LP Halusinasi Aulia
LP Halusinasi Aulia
Disusun Oleh :
AULIA NOOR AZIZAH
11151040004106
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar / terbangun, dasarnya fungsional
psikotik maupun histerik (Maramis, 2004).
Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera.
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut :
g. Berusaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan orang lain
i. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
j. Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi, sikat gigi,
memakai pakaian dan berias dengan rapi
k. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri sulit membuat keputusan ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan
kacau dan tidak masuk akal dan banyak keringat
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
seseorang yang, mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas
yaitu :
e. Diam
k. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolaknya.
n. Tremor
q. Kegiatan fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk atau agitasi
r. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
a. Halusinasi pendengaran
Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulus yang nyata / lingkungan dengan kata lain orang yang berada disekitar
klien tidak mendengar suara / bunyi yang didengar klien.
b. Halusinasi penglihatan
Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
c. Halusinasi penciuman
Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata.
d. Halusinasi pengecapan
Yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa
yang tidak enak.
e. Halusinasi perabaan
Yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
f. Halusinasi Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah dari vena dan arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinistetik
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan waham
kebesaran terutama menjadi organ-organ.
i. Halusinasi viseral
D. TAHAPAN HALUSINASI
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001) dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I ( Comforting)
b. Fase II (Comolementing)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsi.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital. Asyik dengan pengalaman sensori danb kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan
berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada
tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran
suara dan sensori dan halusionasinya dapat berupa bisikan yang jelas, klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-
olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
E. AKIBAT
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan
orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
Data objektif :
c) Tangan mengepal
e) Mata merah
F. PENATALAKSANAAN
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
G. POHON MASALAH
3. Isolasi sosial
A. Masalah keperawatan
Subjektif:
Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berebda pada dirinya
Objektif:
Konsentrasi rendah
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
1) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
1) Kriteria evaluasi :
2) Intervensi
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.
Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara
yang di dengar.
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa
menuduh/menghakimi).
Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau
jika sendiri, jengkel, sedih)
1) Kriteria evaluasi :
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
2) Intervensi
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
Katakan: “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.
Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain
untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus halusinasi
secara bertahap, misalnya dengan :
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan
stimulasi persepsi.
1) Kriteria evaluasi
2) Intervensi
Pengertian halusinasi
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta
manfaat minum obat.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat
yang dirasakan.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat,
benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Deden Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.