Anda di halaman 1dari 56

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..2

a. Latar Belakang……………………………………………………………..
b. Tujuan………………………………………………………………….…..
c. Manfaat……………………………………………………….……………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………….………….4
A. Konsep Keluarga……………………………………………….…………4
1. Defenisi keluarga……………………………………………….………...
2. Tipe Keluarga…………………………………………………….………
3. Fungsi Keluarga………………………………………………….………
4. Peran Perawat dalam Keluarga…………………………………….……
B. Konsep Reumatik………………………………………………….……9
1. Defenisi Reumatik……………………………………………….….…..
2. Etiologi Reumatik……………………………………………………....
3. Patofisiologi Reumatik…………………………………………...……..
4. Manifestasi Klinik Reumatik……………………………………………
5. Pemeriksaan Penunjang Reumatik………………………………………
6. Komplikasi Reumatik…………………………………………………..
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………33
a. Pengkajian……………………………………….……………………..
b. Diagnose Keperawatan…………………..……………………………..
c. Intervensi………………………………………………………………..
d. Implementasi ……………………………………….…………………..
e. Evaluasi………………………………………………………..………..
BAB IV PENUTUP…………………………………………..……………56
a. Kesimpulan……………………………………………………………..
b. Saran……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang


dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ. Oleh karena itu, perlu mendapatkan
perhatian yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga
akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat pada umumnya menganggap rematik adalah penyakit sepele karena
tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik bisa
membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, mulai dari benjol-benjol, sendi kaku,
sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat
mengganggu dan membatasi aktivitas kegiatan sehari-hari.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia
jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%)
orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke
atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo,
yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang
bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh
pada lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu
kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang
lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka .
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang
kurang, lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak
terkunci, serta jalan menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh
pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap
lansia menjadi sangat penting.

33
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran
penting tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan
dengan pasien (lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling
mengetahui keadaan pasien, Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya
akan kembali ke lingkungan keluarga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui
pemberian asuahan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga klien.
b. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada
keluarga klien kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring
keluarga
c. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
d. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas
perawatan kesehatan
e. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
klien
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
b. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah
kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga
yang optimal.

34
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,
tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan
menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga. Burgess dkk
(2009) membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai
referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah dan ikatan adopsi
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap
menggangap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran
peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari
d. Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di
ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada
kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang
keluarga harus menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan
definis tradisional seperti diats bisa memberikan gambaran tentang definisi yang
dimaksud.
Whall (2011) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang
mendefinisikan diri” dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah khusus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh
hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga
mereka menggagap diri meraka sebagai sebuah keluarga. Mengingat siapakah

35
individu-individu yang diindetifikasikan sebagai anggota keluarga merupakan
sebuah komponen yang sangat penting dari definisi ini.

2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya
b. Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi) Tipe-tipe keluarga secara umum
yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literatur
tentang kelurga. (friedman, 2005)
c. Keluarga inti (konjugal)
merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian
nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung,
anak adopsi atau keduanya
d. Keluarga orientasi (keluarga asal)
merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan
e. Keluarga besar
merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah)
yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman
keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek,
tante, paman, dan sepupu

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain tipe diatas berkembang
menjadi :
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga menjadi tren karena

36
adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali
ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung
hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya
b. Orang tua tunggal (single parent family)
adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya
kelak jika telah menikah
d. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital
heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh
perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah
daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi
status anak-anaknya
e. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family)

3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga
melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal kehidupan individu
dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif
merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga.
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan

37
fungsi ini, maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama,
yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin berhubungan secara lebih
akrab dan harga diri
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan
keluarga
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehata
Dimensi struktur dasar keluarga Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan
caplan (2005) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat struktur
keluarga yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau
peran formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah- ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak,
dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti

38
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah
perilaku keluarga yang mendukung kesehatan
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi keluarga
dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju
negara industri, indonesia menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima
tahap yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga prasejahtera
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal
yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan
atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator
Keluarga Sejahtera Tahap I
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,
yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat tinggal, dan transportasi
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal
serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum
dapat memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan
keuangan untuk sosial kemasyarkatan, juga berperan serta secara aktif dengan
menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan,
kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagaianya
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

39
adalah keluarga yang telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik
yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah
mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat

4. Peran perawat keluarga


Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga
sudah dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan
perawat keluarga membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-
masalah kesehatan dengan meningkatkan kesanggupan mereka untuk
melaksanakan tugas-tugs kesehatan. Proses membantu keluarga meningkatkan
kesanggupan untuk menyelesaikan masalah kesehatan, perawat dapat berperan
sebagai :
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
d. Facilitator
e. Educator
f. Advocat

B. Konsep Rematik
1. Definisi
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2010). Reumatik dapat terjadi
pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko
akan meningkat dengan meningkatnya umur.
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2009).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,

40
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.
Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan
pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan
keluarga besar inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya sangat
beragam, lebih dari 100 jenis arthritis. Istilah arthritis sendiri berasal dari bahasa
Yunani /Greek: Arthon /sendi dan it is/radang.
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan
lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini

41
d. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
e. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
f. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda
g. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi.

3. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,

42
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif

4. Tanda Dan Gejala


a. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30
menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung
lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
 Poli artritis simetris sendi perifer
Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku,
rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki,
pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena
juga
 Artritis erosive
sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan
erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar
 Deformitas
Pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas b€outonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar
mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi
ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total

43
 Rematoid nodul
Merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus
ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang
permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
b. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
 Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
 Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada
tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
 Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association (ARA)
adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.

44
c. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. gambaran histologik yang khas pada nodul

6. Komplikasi
Kelainan system pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi factor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis

7. Pencegahan
a. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
b. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah,
memastikan tulang dan otot kita kuat.
c. Makan makanan yang seimbang
d. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan

8. Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak
ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus

45
benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang
diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresivitas
penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
a. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
b. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita
c. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai


tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan
siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan
meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan
perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, dan cara menanganinya
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan fisik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya
dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum
memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara
pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam
e. Obat-obatan

46
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk
mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah
perjalanan penyakit. Dan obat-obat standar yang sudah dipakai sejak lama
dalam kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
 Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam
sesuai kebutuhan (tidak lebih dari 4 g/hari).
 Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
 Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal
atau dalam 2 dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria
: 10 mg, 20 mg.
Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi
okupasi dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah
rekonstruksi dan terapi kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis
rheumatoid yang lanjut dan tidak pernah sembuh, obat-obat imunosupresi
diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi produksi antibody
pada tingkat seluler. Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat dosis tinggi,
siklofosfamid dan azatioprin

.
C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan
keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan
perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian (Jhonson dan Leny, 2010)
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan rumah,

47
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe
dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil x-ray, pap
smear dan lain sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah:
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
i. Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah
tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga
dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang
sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota keluarga
yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang
tua, kemudia mencantumkan jenis kelamin, hubungan
setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal lahir atau
umur, pekerjaan dan pendidikan.
ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah diagram
yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon
keluarga). Genogram merupakan alat pengkahian
informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga,
riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram ini
menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan
horizontal (dalan generasi yang sama) untuk memahami
kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit.
Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat

48
informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga masing-
masing orang tua).
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien yang diidentifikasi

: Meninggal

: Menikah

: Pisah

: Cerai

: Tidak menikah

: Anggota serumah
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga
tersebut

g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
h) Agama

49
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebuthan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang yang dimiliki oleh keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat relreasi tertentu,
namu dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan
tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit termasuk imunisasi.
d) Riwayat keluarga sebeblumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah

50
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum digunkan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan
atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.

4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik
b) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
e) Nilai atau norma keluarga

51
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Struktur keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialiasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mapu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapar
meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga adalah:
i. Berapa jumlah anak
ii. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga

52
iii. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota keluarga
memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan serta sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya pengingkatan status kesehatan keluarga.

6) Stres dan koping keluarga


a) Stressor jangka pendek dan panjang
i. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
enam bulan
ii. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memrlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari enam bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
Mengkaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalah
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

53
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah


keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi perawatan
keluarga.

Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi,


dan simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari
NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas
keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah.

Tipologi dari dignosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa


keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness).
Penulisan diagnosa keperawatan keluarga :
a. Diagnosa keperawatan keluarga : aktual
Contoh: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan anak balita T keluarga
bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan kekurangan nutrisi. Ketidakmampuan keluarga merawat,
dapat pula mencerminkan tiga etiologi atau lebih dari masalah yang sama,
namun pada saat merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga
atau lebih etiologi tersebut.
b. Diagnosa keperawatan keluarga: risiko (ancaman)
Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan
rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi
tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain sebagainya.
Contoh :
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga Bapak
N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga melakukan
stimulasi terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.

54
c. Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan
dimana kelurga didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat di tingkatkan.
Contoh :
1) Potensial peningkatan status kesehatan bayi (anak k) keluarga Bapak K
2) Potensial peningkatan status kesehtan pada pasangan baru menikah
keluarga Bapak A
Berikut disajikan rumusan masalah keperawatan terkait dengan kondisi
kesehatan kelurga berdasarkan NANDA dalam friedman.

Tabel : Rumusan Dignosa keperawatn keluarga


Aspek Rumusan Diagnosa
Kesehatan lingkungan keluarga Kerusakan pemeliharaan rumah
Pola dan proses komunikasi keluarga Kerusakan komunikasi verbal
Struktur kekuatan (power) keluarga Konflik menyangkut keputusan
Struktur peran (role) - Berduka yang diantisipasi
- Berduka disfungsional
- Isolasi sosial
- Perubahan dalam perenting
- Perubahan kinerja peran
- Gangguan citra tubuh
Nilai – nilai keluarga Konfilk lain
Fungsi efektif - Gangguan proses keluarga
- Gangguan menjadi orang tua
- Berkabung yang disfungsional
- Koping keluarga tidak efektif
- Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi - Perubahan proises keluarga
- Kurang pengetahuan
- Kurang peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua

55
- Perilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa wellness)
Fungsi perawatan kesehatan - Perubahan pemeliharaan kesehatan
perilaku mencari kesehatan
Proses dan strategi koping keluarga - Koping keluarga tidak efektif
- Resiko kekerasan

Setelah seluruh diagnosa keperawatan kelurga ditetapkan sesuai prioritas, maka


selanjutnya dikaji tingkat kemandirian keluarga. ( format pengkajian kemandirian : lihat
di penilaian )
Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan keluarga, maka selanjutnya bersama keluarga harus menentukan prioritas
dengan menggunakan skala perhitungan sebagai berikut :

Tabel : skala prioritas masalah keluarga


Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah
a. Mudah 2
2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya

56
Cara melakukan skoringnya adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan boboit
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan
keluarga
Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi untuk
kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar (3) diberikan pada
tidak/kurang sehat karna kondisi ini biasanya disadari dan disadari dan dirasakan
oleh keluarga, ancaman kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor satu

Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu
memperhatikan faktor-fakor berkut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan
dukungan masyarakat

Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah
masalah

Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai


persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

57
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi
dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan
secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan
menunjukan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai
tujuan. Wright dan Lrahey dalam friedman (1998) membagi intervensi
keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi
permulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang
bersifat sportif edukatif dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat
lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat
psikososial dan tidak langsung.
klasifikasi (tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan
dirumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab
pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber
perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan ekternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan psikomotor
(prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, tetapi
modalitas ataupun terapi koplementer pada akhirnya ditunjukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga
dalam kesehatan.

58
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respons verbal, sikap
atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita
tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan
standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya
sama, standarnya bisa jadi berbeda.
Contoh:
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat menjelaskan
tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue.
Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan)
Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue
1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas
2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada
keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawatan terhadap
keluarga mencangkup dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1. mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan
2. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit :
1. mendemostrasikan cara perawatan
2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

59
3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi :
1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi
seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kontrak,
memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi

5. Penilaian
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap,
demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planning).
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu
makannya lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P naik
BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.

Penilaian terhadap asuhan keperawatn juga dilakukan dengan melakukan


penilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian kemandirian
keluarga dikaji untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga sebelum
diberikan pembinaan/tindakan keperawatan, sedangkan pada saat evaluasi

60
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah
pembinaan/tindakan keperawatan dilakukan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 267 Tahun 2006, penilaian
kemandirian keluarga ini diajdikan sebagai outcome pelaksanaan perawatan
kesehatan masyarakat (perkesmas) dipusat kesehatan masyarakat (perkesmas).

61
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Dikeluarga Tn. A yang berusia 62 tahun, seorang istri yang berusia 52 tahun,
terdapat tiga orang anak perempuan. Yang pertama berusia 32 tahun, anak kedua berusia
25 dan seorang anak terakhir yang berusia 21 tahun. Tn. A bekerja sebagai seorang
pelayaran. Terkadang Tn. A merasa tidak bisa beristirahat dengan baik karena aktivitas
pekerjaannya. Tn. A mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. A
mengatakan beberapa minggu ini sering merasa linu dan nyeri di persendian kakinya
sehingga kaku untuk berjalan maupun berdiri, ketika bangun dipagi hari kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. A mengatakan pernah hampir jatuh
karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Toraja-Bugis
Umur : 62 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelayaran
Telp :-
Alamat : Jl. Lesangi kec. masamba, kab. luwu utara

62
b. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis Hub. Dg Umur Pendidikan Pekerjaan


kelamin keluarga
1 Tn. A L KK 62 th SMA Pelayaran
2 Ny. H P Istri 52 th SMP IRT
3 Ny. H P Anak 32 th Perguruan Pegawai Bank
Tiggi
4 An. E P Anak 26 th Perguruan Pegawai
Tinggi Kantor
5 An. A P Anak 21 th Perguruan Mahasiswa
Tinggi

c. Genogram

62 52
2

32 26
2 21
6

: Laki-laki
: Perempuan

: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

63
d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. A merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Terkadang Tn. A merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas pekerjaannya
e. Suku Bangsa
Tn. A menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku bugis campuran
toraja dan tinggal di lingkungan orang-orang yang bersuku bugis. Tn. A
berkomunikasi dengan bahasa bugis dan bahasa Indonesia baik antara
anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. A beragama Islam dan menjalankan ibadah
sesuai keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama
keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat
jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-
bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga ± Rp. 2.500.000 perbulan , yang diperoleh dari hasil
pekerjaan Tn. A. Sedangkan Ny. H tidak menghasilkan uang karena hanya
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pengeluaran perbulan untuk keperluan
makan sekitar  Rp. 1.000.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain
seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-
sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang
mereka berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-
bincang bersama. Dan terkadang pada hari liburan mereka berwisata ke
tempat rekreasi terdekat

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini adalah keluarga usia lanjut,
Semua anak Tn. A sudah ada yang menikah dan belum menikah, dan masih
tinggal bersama

64
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. A mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. A mengatakan
beberapa minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku
untuk berjalan, ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan. Tn. A mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang badannya.
 Istri Tn. A (Ny.H) tidak memiliki masalah kesehatan
 Anak Tn. A yang pertama (Ny. H) tidak memiliki masalah kesehatan
 Anak Tn. A yang kedua (Nn.E) tidak memiliki masalah kesehatan
 Anak Tn. A yang ketiga (Nn.A) tidak memiliki masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. A mengatakan istrinya (Ny . H) dan anaknya-anaknya tidak memiliki
masalah

3. Data Lingkungan
a. Denah Rumah
10 meter

WC
tidur 3
Kamar

Ruang Keluarga
Dapur

Ruang
Pintu
Makan
Belak
ang
8 meter

tidur 2
Kamar

b. Karakte Ruang
Tamu
c.
tidur 1
Kamar

Pintu
d. Karakristik Rumah
Depan

65
Rumah Tn. A merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10
meter dan lebar 8 meter. Di rumah tersebut terdapat :
 Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di belakang
samping ruang keluarga, 2 kamar tidur berada di depan samping ruang
tamu )
 Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih,
terdapat perabotan
 Ruang makan Tn. A biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau
ruang menonton TV
 Kamar mandi terpisah dengan WC
 Lantai rumah Tn. A terbuat dari semen dan dilapisi tehel. Atap rumah
dari genting/seng. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada
jendela, di ruang keluarga, di 3 kamar tidur, serta dapur. Ventilasi
masih terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu
neon 20 watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masing–
masing kamar dan dapur terdapat lampu neon 15 watt.
 Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa
air, kualitas air bagu. Sumber air minum keluarga menggunakan air
galon dan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak
septictank dengan sumur ± 9 meter. Keluarga mengatakan membuang
air limbah keluarga langsung ke kolam dibelakang rumah dengan
membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan. Untuk
pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah
kemudian di pindah kedepan untuk diangkut oleh truk sampah yang
lewat. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. A menggunakan listrik
semuanya.
e. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Tn. A berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk
sekitarnya adalah buruh dan pegawai. Sarana jalan tersebut sudah diaspal.
Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa rumah sakit, puskesmas, dan
klinik bidan desa. Di dekat rumah Tn. A ± 5 meter terdapat masjid. Tetangga
Tn. A mayoritas beragama islam serya memiliki sifat kebersamaan serta

66
menganut adat bugis, misalnya selamatan, yasinan setiap malam jum’at, dll.
Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui
pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.
f. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. A merupakan Keluarga yang jarang bepergian ke tempat-
tempat yang jauh. Kegiatan rutin keluarga Tn. A adalah menonton TV dan
mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal keluarga juga tidak
berpindah – pindah. Keluarga Tn.A yang lain berada di sekitar tempat
tinggalnya (masih satu desa).
g. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Tn. A mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga
Tn. A berkumpul di rumah. Saudara-saudara Tn. A yang berada di sekitar
rumah sering datang berkunjung begitupun sbaliknya.
h. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. A memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-
waktu dapat dimintai bantuan. Tn. A memiliki ASKES. Jika sakit biasanya
keluarga Tn. A dibawa ke Rumah sakit

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. A dalam berkomunikasi menggunakan bahasa bugis dan bahasa
Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam
keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam
ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal
yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. A adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah
karena Tn. A dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala
keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan
kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta
pendapat Tn. A. keluarga Tn. A sangat menyayangi dan menghargai Tn. A,

67
apabila Tn. A sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-
anaknya juga mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. A lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
 Tn. A berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah dan kakek. Tn. A
juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada
keperluan
 Ny. S berperan sebagai istri, dan ibu
 Tn. H berperan sebagai anak
 Nn. A berperan sebagai anak
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn. A mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-
menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga
Tn. A menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan
keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. A menganut norma atau adat
yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga
yang sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Bugis, norma yang
dianut juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. A tidak ada
yang bertentangan dengan kesehatan.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar
anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. A
sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan
atau sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. A mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik. keluarga Tn. A menganut kebudayaan bugis. Keluarga Tn. A berusaha
untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling
menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma
yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan
berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.

68
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. A mengatakan
hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak
mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya
penyakit pada Tn. A
 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. A
merupakan sakit yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus
mengingatkan kepada Tn. A untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan
beristirahat saja
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke rumah sakit
terdekat
 Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan
rumahnya (menyapu, mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga
langsung ke saluran kolam di belakang rumah, pembuangan sampah
ditampung sementara di ember sampah kemudian di buang kedepan
untuk diambil oleh truk sampah
 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
Keluarga Tn. A mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa
ke rumah sakit. Tn. A seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan
kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. A memiliki dua orang anak yang sudah menikah dan memiliki satu orang
anak, dan menantu Tn. A menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk
mengatur jarak anak selanjutnya.

69
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. A termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.2.500.000/perbulan. Keluarga
Tn. A dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan
walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari.

6. Stres Dan koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
 Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. A mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu
stres jangka panjang ( > 6 bulan ) maupun jangka pendek.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. A biasanya dengan cara musyawarah
antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan
pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A
pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. A biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
No Tn. A Ny.H Ny. H An. E An. A
Fisik

1 Kepala Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


rambut rambut rambut rambut rambut
berwarna berwarna berwarna hitam berwarna berwarna
putih, tidak hitam, dan dan tidak ada hitam, hitam,
ada ketombe tipis tidak ada ketombe tidak ada tidak ada
ketombe ketombe ketombe

2. Leher Leher terlihat Leher terlihat Leher terlihat Leher Leher

70
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak terlihat terlihat
ada gangguan ada gangguang ada gangguang simetris, simetris,
fungsi dan fungsi dan fungsi dan tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan gangguang gangguang
anatomis. anatomis, tidak anatomis, tidak fungsi dan fungsi dan
Akan tetapi teraba adanya teraba adanya kelainan kelainan
Tn. A pembesaran pembesaran anatomis, anatomis,
mengatakan kelenjar tiroid kelenjar tiroid tidak tidak
terasa berat (struma) (struma) teraba teraba
pada tengkuk adanya adanya
pembesara pembesara
n kelenjar n kelenjar
tiroid tiroid
(struma) (struma)

3. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungti Konjungti


tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat va tidak va tidak
anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak terlihat terlihat
ada katarak, ada katarak, ada katarak, anemis, anemis,
penglihatan penglihatan penglihatan tidak ada tidak ada
jelas jelas jelas katarak, katarak,
penglihata penglihata
n jelas n jelas

4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


keadaan keadaan keadaan keadaan keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fun bersih,Fun
pendengaran pendengaran pendengaran gsi gsi
baik baik baik pendengar pendengar
an baik an baik

5. Hidung Simetris, Simetris,keada Simetris,keadaa Simetris,k Simetris,k


keadaan an n bersih,Tidak eadaan eadaan
bersih,Tidak bersih,Tidak ada kelainan bersih,Tid bersih,Tid
ada kelainan ada kelainan yang ditemukan ak ada ak ada
yang yang kelainan kelainan
ditemukan ditemukan yang yang
ditemukan ditemukan

6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa Mukosa


lembab,keadaa lembab,keadaa lembab,keadaa mulut mulut
n bersih,Tidak n bersih,Tidak n bersih,Tidak lembab,ke lemb,kead
adaan aan

71
ada kelainan ada kelainan ada kelainan bersih,Tid bersih,Tid
ak ada ak ada
kelainan kelainan

7. Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergeraka Pergeraka


dada terlihat dada terlihat dada terlihat n dada n dada
simetris, suara simetris, suara simetris, suara terlihat terlihat
jantung S1 dan jantung S1 dan jantung S1 dan simetris, simetris,
S2 S2 S2 suara suara
tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak jantung S1 jantung S1
terdapat terdapat terdapat dan S2 dan S2
palpitasi, suara palpitasi, suara palpitasi, suara tunggal,tid tunggal,tid
mur-mur (-), mur-mur (-), mur-mur (-), ak terdapat ak
ronchi (-), ronchi (-), ronchi (-), palpitasi, terdapat
wheezing (-) wheezing (-) wheezing (-) suara mur- palpitasi,
mur (-), suara mur-
ronchi (-), mur (-),
wheezing ronchi (-),
(-) wheezing
(-)

8. Abdomen Pada Pada Pada Pada Pada


pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksa pemeriksa
abdomen tidak abdomen tidak abdomen tidak an an
didapatkan didapatkan didapatkan abdomen abdomen
adanya adanya adanya tidak tidak
pembesaran pembesaran pembesaran didapatkan didapatkan
hepar, tidak hepar, tidak hepar, tidak adanya adanya
kembung, kembung, kembung, pembesara pembesara
pergerakan pergerakan pergerakan n hepar, n hepar,
peristaltik usus peristaltik usus peristaltik usus tidak tidak
35x/mnt, tidak 35x/mnt, tidak 35x/mnt, tidak kembung, kembung,
ada bekas luka ada bekas luka ada bekas luka pergeraka pergeraka
operasi operasi operasi n n
peristaltik peristaltik
usus usus
35x/mnt, 35x/mnt,
tidak ada tidak ada
bekas luka bekas luka
operasi operasi

9. TTV dan TD : 130/90 TD : TD: 90/80 TD: 90/80 TD: 90/80

72
ekstremitas mmHg, 120/80mmHg, mmHg mmHg mmHg

N : 90 x/m, N : 87 x/m, N: 85 x/mnt N: 84 N: 82


x/mnt x/mn
S : 36 0C S : 36 0C S: 37,2 OC
S: 37,2 OC S: 37 0C
R: 20x/m R: 20x/m R: 21 x/mnt
R: 18 R: 22
x/mnt x/mnt

8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga
dapat teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS : Agen cedera Nyeri akut
 Tn. A mengatakan sering fisik pada Tn. A di
merasa linu di persendian ( rematik) dalam
kakinya sehingga kaku untuk keluarga Tn.
berjalan A
 Tn. A mengatakan ketika
bangun pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat
untuk berjalan.
 Tn. A mengatakan pernah
hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang
badannya

73
DO:
 skala nyeri sedang (5)
 Klien tampak perlahan-lahan
saat berjalan karena menahan
nyeri
2. DS : Ketidakmam Resiko Jatuh
 Tn. A mengatakan sering puan pada Tn. A di
merasa linu di persendian keluarga dalam
kakinya sehingga kaku untuk merawat keluarga Tn.
berjalan anggota yang A
 Tn. A mengatakan ketika sakit serta
bangun pagi kakinya merasa memodifikasi
senut-senut (nyeri) dan berat rumah
untuk berjalan. sehingga
 Tn. A mengatakan pernah memungkink
hampir jatuh karena kakinya an resiko
merasa tidak kuat menopang jatuh tidak
badannya terjadi

DO :
 Tn. T berumur 62 tahun
 TD 130/90 mmHg
 Kekuatan otot 5 5
4 3
 Skala nyeri 5
 Lantai dapur rumah bagus dan
tidak licin

3. DS : Gangguan Nyeri akut


 Tn. A mengatakan “saya sering aktivitas fisik pada lutut
merasa sakit pada kaki (lutut)” kaki

74
 Tn. A mengatakan jika sakitnya
parah, susah berjalan
 Tn. A mengatakan “kalau ketika
saya berkerja tiba-tiba nyeri
lutut, langsung berhenti dulu
duduk sampai sakitnya hilang”
 Tn. A mengatakan “ biasanya
cuma minum obat yang di
berikan di rumah sakit, dan
sedikit di pijat-pijat untuk
mengurangi nyeri”
DO :
 Grimace (+), tampak memegang
lututnya yang sakit
 Skala nyeri 3

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut pada Tn. A dalam keluarga Tn. A b.d agen cedera fisik
(rematik).
2 Resiko jatuh pada Tn. A dalam keluarga Tn. A b.d Reumathoid,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
3 Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

75
3. Prioritas Masalah
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (rematik).
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Tn. A mengatakan ketika
(bobot 1) bangun pagi kakinya merasa
Skala : senut-senut (nyeri) dan berat
3 : Aktual untuk berjalan
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Tn. A mengatakan nyerinya
dapat diubah (bobot 2) ketika bangun pagi tidak
Skala : hilang-hilang, padahal
2 : Mudah sudah minum obat dari
1 : Sebagian warung. Keluarga
0 : Tidak dapat mengatakan Tn. A biasa
dibawah ke Rumash sakit
jika mengeluh sakit dan
parah
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Tn. A mengatakan sakitnya
dicegah (bobot 1) tidak bertambah parah jika
3 : Tinggi banyak beristirahat.
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. A mengatakan sakitnya
(bobot 1) mengganggu aktivitasnya,
2 : Berat, segera kadang Tn. A tidak tahan
ditangani dengan senut-senutnya.
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 4

76
b. Resiko jatuh b.d Reumathoid, ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Tn. A dan keluarga
(bobot 1) mengetahui bahwa Tn. A
Skala : memiliki penyakit linu
3 : Aktual pada kakinya dan pernah
2 : Resiko hampir jatuh.
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn.
dapat diubah (bobot 2) A sering tidak mau diajak
Skala : ke tempat pelayanan
2 : Mudah kesehatan, kecuali benar-
1 : Sebagian benar parah. Tn. A merasa
0 : Tidak dapat masih dapat beraktivitas
sehingga sering tidak mau
dibantu dalam beraktivitas.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika
dicegah (bobot 1) Tn. A tidak banyak
3 : Tinggi melakukan aktivitas dan
2 : Cukup banyak beristirahat maka
1 : Rendah penyakit Tn. A dapat
terminimalisir.
Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
(bobot 1) hanya satu kali Tn. A
2 : Berat, segera pernah hampir jatuh dan
ditangani Tn. A sudah bisa
1 : Tidak perlu segera mengimbangkan tubuhnya
ditangani untuk berjalan walaupun
0 : tidak dirasakan lambat.
Total 2 2/3

77
c. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

No Prioritas Skor / Pembenaran


bobot
1. Sifat Masalah Nyeri yang dirasakan harus diatasi karena
Skala: Aktual 2/3 x 1 = sangat menggangu aktivitas dari Tn. A
2/3 saat ini

2. Kemungkinan Masalah dapat Karena sudah menjadi kebiasaan dari Tn. A


diubah 1/2 x 2 = 1 bila nyerinya timbul, selalu diabaikan
Skala: Sebagian sehingga kemungkinan masalah dapat diubah
sebagian.

3. Potensial masalah untuk di 2/3 x 1 = Jika nyerinya tidak segera diatasi maka nyeri
cegah 2/3 tersebut akan sangat menggangu rasa nyaman
Skala: Cukup dari Tn. A

4. Menonjolnya Masalah 2/2 x 1 = 1 Penanganan segera akan menentukan hasil


Skala: Masalah berat, harus serta tindakan keperawatan selanjutnya.
segera ditangani

Jumlah 3 1/3

78
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan Skore


1 Nyeri akut b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, 2 2/3
ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.
3 Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki 3 1/3

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No
Tujuan Kriteria Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan Non verbal Pain management (1400)
perawatan selama 5 1. Monitor nyeri : lokasi,
hari, Tn. A karakteristik, durasi, frekuensi,
mengalami keparahan dan faktor
penurunan rasa nyeri presipitasi
atau dapat mentolerir 2. Observasi respon non verbal
rasa nyeri dengan klien saat nyeri terjadi
kriteria : 3. Gunakan komunikasi
 Klien memahami terapeutik untuk mengetahui
mekanisme nyeri pengalaman nyeri klien
yang terjadi 4. Jelaskan mekanisme nyeri yang
 klien mengetahui terjadi pada klien
dan dapat 5. Ajarkan teknik distraksi dan
memperagakan relaksasi untuk mengurangi
teknik distraksi rasa nyeri
dan relaksasi 6. Berikan support sistem untuk
 klien tidak mentolerir nyeri
banyak mengeluh 7. Libatkan orang terdekat klien
tentang nyerinya (keluarga) untuk pemberian
support system

79
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
9. Kontrol faktor-faktor pemicu
timbulnya nyeri : pembatasan
aktivitas, nutrisi tinggi serat,
minum air putih banyak, psikis
tidak terganggu
10. Identifikasi PQRST sebelum
dilakukan pengobatan
11. Berikan obat analgetik
12. Menganjurkan klien untuk
bergerak perlahan pada setiap
melakukan aktivitas
2. Setelah dilakukan Verbal Fall Prevention (6490)
tindakan pengetahuan 1. Mengidentifikasi ketidaktahuan
keperawatan selama dan kelemahan fisik yang
5 hari klien dapat kemungkinan menjadi potensi
mencegah terjadinya terjadinya jatuh
jatuh dan aman 2. Mengidentifikasi lingkungan
dalam sekitar yang dapat menjadi
pergerakannya, penyebab jatuh
dengan kriteria hasil 3. Memonitor nyeri, kelemahan,
: keseimbangan tubuh lansia
1. Menggunakan 4. Mengajarkan pada pasien
alat bantu yang bagaimana mencegah
dibutuhkan terjadinya jatuh
2. Menempatkan 5. Menyarankan keluarga untuk
barang-barang di membantu kegiatan pasien
tempat yang apabila diperlukan
sesuai agar tidak
menggangu
lansia

80
3. Memperhatikan
kondisi lantai
3 Setelah kunjungan ke 1. Melakukan 1. Jelaskan kepada keluarga
3: aktifitas tentang penyebab terjadinya nyeri
Tn. A mampu : sehari-hari kaki (Osteoartritis atau rematik)
1. memahami tentang tanpa 2. Ajarkan Tn. A cara kompres
Osteoartritis atau kesulitan hangat untuk mengurangi linu –
rematik (tindakan) linunya
2. mengetahui 2. Keluarga 3. Ajarkan Tn. A cara senam
Penyebab dan dapat tangan
gelaja mempraktikka 4. Anjurkan Tn. A untuk jalan
3. Mengetahui diit n tekhnik atau olah raga pagi setiap hari
Osteoartritis atau kompres 5. Mengobservasi kemampuan
rematik hangat Tn. A dan anggota keluarga
4. Melakukan (tindakan) setelah mendapat penjelasan dari
penanganan perawat

D. Implementasi dan Evaluasi


No. Hari / Tgl Implementasi Evaluasi
DX & jam

1. Kamis,22 1. Mengkaji skala nyeri S:


agustus P= Beraktivitas berat Keluarga Tn. A
2019 Q= Terasa diremas mengatakan sudah
15.00 WITA R=Sendi lutut mengetahui tentang nyeri
S=5 pada reumatik
T=Hilang timbul
2. Mengkaji tekanan darah O: 130/90 mmHg
TD : 130/90 mmHg

81
3. Mengkaji keluhan yang A: Masalah teratasi
dirasakan klien, catat faktor
yang mempercepat dan P: Intervensi
tanda-tanda rasasakit non dipertahankan
verbal
4. Menganjurkan klien untuk
mandi air hangat, kompres
sendi- sendi yang sakit
dengan kompres hangat
5. Mengajarkan teknik
relaksasi dan distraksi
6. Berkolaboras pemberian
obat sesuai indikasi yang
diberikan
2. Jumat, 23 1. Mengkaji lingkungan yang S:
agustus menjadi penyebab jatuh Keluarga Tn. A
2019 2. Mengkaji ketidaktahuan mengatakan sudah
10.00 WITA dan kelemahan fisik yang mengetahui penyebab
menjadi kemungkinan jatuh
potensi jatuh O:
3. Mengkaji pasien bagaimana Keluarga Tn. A mampu
mencegah jatuh mencegah resiko jatuh
4. Mengkaji keluarga klien A:
untuk membantu kegiatan Masalah teratasi
klien apabila diperlukan P:
Intervensi dihentikan

3. Sabtu, 24 1. Menjelaskan kepada S:


agustus keluarga tentang penyebab Tn. A mengatakan mulai
2019 Pukul terjadinya nyeri kaki bisa beraktivitas tanpa
09.00 WITA (Osteoartritis atau rematik) kesulitan dan paham
2. Mengajarkan pada Tn. A akan cara kompres

82
cara kompres hangat untuk hangat
mengurangi linu – linunya O:
3. Mengajarkan cara senam Tn. A tampak
tangan mengerjakan aktivitas
4. Menganjurkan Tn. A untuk sehari-hari
jalan atau olah raga pagi A:
setiap hari Masalah teratasi sebagian
5. Mengobservasi kemampuan P:
Tn. A dan anggota keluarga Berikan support kepada
setelah mendapat Tn. A agar terus
penjelasan dari perawat melakukan anjuran
petugas

83
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Rematik

Sasaran : Keluarga Tn. A

Waktu pertemuan : 1x15 menit

Hari, tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Pukul : 16:00 – 17:15 WITA

Tempat : Rumah Keluarga Tn. A

Pemateri : Mahasiswa STIKes Kurnia Jaya Persada

Tujuan Penyuluhan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan, Diharapkan keluarga Tn.


A mampu memahami apa itu rematik

Tujuan Penyuluhan Khusus : Agar keluarga Tn. A mampu memahami apa itu Rematik
dan bagaimana penanggulangannya

Metode penyuluhan : Ceramah dan Diskusi

Media : Leaflet

Proses Pelaksanaan

No Kegiatan Respon Peserta Waktu


1  Pendahuluan
1. Memberikan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Menyimak 4
3. Menyampaikan pokok bahasan 3. Menyimak
4. Menyampaikan tujuan
4. menyimak
2 Penyampaian Materi mengenai Rematik Memperhatikan 5

84
3 1. Dilakukan sesi Tanya jawab 1. Bertanya
2. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan 2. Mendengarkan
3. Mengucapkan salam penutup 6
3. Menjawab salam

Pendokumentasian :

85
86
DAFTAR PUSTAKA

Adelia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta:

Ali, Z. (2010). PengantarKeperawatanKeluarga. Jakarta: EGC.

Bandiah, S. (2009) LanjutUsiadanKeperawatangerontik. Yogyakarta :NuhaMedika.

FeraBawarodi, 2017. Faktor-Faktor Yang


BerhubunganDenganKekambuhanPenyakitRematik Di Wilayah
PuskesmasBeoKabupaten Talaud.Universitas Sam Ratulangi. e-
journalKeperawatan (e-Kp) Volume 5

Harnilawati. 2013. Konsepdan Proses KeperawatanKeluarga. Sulawesi


Selatan:PustakaAs Salam.

Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Kemenkes RI

Wiyono, (2010). Epidemiologi Rematik Pada Lansia. http://epidemiologi. wordpree.


com//2013/11/22/epidemiologi-rematik-pada-lansia. diakses tanggal 22 Januari
2015

Wijayaningsih. 2012. StandarAsuhanKeperawatan. Jakarta Timur: CV. Trans Info


Media.

87

Anda mungkin juga menyukai