
7. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Terapi Life Review
(Terapi Telaah Pengalaman Hidup)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman Hidup)


Telaah Pengalaman Hidup merupakan peninjauan retrospectif atau
eksistensi, pebelajaran kritis dari sebuah kehidupan, atau melihat sejenak
kehidupan lampau seseorang. Telaah Pengalaman Hidup adalah
membangun kembali peristiwa hidup ke dalam cerita hidup yang lebih
positif (Wheeler, 2008). Telaah pengalaman hidup lebih memberi
kesempatan pada lansia untuk melakukan evaluasi dan analisis peristiwa
hidup di masa lampau ataupun saat ini yang berkesan bagi lansia sehingga
penerimaan diri dan rasa damai dapat terpenuhi.
Terapi telaah pengalaman hidup mempunyai fungsi positif
psikoterapeutik dengan memberikan kesempatan kepada lansia untuk
menyelesaikan masalah, mengorganisasi dengan tahapan ventilasi
(mengekspresikan) atau usaha awal untuk penyelesaian masalah,
eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang lampau
(menggali lebih dalam masalahnya), elaborasi atau meluaskan dengan
difokuskan pada gambaran yang lebih rinci dari masalah, ekspresi
perasaan yang disupresikan sehingga energi psikis tersebut dilepaskan,
menerima masalahnya bila ekspresi perasaan tersebut sempurna dan
memadai,mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai
sistem, kepercayaan, dan fantasi. Hasil akhir dari mengenang kehidupan
yang lalu adalah untuk melepaskan energi (emosi dan intelektual sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini).
Terapi telaah pengalaman hidup merupakan pedoman secara
progresif kembali pada kesdaran di masa lalu. Telaah pengalaman hidup
dapat dilakukan dalam bentuk kelompok ataupun individu. Dalam terapi
secara kelompok telaah pengalaman hidup dapat mendorong setiap
anggota kelompok untuk secara positif saling mendukung dan saling
belajar yang menguntungkan dari anggota kelompok yang lain.
Kekohesifan dala kelompok dan adanya saling berbagi dala kelompok
dapat meningkatkan rasa harga diri dan perasaan saling memiliki (Stuart,
2009).
Telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang terstruktur
dengan menekankan dan memperhatikan analisa peristiwa hidup, dimana
perawat membantu pasien untuk melihat arti dari pengalaman hidup dan
memecahkan konflik dan perasaan tentang kehidupan. Telaah pengalaman
hidup membantu lansia untuk mencapai integritas ego dan identitas
kebijaksanaan diri sebagai tujuan dari tahap akhir kehidupan (Stuart,
2009).
Sirey dan Kenzie (2007) menjelaskan bahwa terapi telaah
pengalaman hidup merupakan intervensi yang berkaitan dengan
pencapaian tahap kehidupan psikososial Erickson, dimana individu
berjuang untuk menyeimbangkan konflik kehidupan pada tahapan hidup
untuk mencapai keberhasilan tahap kehidupan sehingga mampu mencapai
tahap kehidupan berikutnya dengan menyelesaikan konflik. Pada taap
akhir kehidupan dewasa, individu berusaha mencapai integritas diri.
Terapi telaah pengalaman hidup membuat individu mengenal seberapa
baik mereka mengatur konflik pada tiap tahap kehidupan dan memberi arti
pada tiap tahap keidupan.
Terapi telaah pengalaman hidup mengintegrasikan pengalaman-
pengalaman pada masa kini dan masa yang akan datang. Hasil dari
integrasi ini adalah penerimaan diri, identitas diri yang kuat dan memberi
arti dan makna hidup. Terapi telaah pengalaman hidup sangat efektif
diberikan pada masalah-masalah perilaku, depresi dan penurunan
perhatian pada populasi lanjut usia.
B. Tujuan Terapi Life Review (Terapi Telaah Penglaman Hidup)
Tujuan terapi telaah penglaman hidup menurut Wheeler (2008)
yaitu untuk pencapaian integritas pada lansia, meningkatkan harga diri,
menurunkan depresi meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan damai.
Menurut Keliat dkk (1995) tujuan terapi telaah pengalaman hidup
adalah untuk melepaskan energi (emosi dan intelektual sehingga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini).
Menurut Sirey dan Kenzie (2007) tujuan akhir dari terapi telaah
pengalaman hidup adalah penerimaan diri, identitas diri yang kuat dan
memberi arti dan makna hidup. Terapi telaah pengalaman hidup
merupakan proses yang berguna untuk mencapai kepuasan hidup,
integritas diri, menerima konflik dalam hidup seseorang.

C. Prinsip Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman Hidup)


Terapi telaah pengalaman hidup menolong individu untuk melihat
jauh ke dalam masa-masa perkembangan mereka dan melihat ciri menjadi
individu seperti apakah mereka saat ini. Telaah pengalaman hidup
membantu individu untuk menyatakan dan mengenali apa yang telah
mereka pelajari dari pengalaman negatif dan positif melalui proses
penyelesaian masalah dan makna hidup mereka (Westerhof, Bohlmeijer &
Webster, 2010).
Prinsip paling penting pada terapi telaah pengalaman hidup adalah
konflik yang belum diselesaikan dimana telaah pengalaman hidup
merupakan kesempatan terakhir bagi individu untuk menyelesaikan
konflik dan untuk memahami konflik-konflik kehidupan sebelumnya.
Kunci dari terapi telaah pengalaman hidup adalah memberikan
kesempatan untuk klien mengulang kembali pengalaman dari ingatan masa
lalu, dengan berbagi ingatan dan mengulang kembali pengalaman masa
lalu dapat membantu lansia untuk menyampaikan emosi positif mereka
dan meningkatkan kesadaran diri mereka melalui penerimaan hidup
(Michaell, 2009).
Michaell (2009) menggambarkan telaah pengalaman hidup
merupakan sebuah proses yang terdiri dari 4 bagian komponen yang akan
saling berkaitan yaitu:
1. Mengingat (remembering), dimana menjadi sadar akan adanya ingatan
yang menyenangkan dalam hidup.
2. Memanggil kembali (recall), berbagi memori dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal.
3. Meninjau ulang (review), melakukan evaluasi ingatan lampau.
4. Membangun kembali (reconstruction), mewakili memori dalam bentuk
yang dimodifikasi.
Keliat dkk (1995) menyebutkan tahapan pada telaah pengalaman
hidup yaitu dengan:
1. Ventilasi (mengekspresikan) atau usaha awal untuk penyelesaian
masalah.
2. Eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang lampau.
3. Elaborasi atau meluaskan dengan difokuskan pada gambaran yang lebih
rinci dari masalah.
4. Katarsis yaitu ekspresi perasaan yang disupresikan sehingga energi
psikis tersebut dilepaskan.
5. Menerima masalahnya bila ekspresi perasaan tersebut sempurna dan
memadai.
6. Mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistem,
kepercayaan dan fantasi. Hasil akhir dari telaah pengalaman hidup
adalah untuk melepaskan energi (emosi dan intelektual) sehingga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini.

D. Jenis Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman Hidup)


Lehman, Capezuri, & Gillespie (2011) menyeburkan bahwa
intervensi terapi telaah pengalaman hidup dapat dilakukan melalui 2 cara
yaitu bercerita (Oral dialogue) dan menulis (writing).
1. Bercerita (oral dialoge)
Telaah pengalaman hidup melalui bercerita dapat dijelaskan
sebagai proses mengingat kembali (recalling) dan menceritakan
kembali tentang kehidupan seseorag dari masa anak-anak hingga masa
saat ini. Proses telaah pengalaman hidup dengan bercerita ini dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pertama pendekatan individual
antara orang yang bercerita dengan terapis sebagai pendengar.
Pendekatan kedua yaitu interaksi dalam kelompok dengan pemimpin
fasilitator kelompok yang terlatih sekaligus sebagai terapis dalam
kelompok. Pendekatan harus secara eksplisit tentang cerita hidup ke
arah identitas diri yang positif meliputi review yang sistematis dari
peristiwa hidup mulai masa anak-anak hingga masa kini. Interaksi
dalam kelompok dapat dilakukan dengan tehnik seperti permainan dan
bergiliran. Interaksi secara kelompok dapat memberikan keuntungan
terapeutik seperti dukungan sosial dari anggota.
2. Menulis (Writing)
Tulisan terapeutik merupakan sebuah terapi ekspresi yang
menggunakan tindakan menulis dan proses menulis kata-kata. Individu
diminta untuk menuliskan tentang emosi atau peristiwa hidup yang
traumatik tanpa berlebih-lebihan atau dibuat-buat untuk menyingkap
suasana perasaan (emosi) individu. Pada cara lain individu diminta
untuk menuliskan hidup mereka secara sistematik, kronologis yang
berisikan emosi (suasana perasaan) dengan sebuah petunjuk untuk
menulis “guided autobiography”.

E. Metode Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman Hidup)


Metode yang digunakan sebagai pemicu “trigger” memori pada
lansia dalam telaah pengalaman hidup menurut Michell (2009) yaitu:
1. Autibiographical retrieval yaitu dengan menulis dan berbagi
autobiografi (riwayat hidup).
2. Structured yaitu terstruktur dari masa anak-anak, dewasa hingga lansia.
3. Creative yaitu memecahkan konflik dari masa lalu dan mambuat
keseimbangan hidup dengan menggunakan cerita, puisi, atau
menggambar. Individu diminta untuk menemukan kiasan, gambaran
atau cerita yang mensimbolkan dan representasi subjektifitas arti
terdalam dari hidup mereka.
4. Focused reflection yaitu telaah pengalaman hidup dengan
menggunakan visual gambar dengan kategori tema yang spesifik seperti
hari sekolah, binatang, makanan, liburan, hiburan, dan transportasi.

F. Terapis Untuk Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman Hidup)


Terapi telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang
memerlukan kemampuan khusus terapis untuk mengetahui cara mengatasi
dan membina hubungan terapeutik terhadap penyelesaian setiap sesi dalam
terapi telaah pengalaman hidup, karena diperlukan keahlian memahami
stressor dan penyelesaian stressor saat berada dalam sesi terapi.
Menurut Stuart (2009) terapi telaah pengalaman hidup merupakan
terapi yang terstruktur dengan menekankan dan memperhatikan analisa
peristiwa hidup, dimana perawat membantu pasien untuk melihat arti dari
pengalaman hidup dan memecahkan konflik dan perasaan tentang
kehidupan untuk mencapai integritas ego dan identitas kebijaksanaan diri
sebagai tujuan dari tahap akhir kehidupan.

G. Pelaksanaan Terapi Telaah Pengalaman Hidup


1. Tehnik Pelaksanaan Terapi Life Review (Terapi Telaah Pengalaman
Hidup)
Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup tidak ada yang
sama dan bervariasi dalam pelaksanaannya. Kesamaan adalah pada
pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup meliputi tahapan
kehidupan dari Erickson. Menurut Wheeler (2008) pelaksanaan terapi
pengalaman hidup mengacu pada Haight dan Olson (1989) yang
dikenal dengan Haight’s Life Review and Experiencing Form dan
disarankan untuk terstruktur berdasarkan tahap perkembangan
kehidupan yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia.
Burnside dan Haight (1992) dalam Wheeler (2008) menyarankan
untuk menggunakan foto, buku, autobiografi yang ditulis sendiri
ataupun jurnal, kaset atau video dan surat untuk mendatangkan
kembali ingatan.
Berdasarkan Haight dan Olson (1989) dalam Wheeler (2008)
pertanyaan yang dapat diajukan pada terapi telaah pengalaman hidup
sesuai tahap perkembangan hidup yaitu:
1. Sesi 1: menceritakan kembali masa anak-anak dan orang tua di mas
anak-anak.
Menceritakan masa anak-anak dan apa yang diingat dan paling
berkesan dari orang tuanya dan saudara-saudaranya saat masih
anak-anak. Tujuan dari sesi 1 ini adalah agar lansia mampu
mengidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa
keberhasilan/peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang
tidak menyenangkan di masa anak-anak yang paling berkesan dan
bagaimana orang tua mereka mengasuh mereka saat masih anak-
anak. Metode yang digunakan dalam sesi 1 ini adalah diskusi, tanya
jawab, dan instruksi.
2. Sesi 2: menceritakan masa remaja, siapa orang yang paling penting
dalam hidup di masa remaja dan mengingat kembali apakah pernah
merasa sendiri.
Menceritakan kembali orang yang paling penting dalam hidupnya
di masa masih remaja dan menceritakan perasaan diri saat menjadi
seorang remaja dan menceritakan hal yang paling tidak
menyenangkan tentang menjadi seorang remaja dan hal terbaik
tentang menjadi seorang remaja. Tujuan dari sesi 2 ini adalah lansia
mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa
keberhasilann/peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang
tidak menyenangkan di masa remaja. Metode yang digunakan
dalam sesi 2 ini yaitu diskusi, tanya jawab, instruksi.
3. Sesi 3: menceritakan masa dewasa, pekerjaan yang pernah dijalani
dan menilai pekerjaan yang pernah dijalani.
Mengungkapkan kembali masa dewasa mengenai pengalaman
pekerjaan yang pernah dijalani dan masa memulai kehidupan baru
dengan pasangan. Tujuan dari sesi 3 ini adalah lansia mampu
engidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa yang
menyenangkan dan peristiwa yang tidak menyenangkan di masa
dewasa. Metode yang digunakan dala sesi 3 ini yaitu dengan
diskusi, tanya jawab, dan instruksi.
4. Sesi 4: menceritakan masa lansi, menceritakan kejadian yang
menyenangkan dan menyedihkan yang pernah dijalani.
Mengungkapkan kejadian yang menyenangkan dan peristiwa yang
tidak menyenangkan atau kesedihan di masa lansia dan apa yang
dapat dipelajari dari kejadian tersebut. Tujuan dari sesi 4 ini adalah
lansia mampu engidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa yang
menyenangkan dan peristiwa yang tidak menyenangkan di masa
dewasa. Metode yang digunakan dala sesi 3 ini yaitu dengan
diskusi, tanya jawab, dan instruksi.

The Hospice dari Suncoat Florida (2000) yang mengadaptasi Form


Barbara Heihgt Life Review membagi menjadi 4 tahapan yaitu:

1. Masa kecil
a. Apa yang anda ingat ketika anda masih kecil?
b. Seperti apakah kehidupan anda saat itu?
c. Siapakah yang merawat anda saat masih kecil?
d. Apa yang anda sukai?
e. Apa anda emiliki saudara atau saudari?
f. Jika anda memiliki saudara atau saudari, seperti pakah masing-
masing dari mereka menurut anda?
g. Dimana anda tinggal saat masih kecil?
2. Masa remaja
a. Apa yang anda ingat tentang menjdi seorang remaja?
b. Dimana anda pergi ke sekolah?
c. Apa yang anda sukai di sekolah?
d. Siapakah teman-teman terdekat anda?
e. Apakah ada seseorang yang anda kagumi?
f. Bagaimanakah hubungan anda dengan orang tua anda?
g. Siapakah cinta pertama anda?
h. Apa hal yang paling tidak menyenangkan tentang menjadi
seorang remaja?
i. Apa hal terbaik tentang menjadi seorang remaja?
3. Masa dewasa
a. Seperti apakah kehidupan anda di usia 20 dan 30 an?
b. Seperti apakah anda saat itu?
c. Apa yang anda gemari?
d. Apakah anda kuliah?
e. Apakah ada seseorang yng berbagi hidup dengan anda?
f. Bagaimana anda bertemu?
g. Apakah jenis pekerjaan yang anda lakukan?
h. Apakah tantangan yang dihadapi dalam tahun dewasa anda?
i. Siapakah teman-teman terdekat anda?
j. Apakah ada masa dimana anda tidak mampu
mengartikan/memaknai hidup anda?
k. Dimana anda tinggal di masa dewasa anda?
l. Apakah anda memiliki anak?
m. Apa yang nda ingat tentang masing-masing anak anda?
n. Apakah ada kegiatan agama yang pernah anda ikuti?
o. Apakah kegiatan agama itu merupakan bagian penting dari hidup
anda?
p. Apakah ada beberapa peristiwa penting yang anda ingat?
4. Masa lansia
a. Apa prestasi terbesar anda?
b. Jika anda akan menjalani hidup lagi, apa yang anda lakukan
secara berbeda? Apakah sama?
c. Apakah masa yang tidak menyenangkan atau menyedihkan dalam
hidup anda?
d. Apa yang anda pelajari darinya?
e. Apa masa terindah dala hidup anda?
f. Apakah hal yang paling sulit yang ada dalam hidup anda di masa
lansia?
g. Ceritakan tentang pengalaman anda hidup dengan penyakit
terminal dan berdamai atau menerima dengan kematian anda
sendiri. Apakah anda memiliki kata lain kebijaksanaan yang anda
ingin sampaikan? (The Hospice Suncoat Florida, 2000).

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Terapi Life Review (Terapi Telaah


Pengalaman Hidup)
Tempat pelaksanaan terapi pengalaman hidup dapat dilaksanakan pada
ruang khusus seperti wisma panti, ruang tidur lansia, ataupun ruang
kegiatan lainnya yang tersedia dengan suasana yang tenang, nyaman,
dan privacy terjaga. Jumlah sesi dalam terapi telaah pengalaman hidup
sebanyak 4 sesi dan dilaksanakan tergantung pada kemajuan tiap sesi
dari lansia saat mengikuti kegiatan sesi terapi. Setiap pertemuan
kembali mengulang pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan
kembali lansia setiap sesi terapi dan tujuan kegiatan. Waktu
pelaksanaan setiap sesi terapi dilaksanakan 25-30 menit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telaah Pengalaman Hidup merupakan peninjauan retrospectif atau
eksistensi, pebelajaran kritis dari sebuah kehidupan, atau melihat
sejenak kehidupan lampau seseorang. Telaah Pengalaman Hidup
adalah membangun kembali peristiwa hidup ke dalam cerita hidup
yang lebih positif (Wheeler, 2008).
Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
menfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas
adalah penerimaan tanggungjawab pribadi yang dipersamakan dengan
kesehatan mental. Glasser mengembangkan terapi realitas dari
keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar
berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru. Terapi realitas yang
menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang
untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu “identitas
keberhasilan” dapat diterapkan psikoterapi, konseling pengajaran,
kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga,
perkembangan masyarakat.
B. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat
kesehatan dengan taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan, oleh karena itu, perkembangan
ilmu dan praktek dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi
kualitas sumberdaya yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai