Laporan akhir
Ringkasan eksekutif 4
Batasan studi 12
Latar belakang 14
Rancangan penelitian 19
Temuan: Makna hutan dan penebangan hutan 27
bagi mereka
Temuan: Respon terhadap narasi 65
Kesimpulan 95
Rekomendasi 103
Lampiran 116
2
Dokumen ini memaparkan temuan-temuan studi kualitatif yang
dilakukan Eye to Eye untuk memahami persepsi anak muda perkotaan
terhadap hutan di Indonesia dan bagaimana mereka merespon narasi
yang mendorong perlindungan hutan yang dikembangkan oleh
Communication for Change.
Ringkasan Eksekutif
Studi ini mengeksplorasi bagaimana anak muda perkotaan di Indonesia
memandang hutan dan penebangan hutan, serta bagaimana kita bisa
membuat mereka peduli.
Penelitian kualitatif ini dilakukan dalam program Tujuan penelitian ini adalah:
Windward Fund yang didukung David and Lucile
Packard Foundation, anggota dari Climate and • Memahami persepsi anak muda perkotaan
Land Use Alliance (CLUA) Indonesia Initiative. Indonesia (usia 15-40 tahun) akan hutan
dan penebangan hutan, dan emosi terkait
Dana hibah yang diberikan digunakan untuk • Mengeksplorasi isu atau masalah apa yang
program selama dua tahun untuk memahami pernah mereka dengar tentang hutan dan
narasi dan persepsi seputar tata guna lahan dan pengaruhnya, jika ada, dalam kehidupan
perlindungan hutan di Indonesia. Direktur mereka sehari-hari; dan
Program adalah Frances Seymour dan konsultan
utama untuk pekerjaan di Indonesia adalah • Menggunakan pendekatan daur ulang
Leony Aurora. bertahap (sequential recycling approach,
lihat slide 16), untuk mengeksplorasi narasi
yang paling relevan untuk mengajak
mereka mendukung perlindungan hutan.
5
Metodologi dan perangkat yang digunakan dalam studi ini untuk
mengeksplorasi persepsi dan menguji narasi
1 2
Pengetahuan tentang hutan dan Emosi yang keluar ketika peserta di enam wilayah
penebangan hutan sudah ada di penelitian ini DISTIMULASI dengan isu penebangan
kalangan pemuda perkotaan, hutan dapat dibagi menjadi tiga ‘kelompok’:
tetapi tidak terlontar secara
spontan – mereka perlu dipancing o Marah dan frustrasi: Manokwari and Pontianak
dan digali untuk mulai berbicara o Tidak peduli, tetapi ketika dipancing, marah: Jakarta,
tentang hutan. Medan, dan sebagian di Banyuwangi
Banyuwangi juga unik karena walaupun mereka menyadari
Implikasi: Narasi yang menyentuh bahwa penebangan hutan meruapakan masalah, mereka tidak
emosi diperlukan untuk membawa melihat adanya pembabatan hutan besar-besaran di daerah
mereka, sangat percaya terhadap Pemerintah Daerah (tidak
permasalahan hutan ke dalam
seperti di daerah lain), dan sangat bangga akan pertumbuhan
kesadaran mereka dan turut ekonomi daerah mereka.
bertindak untuk mendukung o Pasrah: Pekanbaru
perlindungan hutan.
Implikasi: Karena emosi berperan penting dalam
memicu tindakan, diperlukan kampanye yang
memancing emosi.
7
Jalur emosi yang dapat DITERIMA DI SEMUA DAERAH DITERIMA DI BEBERAPA DAERAH
dipakai
8
Berdasarkan temuan-temuan ini, kami memiliki
beberapa rekomendasi.
1. Kampanye KEBANGGAAN (PRIDE) TERTIPU (CHEATED)
nasional perlu Sebagai orang Indonesia, kita Sebagai orang Indonesia, kita
sangat bangga memiliki hutan menikmati manfaat hutan yang
dikembangkan terluas ketiga di dunia yang kaya subur seperti air bersih, udara
dengan akan flora dan fauna dan sebagai bersih, dan perlindungan dari
sumber air dan udara bersih. banjir dan tanah longsor. Namun,
menggunakan Namun demikian, setiap menit, beberapa pihak telah menebangi
narasi yang hutan-hutan kita semakin hutan untuk memperkaya dirinya.
berkurang sebesar ukuran lima Karena itulah, kita perlu menjaga
diterima baik di buah lapangan bola. Kita harus hutan tetap utuh,sehingga kita
semua daerah. mengambil tindakan untuk semua dapat terus menikmati
melindungi hutan kita. manfaatnya .
9
2. Selain kampanye nasional, kampanye daerah juga penting untuk
memicu emosi yang diharapkan, memperkuat pesan kampanye
nasional, dan melakukan tindakan nyata.
Narasi yang dapat digunakan dan daerah yang bersangkutan adalah:
13
Latar Belakang
Untuk mencapai penurunan emisi dari sektor lahan, masyarakat
Indonesia perlu mendukung perlindungan hutan dan gambut.
David and Lucile Packard Kebutuhan untuk memenangkan “hati dan benak” masyarakat
Foundation dan Climate and Land Indonesia untuk mendukung tata guna lahan yang
Use Alliance (CLUA) Indonesia berkelanjutan menjadi prioritas dalam strategi CLUA Indonesia
Initiative, di mana Packard menjadi Initiative. Strategi Packard memiliki tujuan serupa, yaitu adanya
anggota, berupaya mendukung pengambilan keputusan yang didasari informasi yang baik.
adanya perubahan di Indonesia Namun, sedikit bukti yang ada mengenai persepsi terhadap
menuju pembangunan rendah emisi hutan dan perubahan fungsi hutan di Indonesia
yang dapat meningkatkan mengindikasikan bahwa masyarakat umum tidak memiliki
penghidupan setempat sambil ikatan dengan hutan dan tidak memandang penebangan hutan
mengurangi emisi gas rumah kaca untuk pengembangan perkebunan sebagai sesuatu yang
dari hutan dan lahan gambut. negatif (Daemeter and RSPO, 2015). Kesenjangan informasi
antara persepsi publik akan manfaat hutan dan pendekatan
yang efektif untuk mengubah persepsi tersebut untuk
mendapatkan dukungan terhadap perlindungan hutan dan
gambut masih harus diatasi.
15
Hadir inisiatif sederhana untuk meningkatkan pemahaman tentang
narasi seputar hutan, penggunaan lahan, dan keberlanjutan yang
didorong para pemangku kepentingan.
16
Pada fase kedua, program ini mengarahkan fokusnya kepada
anak muda perkotaan di Indonesia.
Anak muda perkotaan adalah pemimpin Di bawah program ini, Windward Fund
dan pemilih masa depan di Indonesia dan mengadakan penelitian kualitatif yang
merupakan segmen penting untuk bertujuan untuk (1) memahami sudut
dilibatkan dalam diskusi ini. Penggundulan pandang anak muda perkotaan (usia 15-40
hutan (dan dampaknya) dan perlindungan tahun) terhadap hutan dan penggundulan
hutan perlu menjadi isu utama mereka hutan; dan (2) mengeksplorasi dan
supaya Indonesia bisa memiliki mempertajam narasi yang dapat membuat
penggunaan lahan yang berkelanjutan. mereka ikut peduli terhadap isu-isu ini.
Fase kedua (Mei 2018–Maret 2019) Penelitian ini akan menyediakan data empiris
program ini bertujuan meningkatkan untuk membantu para pihak yang bergerak
pemahaman terhadap persepsi anak muda dalam kampanye perlindungan hutan dan
perkotaan tentang hutan, narasi apa yang lingkungan hidup di Indonesia.
menarik bagi mereka, dan bagaimana
menggunakan media sosial untuk
menyampaikan narasi ini dengan efektif.
17
Konsorsium Eye to Eye dan Communication for Change
ditugaskan untuk melakukan studi kualitatif ini.
Sebuah konsorsium yang terdiri dari Eye to Eye dan Communication for Change (C4C)
dibentuk untuk menjalankan studi ini untuk Windward Fund.
Eye to Eye bertanggung jawab untuk desain dan pelaksanaan studi sementara C4C
bertanggung jawab mengembangkan dan mempertajam narasi perlindungan hutan dan
membuat rencana kampanye untuk narasi yang dipilih, dengan berkonsultasi dengan para
LSM. Laporan ini terbatas pada temuan studi ini – akan ada dokumen terpisah untuk
rencana kampanye narasi terpilih.
Untuk informasi lebih lanjut tentang kedua perusahaan di atas, lihat Lampiran 2.
18
Desain Penelitian
Melalui studi ini, kami ingin memahami apa yang dipikirkan dan
dirasakan anak muda perkotaan Indonesia tentang hutan dan
penggundulan hutan serta bagaimana membuat mereka peduli
terhadap isu-isu ini.
21
Untuk mengevaluasi dan mempertajam narasi, kami menggunakan
metode daur ulang bertahap.
Mendapatka Minta
Mengamati, n gambaran pendapat
Perbaiki Kelompok
Kelompok memahami narasi-narasi peserta
narasi yang berikut-
1 reaksi mana yang untuk
berpotensi nya
peserta paling memperbaiki
berpotensi narasi
22
Tiga kota mewakili area prioritas CLUA; secara geografis kota-kota ini
paling dekat dengan hutan dan penggundulan hutan.
PONTIANAK
Kebakaran hutan dan lahan
gambut; perkebunan kelapa sawit MANOKWARI
menjadi tulang punggung Ibu Kota Papua Barat, yang
perekonomian daerah; penduduk terdiri dari 90% wilayah hutan;
asli Dayak masih tinggal di hutan. penduduk setempat memiliki
hak adat.
PEKANBARU
Kebakaran hutan dan lahan
gambut; perkebunan kelapa
sawit dan juga industri pulp dan
kertas.
23
Dua kota lainnya dipilih untuk mewakili kota-kota terbesar di
Indonesia.
MEDAN
Perkebunan kelapa sawit;
kepercayaan yang rendah
terhadap pemerintah.
JAKARTA
Kosmopolitan dan modern;
jauh dari hutan (yang terdekat
ada diJawa Barat)
24
Kami menambahkan Banyuwangi di Jawa Timur karena
karakteristiknya yang unik.
BANYUWANGI
Dikelilingi oleh tiga taman
nasional; pemerintah daerah yang
kuat dan dihormati; tujuan wisata.
25
Kami mengadakan 24 FGD: empat kelompok di setiap kota.
Perwakilan kota-kota besar Fokus utama isu penggundulan hutan yang diminta CLUA Kota tambahan karena
keunikannya
Jakarta (JKT) Medan (KNO) Pekanbaru (PKU) Pontianak (PNK) Manokwari (MKW) Banyuwangi (BWX)
15 – 17 tahun 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria)
(pelajar SMA) (wanita) (wanita) (wanita)
18 – 22 tahun 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok (wanita)
(mahasiswa/i) (wanita) (wanita)
23 – 30 tahun (pekerja 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok (wanita) –
pemula. Campur lajang (wanita) – campur (wanita) – campur campur pekerja dan ibu
dan menikah) pekerja dan ibu pekerja dan ibu rumah tangga
rumah tangga rumah tangga
31 – 40 tahun (pekerja 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria) 1 kelompok 1 kelompok (pria).
berpengalaman, ibu (wanita) – campur (wanita) – campur (wanita) – campur
rumah tangga juga ada. pekerja dan ibu pekerja dan ibu pekerja dan ibu
Campur yang memiliki rumah tangga rumah tangga rumah tangga
anak yang kecil dan
besar)
Total 24 kelompok
26
Temuan
28
Paling sering disebutkan
Paru-
Air
paru
bersih dunia
Secara spontan,
hutan dikaitkan
dengan ekosistem Jalan-
jalan dan
rekreasi
tumbuhan dan
hewan yang
Kebu-
memiliki banyak tuhan
sehari-
fungsi. hari
Nilai
ekono-
mi
Pendi-
dikan
29
Hutan paling sering dikaitkan dengan air bersih dan udara
bersih.
“Hutan memberikan kita udara dan air bersih. Kalau sudah tidak ada hutan, wah,
kita dapat dari mana itu? Kita bisa mati!”
(Pontianak, pelajar pria)
30
Hutan sangat dikaitkan dengan perasaan tenang dan lega; sebagai
tempat jalan-jalan atau menghabiskan waktu luang.
“Kalau ke hutan, kita tu rileks. Udara bersih. Lihat yang hijau-hijau juga seger di
mata.”
(Jakarta, wanita menikah)
“Ke hutan buat rileks, santai, dapat udara segar. Tidak hiruk pikuk.”
(Manokwari, pelajar pria)
31
Di beberapa tempat, hutan masih dilihat sebagai sumber kebutuhan
sehari-hari dan sumber pendapatan daerah.
“Dari hutan kita bisa dapat makanan, kayu juga buat bikin rumah.”
(Pontianak, pelajar wanita)
“Hutan sediakan banyak buat kita. Bisa dijual kayunya walaupun ya itu bisa jadi
masalah juga. Atau orang di sekitarnya bisa bertanam di bawah pohon-pohon
itu. Bisa juga ambil tanaman, buah dari hutan, lalu dijual ke kota.”
(Manokwari, pelajar pria)
32
Beberapa peserta juga menyebutkan bahwa hutan memiliki manfaat
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
“Saya belajar untuk jadi apoteker, jadi termasuk belajar apa saja tanaman yang
bisa dipakai untuk obat. Saya juga belajar tanaman apa saja itu yang ada di
hutan.”
(Pontianak, pelajar wanita)
33
Kami juga menemukan pandangan yang unik di kota tertentu.
35
Kekuatan dan
Dari StoryWorks: keberanian
Melihat makna intrinsik dari
visual yang terkait dengan
arketipe, secara garis besar
hutan berarti…
Harapan
Kebebasan
dan
untuk
optimisme
bereksplorasi
dan belajar
Kecerdasan,
pengetahuan
Kontrol,
keamanan
(hidup) tapi
juga rapuh
37
Keterkaitan ini menyiratkan bahwa
JIKA DIBERI STIMULUS YANG
TEPAT yang dapat menyentuh emosi
yang lebih dalam, ANAK MUDA
PERKOTAAN AKAN PEDULI dengan
apa yang terjadi pada hutan.
Stimulus deforestasi:
“Setiap menit, kita kehilangan hutan seluas lima lapangan
sepak bola.”
• Berita yang mengejutkan bagi para peserta.
• Banyak orang percaya bahwa pernyataan ini adalah fakta, sebagian meragukannya.
• LANGSUNG menciptakan rasa prihatin pada peserta.
Catatan: Sebagian besar peserta tidak mengerti kata “deforestasi” maka kami menggunakan
“penebangan hutan” atau penggundulan hutan.
39
Paling sering disebutkan
40
Beberapa responden secara spontan menyebutkan
perubahan iklim namun dari sudut pandang
perubahan cuaca dan menggambarkannya sebagai
cuaca yang tidak bisa ditebak dan bagaimana
tempat-tempat yang dulunya dingin sekarang
Peserta akrab dengan menjadi panas (contohnya Manokwari)
“perubahan iklim” Ketika ditanya, MEREKA SEMUA MENYATAKAN tahu
sebagai jargon. Namun, apa yang dimaksud dengan “perubahan iklim”, tetapi
sering kali salah mengartikannya menjadi:
sebagian besar dari o Hilangnya lapisan ozon; lubang di lapisan
mereka tidak paham arti ozon;
o Polusi asap kendaraan, pabrik;
istilah ini.
Hal ini sejalan dengan temuan analisa media
terdahulu yang menunjukkan bagaimana berbagai
pihak menggunakan istilah “perubahan iklim” di
media untuk menggambarkan masalah/isu
lingkungan hidup secara keseluruhan, termasuk
sampah plastik, dll.
41
Penebangan hutan dihubungkan dengan Jika tidak ditangani, mungkin akan
kekacauan, rasa tidak nyaman, kebingungan, menyebabkan terjadinya hal-hal yang
dan kesedihan. tidak diinginkan.
42
Kami bertanya kepada peserta FGD apa yang menurut mereka
menjadi penyebab penebangan hutan dan meminta mereka untuk
mengurutkannya.
Paling sering disebutkan
Perumahan untuk
mengakomodasi pertumbuhan
populasi
43
Meskipun peserta dari Pontianak, Medan, dan Pekanbaru
mengakui perkebunan kelapa sawit adalah penyebab utama
hilangnya hutan, ada konflik di dalam diri mereka untuk bertindak
menentang industri ini.
Peserta menyadari bahwa perkebunan kelapa Hal ini menciptakan KEGELISAHAN yang kuat di
sawit adalah penyebab utama, namun antara para peserta, karena mereka merasa harus
perkebunan tersebut dimiliki orang yang mereka melawan lingkaran sosial mereka sendiri. Ketiga
kenal. kota tersebut pada akhirnya bereaksi
berbedaterhadap dilema ini.
Sisi positif dan negatif perkebunan kelapa sawit:
POSITIF: memberikan pendapatan kepada Pekanbaru memilih untuk PASRAH pada situasi
wilayah tersebut. ini, sementara Medan dan Pontianak
NEGATIF: dampak negative bagi lingkungan menunjukkan rasa FRUSTRASI yang kuat.
hidup.
44
Perkebunan kelapa sawit dipandang sebagai penyumbang
kerusakan terbesar.
Semua peserta pria di Jakarta dan di daerah Mereka yang berada di Manokwari,
lain memiliki pengetahuan yang baik Pontianak, dan Banyuwangi tahu bahwa
tentang dampak perkebunan kelapa sawit. kelapa sawit menyerap banyak air, yang
berarti akan ada pengurangan sumber air
Salah satu dampak positifnya adalah secara besar-besaran di wilayah sekitarnya.
penduduk setempat bisa mendapatkan
pekerjaan di perkebunan. Tetapi, mayoritas Peserta di Pontianak dan Manokwari
peserta ketika digali menyebutkan bahwa: menganggap perusahaanmengakali
• Tanah menjadi tidak subur penduduk setempat untuk menggunakan
• Air di sekitar perkebunan akan tercemar lahan mereka, tetapi setelah 10-15 tahun,
pupuk ketika kelapa sawitnya sudah tidak produktif
lagi, penduduk setempat akan ditinggalkan
menderita dengan tanah yang tidak subur.
45
Pengembangan perumahan karena pertumbuhan penduduk yang
cepat disebut sebagai penyebab kedua terbesar hilangnya hutan.
46
Penyumbang kerusakan hutan selanjutnya yang disebutkan oleh
peserta adalah penebangan pohon/kayu – legal ataupun ilegal.
Peserta dari Jakarta melihat ini Di Pontianak dan Manokwari, Banyuwangi terbiasa dengan
sebagai penyebab kerusakan hutan meskipun adanya hutan industri, maka
yang utama; mereka sepertinya pembalakan/penebangan liar penebangan kayu dianggap diatur
kurang mendapatkan informasi masih ada, peserta tahu bahwa dengan baik oleh pemerintah
tentang perkebunan kelapa sawit. sekarang pemerintah memantau daerah. Namun,orang awam
Tetapi penebangan pohon untuk lalu lintas kayu dengan lebih ketat. sebenarnya juga menebang pohon
kayunya tidak dilihat sebagai Namun, mereka mempertanyakan untuk kebutuhan pribadi tanpa
penyumbang kerusakan utama di apakah penebangan yang legal melakukan apapun setelahnya,
kota-kota lain. juga diawasi. Ada yang seperti penanaman kembali. Hal ini
berpendapat bahwa penebangan menunjukkan bahwa masyarakat
yang legal juga menebangi pohon Banyuwangi sebenarnya tidak
dengan tidak terkendali, sama berbuat banyak untuk
seperti penebangan liar. melestarikan hutan mereka.
47
Perkebunan skala kecil dilihat hanya mengambil sedikit wilayah,
sehingga tidak sebegitu merusak seperti perkebunan besar milik
perusahaan.
48
Pertambangan tidak banyak disebut, mungkin karena peserta
kurang terpapar isu ini.
49
Pembangunan infrastruktur tidak dianggap merusak karena tiga
alasan.
50
Peserta menyebut perusahaan dan pemerintah sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas hilangnya hutan.
51
KEMARAHAN diekspresikan
oleh generasi lebih muda
(siswa SMA dan mahasiswa)
di Jakarta dan Pontianak
ketika berbicara tentang para
pelaku ini.
52
Mayoritas peserta menganggap
PENGHIJAUAN adalah solusi untuk
penggundulan hutan, kecuali di
Pontianak.
Kartu ini muncul secara konsisten di semua kota
untuk menggambarkan apa yang mereka rasa
dapat mereka lakukan, yaitu menanam pohon.
Namun, di Pontianak, kartu ini melambangkan
sesuatu yang TIDAK TERGANTIKAN: Perlu waktu
lama bagi bibit untuk bertumbuh –tidak mungkin
mengganti area hutan yang sangat luas.
53
Sebagian peserta di semua kota
juga merasa harus ada usaha
bersama untuk menghentikan
penggundulan hutan.
54
Kami juga mengamati beberapa pola yang konsisten
di semua kota.
Sangat sedikit responden yang Klub pecinta alam dan Di luar Jakarta, Gerakan 1000
mengenal LSM lingkungan Pramuka lebih sering disebut pohon sering disebut sebagai
hidup. Walhi, WWF, TNC, dan sebagai organisasi yang usaha pemerintah daerah
Greenpeace disebutkan bergerak di isu lingkungan untuk menciptakan lingkungan
terpisah oleh satu atau dua hidup. Berada dalam kelompok yang lebih hijau. Tetapi banyak
orang di kota yang berbeda. pencinta alam tidak selalu orang mempertanyakan
Bahkan ada yang menyebutkan membuat mereka lebih tahu efektivitasnya – di manakah
UNICEF. tentang hutan. pohon-pohon itu sekarang?
Ada beberapa mahasiswa Kemampuan membaca peserta tidak terlalu tinggi. Mereka tidak akrab
fakultas kehutanan di dengan berbagai istilah, bahkan yang sepertinya sudah sangat umum
kelompok dari luar Jakarta — seperti ‘agraris’. Hal ini terjadi di semua daerah, termasuk Jakarta.
bahkan mereka pun tampaknya Khususnya di Manokwari, komunikasi harus langsung dan menggunakan
tidak punya banyak bahasa yang sederhana. Paragraf dengan banyak kalimat tampaknya
pengetahuan tentang membuat mereka bingung.
bagaimana melestarikan
sumber daya alam di hutan.
55
Penggunaan media sosial bervariasi di setiap kota dan kelompok umur,
tetapi umumnya Facebook dan Instagram paling populer.
HIGH LOW
BANYUWANGI PONTIANAK MANOKWARI PEKANBARU MEDAN JAKARTA
Terutama Whatsapp Group – untuk mendapatkan informasi, berita terkini, dari apa yang dikirimkan orang lain 23-40 tahun– sama
seperti kota-kota
lain
15–22 tahun– hampir
tidak pernah, kuno
Untuk mendapatkan berita dari akun berita Hanya untuk melihat Untuk mendapatkan berita dari akun berita Utk mengunggah
lokal, juga untuk mengunggah foto dan unggahan orang lain setempat, juga untuk mengunggah foto dan sendiri dan melihat
melihat unggahan orang lain – peserta terlihat melihat unggahan orang lain unggahan orang
cukup berjarak lain, belanja —
dengan media ini. intinya untuk
bersenang-senang.
57
Melalui pemetaan ini, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
tentang keunikan cara berpikir dan hati setiap kota.
TINGGI RENDAH
Kepercayaan terhadap
pemerintah daerah
58
TINGGI RENDAH
Banyuwangi adalah kota kecil yang sangat merasa
Banyuwangi berdaya, bangga akan diri sendiri, namun tidak melihat
Kedekatan geografis ada masalah serius dengan hutannya.
dengan hutan
si
TINGGI RENDAH
Di Pekanbaru, ada rasa pasrah yang kuat terhadap
Pekanbaru keadaan – merasa tidak berdaya, sedikit banyak
Kedekatan geografis menyerah.
dengan hutan
Kepercayaan terhadap
pemerintah daerah
62
TINGGI RENDAH
Medan
Kedekatan geografis
dengan hutan
Masalah yang dirasakan
akibat deforestasi Masalah ini terlalu jauh dari Medan untuk
membuat mereka merasa memiliki hutan dan
Skala deforestasi yang
dirasakan perlu bertindak.
Pandangan bahwa
lingkaran sosial Mereka berada terlalu jauh dari hutan untuk dapat benar-benar melihat
diuntungkan dampak deforestasi. Tetapi, mereka dapat menduga bahwa dampak
Pandangan bahwa deforestasi cukup serius.
hanya kaum elit yang
diuntungkan Pada saat yang sama, mereka sadar bahwa lingkaran sosial mereka
diuntungkan (oleh penebangan kayu, perkebunan) – sama seperti
Tingkat iritasi dengan
pemerintah dan perusahaan juga diuntungkan.
masalah
KETIKA DIBERI BAHAN DISKUSI, mereka tampak menjadi sangat jengkel.
Perasaan mampu
melakukan sesuatu Namun, kalau tidak ada stimulus, mereka sangat berjarak dengan isu-isu
(Sense of agency) ini. Ketika jengkel, mereka ingin bertindak menentang PERUSAHAAN
dan PEMERINTAH yang dianggap mengambil bagian dalam keseluruhan
Keinginan untuk
bertindak skema.
Kepercayaan terhadap
pemerintah daerah
63
TINGGI RENDAH
Jakarta
Kedekatan geografis Kita harus membangkitkan kesadaran anak muda
dengan hutan
Jakarta terlebih dahulu. Setelah sadar, mereka
Masalah yang dirasakan
akibat deforestasi cukup ingin bertindak dan merasa bisa membuat
perubahan
Skala deforestasi yang
dirasakan
Sama dengan Medan, Jakarta terlalu jauh dari hutan untuk benar-benar bisa
Pandangan bahwa melihat dampak penggundulan hutan. Tetapi, ketika mereka DIBUAT SADAR
lingkaran sosial
AKAN HAL INI, mereka bisa memahami bagaimana mendesaknya keadaan
diuntungkan
ini.
Pandangan bahwa
hanya kaum elit yang Sebagai ibukota negara, tidak ada dari lingkaran sosial mereka yang mereka
diuntungkan lihat diuntungkan langsung oleh pembukaan lahan ini. Ini menciptakan
Tingkat iritasi dengan
perasaan tidak senang yang kuat karena sumber daya alam digunakan
masalah banyak perusahaan untuk mengisi kantong mereka sendiri.
Perasaan mampu Didorong oleh peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, mereka yakin bahwa
melakukan sesuatu jika bertindak, perubahan bisa terjadi. Namun, mereka membutuhkan alasan
(Sense of agency) yang sangat kuat untuk bertindak.
Keinginan untuk Anak muda Jakarta hanya memiliki sedikit kepercayaan kepada pemerintah
bertindak pada umumnya, mungkin karena korupsi yang dianggap cukup tinggi.
Kepercayaan terhadap
pemerintah daerah
64
Temuan
Pondasi moral digabungkan dengan titik masuk yang disarankan dan disimpulkan dari
fase pertama pekerjaan AN:
o Difokuskan pada ketersediaan air
o Pencegahan bencana
o Tidak difokuskan pada perubahan iklim/karbon (ada satu narasi yang menyebut hal ini)
66
Kami menampilkan 6 sampai 7 narasi di setiap FGD sesuai
dengan kelompok usia dan kotanya.
Beberapa narasi hanya ditampilkan kepada kelompok usia dan/atau kota tertentu:
o DADDY (pria saja) and MOM (wanita saja) untuk kelompok usia 23-30 tahun
(pekerja pemula) and 31-40 tahun;
o YOUTH hanya untuk pelajar SMA, mahasiswa, dan pekerja pemula;
o SACRED dan LIVELIHOOD (hidup dari hutan) hanya di Manokwari dan
Pontianak;
o LIVELIHOOD yang direvisi (hutan menarik wisatawan) ditampilkan di
Banyuwangi.
Semua narasi dievaluasi menggunakan metode daur ulang bertahap (lihat slide 22)
67
Narasi awal yang dikembangkan untuk diuji coba di FGD (1)
PRIDE Sebagai orang Indonesia, kita bangga memiliki salah satu hutan terluas di dunia yang ikut
melindungi seluruh Bumi dari udara kotor dan suhu yang memanas. Karena itu, kita wajib
melindungi sumber kebanggaan tersebut.
LINDUNGI HUTAN, SUMBER KEBANGGAAN KITA.
IDENTITY Hutan adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa kita yang bhinneka, kaya,
dan agraris. Sebab, hutan adalah sumber air, sumber budaya, dan kaya sumber daya alam.
Karena itu, kita harus melindungi hutan.
HUTAN ITU INDONESIA, LINDUNGI IDENTITAS KITA.
YOUTH Kita anak muda sudah muak melihat keserakahan generasi sebelumnya yang merusak
hutan. Kita harus menghentikan eksploitasi hutan agar kita tidak menanggung akibat
buruk dari keserakahan generasi sebelumnya.
LINDUNGI HUTAN, LAWAN KESERAKAHAN
CITIZEN Sebagai warga negara, kita berhak menikmati kekayaan hutan. Namun, selama ini kita
tidak tahu siapa yang menikmatinya. Karena itu, kita harus mengawasi pemanfaatan
hutan, harta kita bersama, agar hasilnya tidak dinikmati yang tak berhak.
AWASI PENGELOLAAN HUTAN, KEKAYAAN KITA BERSAMA.
68
Narasi awal yang dikembangkan untuk diuji coba di FGD (2)
RELIGION Sebagai umat yang bertakwa, kita harus menunjukkan rasa syukur pada Tuhan, salah
satunya dengan cara merawat kemurnian karunia-Nya. Namun, selama ini kita
membiarkan hutan, salah satu karunia Tuhan terbesar, dicemari dan dieksploitasi habis-
habisan.
IKUT JAGA HUTAN, BUKTIKAN RASA SYUKUR KITA.
DADDY Sebagai seorang ayah/pemimpin keluarga, saya memiliki tugas untuk melindungi
keselamatan keluarga. Jika hutan rusak, keluarga saya akan terancam bencana banjir,
tanah longsor, dan kekurangan air bersih.
SELAMATKAN HUTAN, SELAMATKAN KELUARGA KITA.
MOM Sebagai seorang ibu, kesehatan keluarga saya adalah yang utama. Saya tidak ingin
keluarga saya menderita karena kekurangan air bersih atau bencana banjir dan tanah
longsor yang diakibatkan kerusakan hutan.
JAGA KESEHATAN HUTAN DEMI KESEHATAN KELUARGA KITA.
69
Narasi awal yang dikembangkan untuk diuji coba di FGD (3)
LIVELIHOOD-B
Untuk Banyuwangi
Sebagai orang Banyuwangi, kami bangga memiliki hutan yang menjadi tempat wisata dan
edukasi. Ini memberi sumbangan besar pada pendapatan daerah kami. Jadi merusak hutan
sama saja dengan mengancam kemakmuran kami.
70
Setelah dua FGD pertama di Jakarta, kami memutuskan untuk
membuang kalimat “call to action” dari narasi.
Setiap narasi awalnya mencakup ajakan untuk bertindak (call to action) yang ditulis dalam
huruf besar seperti pada contoh di bawah ini:
Sebagai orang Indonesia, kita bangga memiliki salah satu hutan terluas di dunia yang ikut
melindungi seluruh Bumi dari udara kotor dan suhu yang memanas. Karena itu, kita wajib
melindungi sumber kebanggaan tersebut.
LINDUNGI HUTAN, SUMBER KEBANGGAN KITA.
Namun, setelah FGD dengan dua kelompok pertama di Jakarta, kami melihat bahwa
peserta cenderung mengevaluasi narasi berdasarkan seberapa kuat atau persuasif ajakan
untuk bertindak narasi tersebut, bukannya isi narasi secara keseluruhan.
Berdasarkan observasi ini, kami memutuskan untuk menghapus semua ajakan untuk
bertindak supaya kami bisa menggali reaksi terhadap narasi-narasi tersebut dengan utuh.
71
Untuk menjelaskan cara kerja metode daur ulang bertahap
(sequential recycling), kami akan menunjukkan evolusi narasi
PRIDE.
PRIDE (kebanggaan) adalah narasi yang mengalami perubahan paling banyak dari
kota ke kota. Seluruh perjalanan narasi ini dan reaksi dari setiap revisi di setiap kota
dijelaskan dalam bagian berikut untuk menggambarkan bagaimana metode daur
ulang bertahap diterapkan.
Untuk narasi-narasi lainnya, kami hanya akan menampilkan versi TERAKHIR dan
reaksi-reaksi peserta terhadap elemen-elemen narasi tersebut.
72
Narasi PRIDE asli yang ditampilkan di dua
kelompok/FGD pertama di Jakarta
Hasil: tidak ada hubungan emosional
Sebagai orang Indonesia, kita bangga memiliki salah satu hutan terluas di dunia
yang ikut melindungi seluruh Bumi dari udara kotor dan suhu yang
memanas. Karena itu, kita wajib melindungi sumber kebanggaan tersebut.
LINDUNGI HUTAN, SUMBER KEBANGGAAN KITA
Untuk putaran
selanjutnya:
Bagian ini diubah untuk
menekankan melindungi
Merah = akan diganti pada putaran berikutnya. Bumi untuk diuji lebih
Hijau = diganti atau ditambahkan di putaran sebelumnya. lanjut (slide berikut).
73
Setelah dua FGD pertama di Jakarta, kami membuang ajakan untuk bertindak
dan mengubah narasi sedikit.
Sebagai orang Indonesia, kita bangga memiliki salah satu hutan terluas di
dunia yang ikut melindungi seluruh bumi dari udara kotor dan suhu yang
memanas. Karena itu, kita perlu ikut merawat pelindung dunia.
74
Di Medan, kami menemukan bahwa peringkat Peringkat dari hutan
meningkatkan rasa bangga peserta, namun mereka tidak Indonesia membawa
peduli tentang melindungi Bumi. KEBANGGAAN.
Sebagai orang Indonesia, kita bangga memiliki hutan terluas ketiga di dunia
yang ikut melindungi seluruh Bumi dari udara kotor dan suhu yang memanas.
Karena itu, kita perlu ikut merawat pelindung dunia.
Melindungi Bumi masih tidak relevan.
Untuk putaran selanjutnya, kami (1) membuang frase
melindungi Bumi; (2) menambahkan informasi seberapa
banyak kita kehilangan hutan; dan (3) mengubah
pernyataan terakhir menjadi “Kita harus
mempertahankan POSISI KITA”.
75
Di Pekanbaru, kami menambahkan statistik dari stimulus
deforestasi, yang memunculkan urgensi/rasa mendesak Peringkat hutan Indonesia
bagi peserta. masih membawa
KEBANGGAAN
76
Di Manokwari, kami menemukan bahwa
Peringkat hutan Indonesia masih membawa
menyebutkan keanekaragaman hayati serta kebanggaan. Untuk putaran berikutnya,
air dan udara bersih memperkuat rasa bangga kami menambahkan “sangat bangga” pada
kalimat pertama untuk mendapatkan lebih
peserta. banyak respon.
77
Narasi ini tidak diubah lagi di Pontianak and Banyuwangi. Respon
emosional jelas dan peserta menerima narasi tanpa masalah.
78
Slide-slide berikut ini berisi versi FINAL narasi-
narasi lainnya dan reaksi peserta sepanjang
proses daur ulang bertahap dan uji coba narasi.
79
NARASI FINAL: Manfaat hutan tidak terlalu direspon di
CITIZEN adalah sebuah narasi yang kuat dalam Jakarta, yang karena jauh dari hutan
tidak merasakan langsung manfaat
memicu kemarahan karena merasa telah
hutan. Kota-kota lainnya, khususnya
ditipu. Manokwari and Pontianak, merespon
pernyataan ini dengan baik..
Sebagai warga negara, kita ikut menikmati manfaat hutan yang rimbun.
Namun, ada yang membabat hutan untuk memperkaya diri sendiri.
Karena itu, kita harus menjaga hutan agar tetap rimbun, supaya kita semua
bisa terus menikmati manfaatnya.
Memancing kemarahan Kata “rimbun” ditambahkan setelah
peserta di semua FGD; Medan untuk memperkuat pesan
ketidakadilan yang dilakukan bahwa menjaga hutan tetap utuh
kaum elit. adalah satu-satunya cara untuk terus
mendapatkan manfaat hutan.
80
NARASI FINAL:
DADDY: Semua peserta pria setuju bahwa adalah pria bertanggung jawab untuk
menjaga keluarganya aman. Narasi ini terdengar benar bahkan bagi peserta
yang masih lajang.
81
NARASI FINAL:
MOM adalah narasi yang tidak terbantahkan tentang
tanggung jawab wanita.
Air selalu menjadi perhatian utama.
Diakui sebagai peran utama ibu
bahkan oleh wanita lajang.
Sebagai seorang ibu, kesehatan keluarga saya adalah yang utama. Saya tidak
ingin keluarga saya menderita karena kekurangan air bersih atau bencana
banjir dan tanah longsor yang diakibatkan kerusakan hutan.
82
NARASI FINAL:
YOUTH diterima dengan sangat baik di semua kelompok usia lebih muda di Jakarta, Pekanbaru, Medan,
dan Banyuwangi. Responden di Pontianak and Manokwari merasa generasi sekarang juga turut
bertanggung jawab terhadap penebangan hutan.
Kita anak muda sudah muak melihat keserakahan generasi sebelumnya yang
merusak hutan. Kita harus menghentikan pembabatan hutan agar kita tidak
menanggung bencana seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan gara-
gara keserakahan generasi sebelumnya.
83
NARASI FINAL:
Reaksi terhadap SACRED di Manokwari beragam. Narasi ini diterima dengan baik oleh peserta
pria, tetapi tidak oleh yang wanita, karena bisa dipandang bertentangan dengan ajaran agama.
Sebagai orang Papua, hutan adalah tempat yang sakral dan bernilai spiritual
untuk saya. Jadi, merusak hutan sama saja dengan menodai kesakralannya
sekaligus melecehkan keyakinan saya. Kita harus bersatu untuk
menghentikan penodaan hutan.
Karena asosiasi ‘spiritual’, pernyataan ini
tidak diterima dengan baik oleh para
wanita.
84
NARASI FINAL:
SACRED dipertajam lagi dan dengan demikian dapat diterima
dengan baik di Pontianak, karena konteksnya adalah ADAT dan
TRADISI SETEMPAT, bukan spiritualitas. Sebagai orang Kalimantan, mereka
sangat mengenal bagaimana adat
suku Dayak sangat terkait dengan
Namun, mereka merasa bahwa narasi ini LANGSUNG relevan hanya bagi mereka yang hutan.
tinggal di sekitar hutan, dan tidak relevan bagi orang kota.
Sebagai orang Kalimantan, hutan adalah tempat yang sakral dalam adat
istiadat saya. Jadi, merusak hutan sama saja dengan melecehkan adat
istiadat saya. Kita harus bersatu untuk menghentikan perusakan hutan.
85
NARASI FINAL:
LIVELIHOOD diterima dengan baik di Manokwari dan Pontianak, tetapi lebih kuat di Manokwari.
Pontianak tidak menyukai narasi ini karena terlalu terpusat pada Kalimantan – mereka lebih memilih
narasi yang berlaku untuk Indonesia secara keseluruhan.
Manokwari: mengacu pada ‘mama-mama’ yang
Diterima dengan lebih baik menjual buah dan sayuran dari hutan.
di Manokwari, terutama Pontianak: lingkaran sosial mereka (perkebunan dan
oleh para pria penebangan).
86
NARASI FINAL:
Banyuwangi merasa bahwa penebangan hutan adalah sebuah ancaman bagi
kesejahteraan dan kemakmuran mereka. Karena itu, LIVELIHOOD adalah narasi yang kuat
dan sesuai dengan jiwa mereka: sangat berpemikiran lokal, bangga dengan daerah
mereka, sangat percaya terhadap pemerintah daerah.
Sebagai orang Banyuwangi, kami bangga memiliki hutan yang menjadi tempat
wisata dan edukasi. Ini memberi sumbangan besar pada pendapatan daerah
kami. Jadi merusak hutan sama saja dengan mengancam kemakmuran
kami.
Hutan mereka harus dilindungi. Jika hutan tetap dalam
keadaan yang baik dan terus memberikan manfaat bagi warga
setempat, wilayah lain akan memuji Banyuwangi dan
menggunakannya sebagai contoh.
87
NARASI FINAL:
IDENTITY pada umumnya disukai di semua Hutan sebagai IDENTITY dapat diterima dengan
kota. Ini adalah yang narasi paling populer baik, tetapi ketika PRIDE dipertajam, peserta
merasa narasi ini sebenarnya sudah tercakup dalam
di Jakarta dan ketiga terpopuler di narasi yang menyebutkan Indonesia memiliki hutan
Pekanbaru. ketiga terluas di dunia (PRIDE)
Hutan adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas Indonesia yang
bhineka, kaya, dan subur. Sebab, hutan adalah sumber air, sumber budaya,
dan kaya sumber daya alam. Jadi, melindungi hutan sama dengan
melindungi identitas bangsa
Relevan terutama bagi peserta
Kata ini diganti dari ‘agraris’, karena yang lebih tua. Jika hutan tidak
BANYAK peserta yang tidak mengerti kata dilindungi, hidup kita bisa
ini, termasuk di Jakarta. terancam.
88
NARASI FINAL:
RELIGION diterima dengan baik di Jakarta, Pekanbaru, dan
Medan; tidak terlalu di kota lain. Sebagian besar menolak
Jakarta, Medan, Pekanbaru melihat ini sebagai bagian
untuk “mendorong pemerintah” karena merasa apa yang dari tanggung jawab kita, sesuatu yang harus dilakukan.
mereka katakan tidak akan mengubah apapun. Kota-kota lainnya: ini bagian dari tanggung jawab kita
UNTUK SEMUA ASPEK KEHIDUPAN (jadi bukan hanya
hutan). Karena itu, pernyataan diterima hanya sebagai
kenyataan hidup.
Sebagai umat beragama, kita harus menunjukkan rasa syukur pada Tuhan
dengan cara menjaga dan merawat anugerah-Nya, termasuk hutan.
Namun, selama ini hutan dicemari dan dibabat habis-habisan. Jadi, kita
harus membuat gerakan masyarakat untuk mendesak pemerintah agar
menghentikan pencemaran dan pembabatan itu.
LIVELIHOOD – Banyuwangi
90
Narasi pilihan mereka secara
konsisten dihubungkan dengan
KEBERSAMAAN
Dari semua narasi yang dipilih, gambar ini muncul
terus menerus – ini mewakili SEMANGAT
KEBERSAMAAN untuk melindungi hutan.
Selain itu, gambar ini juga bisa bermakna lain untuk
narasi-narasi berikut:
o Untuk IDENTITY, mewakili perbedaan
(bhineka).
o Untuk YOUTH, mewakili perhatian, tidak lagi
mengabaikan masalah ini.
91
PRIDE sangat kuat LIVELIHOOD
dihubungkan dengan adalah tentang
perasaan perlindungan
MELINDUNGI akan kebutuhan
PEMBERIAN YANG hidup kita (dan
BESAR. pendapatan)
92
YOUTH adalah tentang mengambil CITIZEN adalah tentang melindungi
sikap dalam melawan kaum elit dan hutan untuk kebaikan semua orang –
orang-orang tertentu. terutama anak-anak/generasi
Ini tidak akan mudah, tetapi paling mendatang, mereka tidak boleh
tidak mereka harus melakukan dicurangi dari mendapatkan masa
sesuatu SEKARANG. depan yang lebih baik.
93
Setelah melihat semua reaksi, ada dua tema yang
muncul dengan cukup kuat.
Narasi yang menimbulkan rasa TAKUT YOUTH dan CITIZEN keduanya
KEHILANGAN dapat membangkitkan reaksi emosi adalah tentang merasa
yang kuat. DIBOHONGI atau dicurangi.
Narasi ini cukup efektif untuk
PRIDE menekankan risiko kehilangan posisi kita memicu kemarahan yang
sebagai negara dengan hutan terluas ketiga di mendorong keinginan untuk
dunia. Hal ini relevan di semua kota. bertindak.
LIVELIHOOD menggarisbawahi risiko kehilangan
sumber pendapatan daerah. Hal ini relevan untuk
daerah yang dekat dengan hutan seperti
Banyuwangi, Pontianak, dan Manokwari.
IDENTITY membawa risiko kehilangan sebagian dari
identitas bangsa dan kekayaan sumber daya alam.
Hal ini relevan untuk daerah yang tidak terlalu dekat
dengan hutan seperti Jakarta dan Pekanbaru.
94
Kesimpulan
KESIMPULAN #1
Anak muda perkotaan (15-40 tahun) memiliki pengetahuan tentang isu
hutan dan penebangan hutan – tetapi bukan menjadi hal yang terdepan
dalam pikiran mereka.
Pengetahuan tentang hutan dan
penebangan hutan sampai tahap
tertentu ada dalam pikiran mereka.
Namun, isu-isu ini masih berkisar di
tingkat diskusi intelektual saja. Karena itu kita
membutuhkan narasi
Diskusi seperti ini terjadi dengan lebih yang dapat menarik
mudah di daerah yang dekat dengan secara emosional
hutan seperti Manokwari dan Pontianak.
Namun tetap saja, isu-isu ini bukanlah
topik yang dibicarakan secara spontan.
96
KESIMPULAN #2
Kita bisa mengklasifikasikan kota berdasarkan rasa
urgensi yang terlihat dan tingkat kesulitan untuk
menggerakkan mereka.
97
Rasa urgensi yang
kuat
PNK MKW
JKT KNO
PKU
Lebih
Lebih
Sulit
mudah
terlibat
terlibat
BWX
Harus mematahkan
KEPASRAHAN mereka. Harus
disadarkan bahwa MEREKA
DAPAT (DAN HARUS)
MELAKUKAN SESUATU.
100
KESIMPULAN #4
Dalam hal memanfaatkan narasi, ada dua jalur emosi
yang dapat dipakai dengan baik.
101
KESIMPULAN #5
Orang Indonesia pada umumnya tidak mengenal – atau
bahkan tidak percaya – dengan LSM.
102
Rekomendasi
CHEATED
Dorongan aksi (YOUTH + PRIDE
keluar
CITIZEN)
Kita perlu mempunyai narasi
yang RELEVAN SECARA PRIDE dirasa MENGEJUTKAN, sehingga memiliki
urgensi yang tepat dengan menyatakan DI MANA
EMOSIONAL DAN MEMIKAT, POSISI KITA SAAT INI dan APA YANG SEDANG
KITA HADAPI.
memiliki URGENSI untuk
CHEATED menggunakan sudut pandang bahwa hanya
menciptakan AJAKAN beberapa orang tertentu yang mendapat keuntungan
BERTINDAK KELUAR dari pembukaan lahan, sementara kita semua
menanggung dampak negatifnya. Narasi ini dapat
dipakai di seluruh kelompok demografik.
Membuat
urgensi yang
kuat
HIJAU = nasional
ORANYE = untuk komunikasi / aktivasi lokal
MERAH = NO GO
104
Dorongan aksi
Kita juga keluar
105
Dorongan aksi
keluar
RELIGION dan DADDY/MOM tidak
disarankan karena tidak mendorong
tindakan nyata.
Membuat
urgensi yang
kuat
RELIGION DADDY/MOM
106
Ada dua narasi nasional dan dua narasi untuk
daerah tertentu.
107
Versi final PRIDE
Sebagai orang Indonesia, kita sangat bangga memiliki hutan terluas
ketiga di dunia yang kaya flora dan fauna, serta menjadi sumber air
dan udara bersih. Namun, setiap menit luas hutan kita berkurang
sebesar lima lapangan sepak bola. Kita harus mulai bergerak untuk
melindungi hutan kita.
108
Versi final CHEATED
Sebagai orang Indonesia, kita ikut menikmati manfaat hutan yang rimbun,
seperti air bersih, udara segar, serta perlindungan dari banjir dan tanah
longsor. Namun, ada yang membabat hutan untuk memperkaya diri
sendiri. Jadi, kita harus menjaga hutan agar tetap rimbun, supaya kita
semua bisa terus menikmati manfaatnya.
Dari YOUTH, kami menambahkan Narasi ini bisa digunakan bagi anak muda
“perlindungan dari banjir dan tanah di semua daerah karena tidak ada
longsor”. referensi ke generasi mana yang
bertanggung jawab terhadap kerusakan
Kata ‘rimbun’ (maksudnya masih berdiri) hutan, namun tetap dengan jelas
perlu ada dalam narasi untuk mendorong menyebutkan bahwa hanya sebagian
pemahaman bahwa hutan hanya akan orang yang diuntungkan oleh
bermanfaat bagi kita jika tetap berdiri. penebangan hutan/konversi lahan.
109
Versi final LIVELIHOOD (Banyuwangi)
Sebagai orang Banyuwangi, kami bangga memiliki hutan yang
luas, yang menjadi tempat wisata dan edukasi. Ini memberi
sumbangan besar pada pendapatan daerah kami. Jadi merusak
hutan sama saja dengan mengancam kemakmuran kami.
Menambahkan frase “yang luas” supaya Narasi ini semestinya bisa mendorong
mereka tidak berpikir bahwa hutan yang anak muda di Banyuwangi untuk berpikir
rusak sebagian itu baik-baik saja selama bahwa mereka perlu melindungi hutan
masih bisa menjadi destinasi wisata dan secara keseluruhan jika mereka ingin
edukasi. hutan terus mendukung perekonomian
setempat.
110
Versi final LIVELIHOOD (Manokwari)
Sebagai orang Papua, kami bangga memiliki hutan yang menjadi
sumber makanan dan penghasilan sehari-hari. Jadi, merusak
hutan sama saja dengan mengancam kehidupan kami. Kita harus
bersatu menghentikan pembabatan hutan Papua.
111
Versi final IDENTITY
Hutan adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas
Indonesia yang bhineka, kaya, dan subur. Sebab, hutan adalah
sumber air, sumber budaya, dan kaya sumber daya alam. Jadi,
melindungi hutan sama dengan melindungi identitas bangsa.
112
Tantangannya adalah bagaimana membuat
aksi/kampanye bersama yang terkoordinasi dengan
baik – bukan kampanye jangka pendek yang
berlangsung sekali saja.
Kita membutuhkan ajakan beraksi Kita juga perlu memastikan
yang nyata dapat dilakukan untuk bahwa cukup banyak organisasi
perlindungan hutan. yang mau menggunakan narasi
Saat ini, tidak ada jalur yang jelas dan rencana kampanye ini serta
bagi masyarakat umum untuk berkomitmen untuk
mendorong perubahan, dan mereka mejalankannya.
juga tidak mengenal LSM
lingkungan hidup.
113
Diperlukan survei/studi kuantitatif untuk mendapatkan data dasar dan
memvalidasi hasil penelitian ini.
Melakukan studi Survei dasar ini juga dapat Survei ini dapat membantu
kuantitatif/survei yang mengukur kepercayaan orang menentukan siapa yang harus
kredibel untuk mengukur terhadap LSM dan seberapa menjadi narator utama
persepsi publik terhadap jauh mereka mengenal LSM kampanye ini, siapa yang
hutan dan penebangan hutan lokal yang mungkin terlibat paling kredibel, dan apakah
untuk menjadi dasar menilai dalam melakukan kampanye. perlu dilakukan upaya untuk
perubahan yang dicapai membangun citra LSM yang
pasca kampanye. baik.
114
Terima kasih.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang laporan ini dan program untuk memahami narasi
dan persepsi seputar penggunaan lahan yang berkelanjutan, hubungi Leony Aurora, konsultan
utama, di leonyaurora@gmail.com
115
Annexes
Annex 1
About Storyworks
Our steps for identifying the
Using storyworks to identify underlying emotion using
the underlying emotion. Storyworks:
118
Brief explanation
of each archetype
in Storyworks
119
Reference to read the Storyworks slides
Hope and
optimism
Nurture and
support
120
Annex 2
Eye to Eye is a virtual based market Our experience spans from doing
research agency founded in 2011 by social research ―where we worked
one of the most experienced market closely with UNICEF on exploratory as
researchers in Indonesia, Miriam well as evaluative research (on
Rustam. malaria, radio advertising about child
abuse, educational material for
Miriam has over 20 years of
teenagers to create awareness about
experience in market research and
the impact of premarital sexual and
strongly believes in understanding
early marriage― to various consumer
local culture and belief to be able to
goods.
develop relevant programs for
Indonesians. We have also worked closely with
C4C on several social research
Eye to Eye’s core expertise is in
projects in and outside Jakarta.
qualitative research, and we have
started doing quantitative research in
the past 2 years.
Communication for Change
www.communicationforchange.id
Founded in 2016 by two advertising ● We offer evidence-based knowledge on human behavior and how
veterans, Paramita Mohamad and communication works.
Misty Diansharira, who believe skills ● Strong knowledge of various media channels, including social
and practices in branding, media.
marketing, and communication
● We have created material related to various social issues in
from the commercial world can be
Indonesia, addressing different types of audience: from the
applied to benefit those who want
presidential office, donors, GoI’s ministers (such as Bappenas,
to make Indonesia suck less.
Ministry of Education), CSOs, think-tanks, legal aid organisations,
and direct to community members.
● We have worked with various CSOs and think-tanks to help them
influence policy-making process or change behavior, for example
World Food Programme Indonesia (on nutrition and food
diversity), The Asia Foundation (critical thinking for youth and for
LULUCF governance), Conservation International Indonesia (on
multi-use forest management system).
Annex 3
Discussion guide
F PD PD
I
Annex 4
Group schedules
Jakarta
Narrative
FGD DATE HOUR OCCUPATION AGE MARITAL AGE OF KIDS SES GENDER Venue
Test
2 Elementary
3 Working mom FI, PD, MO,
1 Monday, 3 13.30 31 – 40 Married 2 Junior high Female
3 Housewife 2 Upper 1 DK, CTZ QPA Venue
September 2 Senior high
2 Upper 2 Jl. HOS. Cokroaminoto
2018 Highschool 1 Middle 1 CTZ, YO, FI,
2 16.30 15 – 17 Single n/a Male No.26, RT.3/RW.4,
student 1 Middle 2 PD, DK Gondangdia, Menteng,
3 Married YO, DD, DK, Kota Jakarta Pusat, Daerah
3 Tuesday, 4 10.30 First Jobbers 23 – 30 Elementary Male Khusus Ibukota Jakarta
3 Single CTZ R, PD, FI
September 10350
2018 PD, DK, FI, CTZ
4 13.30 College students 18 – 22 Single n/a Female
R, YO
Medan
FGD DATE HOUR OCCUPATION AGE MARITAL AGE OF KIDS SES GENDER Narrative Test Venue
Manokwari
FGD DATE HOUR OCCUPATION AGE MARITAL AGE OF KIDS SES GENDER Narrative Test Venue
Banyuwangi
FGD DATE HOUR OCCUPATION AGE MARITAL AGE OF KIDS SES GENDER Narrative Test Venue
2 Elementary
Experienced CTZ R, FI, PD,
1 Wednesday, 13.00 31 – 40 Married 2 Junior high 2 Upper 1 Male TBA
Worke DK, DD
3 October 2 Senior high 2 Upper 2
2018 Highschool 1 Middle FI, PD,
2 16.00 15 – 17 Single n/a 1 Male
student YO, CTZ R, DK
1 Middle
3 First Jobbers 3 Married 2 PD, FI, CTZ R,
3 Thursday, 4 10.30 23 – 30 Elementary Female
3 Housewife 3 Single YO, DK, MO
October
2018 College FI, CTZ R, DK,
4 13.30 18 – 22 Single n/a Female
students YO, PD