Anda di halaman 1dari 30

Clinical Science Session

STATUS DAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Oleh:

Freandhy Trio Putra 1110311019

Fadiah Zahrina 1110312062

Preseptor:

dr. H. Masrizal, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt


yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran dan waktu sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “ Status dan Pemeriksaan Ginekologi “.
Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Masrizal, Sp. OG(K)


selaku preceptor dan pembimbing referat serta semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata,
semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Mei 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................... .............. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 3

1.2. Batasan Masalah..................................................................... 4

1.3. Tujuan Penulisan .................................................................... 4

1.4. Metode Penulisan ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1. Anamnesis .............................................................................. 5

2.2. Pemeriksaan Fisik ................................................................. 13

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 29

3.1. Kesimpulan ............................................................................ 29

3.2. Saran ....................................................................................... 29

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan ginekologik adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk


mengetahui kondisi alat reproduksinya seorang perempuan. Seorang perempuan
yang mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat reprodksi nya akan
cenderung menunjukkan gejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa malu,
sehingga saat menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pemeriksaan
pertama kali, yang sangat diperlukan adalah pengertian (Simpati), kesabaran, dan
sikap yang menimbulkan kepercayaan.

Anamnesis ginekologik diusahakn diambil tanpa hadirnya orang lain untuk


mengurangi dan menghilangkan rasa malu penderita. Untuk pasien berusia muda,
dapat ditemani oleh ibu kandungnya. Simptomatologi penyakit ginekologik untuk
garis besarnya meliputi tiga pokok yaitu : perdarahan, rasa nyeri, dan benjolan.
Dalam anamnesis pasien dapat diberikan kesempatan secara spontan untuk
menceritakan keluhannya baru kita sebagai dokter dapat menanyakan sesuai
gejala lain yang mungkin terdapat pada pasien.

Pemeriksaan fisik pada ginekologik harus lengkap karena bisa


memberikan keterangan-keterangan lain yang menuju arah tertentu dalam
menegakan diagnosis. Pemeriksaan ginekologik dimulai dari pemeriksaan umum,
yang terpenting yaitu pemeriksaan payudara dan abdomen, lalu pemeriksaan
ginekologik yang diperoleh dengan cara khusus.

1.2 Batasan Masalah

Pembahasan Referat ini terbatas pada anamnesis dan pemeriksaan


ginekologis.

3
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Referat ini adalah pembaca dan dapat melakukan anamnesis dan
pemeriksaan ginekologik khususnya,

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan Referat ini ialah dengan mengumpulkan berbagai


kepustakaan dari buku dan literatur lain.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anamnesis

Anamnesis pada status ginekologi harus mencakup:

a) Identitas

Semua identitas pribadi pasien harus dicatat, termasuk data suami,


status dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, dan sosial
ekonomi, dan semua data yang mungkin berhubungan dengan penyakitnya.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah masalah yang membawa pasien datang berobat.


Diantaranya adalah gejala-gejala awal, keadaan sekitar mulai gejala, lama dan
beratnya serta apa yang telah diusahakan untuk meringankannya. Pasien
diminta untuk mengingat kembali apakah seseorang yang telah berkontak
pribadi atau seksual dengannya, juga menderita masalah yang sama.

Kebanyakan keluhan yang diajukan pada ginekolog berhubungan


dengan :

1. Nyeri abdomen bawah dan pelvis


2. Perdarahan pervaginam abnormal
3. Pembengkakan
4. Sekret vagina
5. kompllikasi kontrasepsi.
 Nyeri
Jika pasien mengeluh nyeri, maka yang perlu ditanyakan adalah :

Lokasi
Lokasi tepatnya dan apa yang dapat dilakukan untuk meringankannya
seperti bantalan panas, aspirin atau obat-obatan yang mengandung
kodein dan sebagainya.

Waktu

5
Pasien ditanya kapan hal ini mulai dan berapa lama ia berlangsung.
Nyeri bisa terjadi hanya selama waktu tertentu pada siklus menstruasi,
yaitu sesaat sebelum atau selama menstruasi atau selama waktu ovulasi
yang diduga

Sifat dan jenis nyeri


Jenis nyeri yang perlu dicatat yaitu tajam , tumpul, kejang, menetap
atau intermiten dan kemungkinan penjalaran ke tempat lain.Harus
ditanyakan sifatnya tentang beratnya.

Penjalaran
Bagaimana penjalaranya, apakah setiap dirasakan nyeri apakah ada
penjalaran.

Dipengaruhi aktivitas atau tidak


Apakah nyeri dipengaruhi juga oleh aktivitas. Jika nyerinya
berhubungan dengan ovulasi ( Mittelschmerz), maka ia ringan sampai
sedang, terjadi kira-kira 16 hari sebelum menstruasi berikutnya, dan
terbatas padasatu sisi.

Gejala lain yang menyertai


Petunjuk ke penyebabnya dapat diperoleh jika gejala lain berhubungan
dengan nyeri, seperti mual, muntah, diare, atau sering kencing.

Yang penting ditanyakan juga apakah ada nyeri pada payudara.


Riwayat minum obat-obatan herbal / jamu-jamuan

Dalam menilai gejala-gajala ini, dapat dialami kesulitan karena faktor


subyektifitas memegang peranan penting. Walaupun biasanya hebatnya rasa
nyeri sesuai dengan beratnya penderitaan,namun dokter harus selalu waspada.
Sukar kiranya untuk memastikan derajat nyeri itu, lebih-lebih si penderita
mempunyai maksud atau kecendrungan untuk berpura-pura dengan tujuan
untuk menarik perhatian atau untuk menghindari keadaan atau kewajiban
yang tak disenangi.

6
Beberapa keluhan nyeri yang ditemukan adalah :

1. Dismenore
Dirasakan di perut bawah atau di pinggang, dapat bersifat seperti
miulas-mulas, ngilu atau seperti ditusuk-tusuk. Mengenai hebatnya nyeri
yang diderita perlu ditanyakan apakah ia masih bisa melakukan pekerjaan
sehari-hari ataukah ia harus sampai berbaring dan minum obat-obatan anti
nyeri

2. Dispareunia
Adalah nyeri waktu bersenggama, bisa disebabkan oleh kelainan
organik atau faktor psikologik. Karena itu perlu dicari sebab-sebab organik
seperti introitus vagina atau vagina terlalu sempit, peradangan atau
perlukaan, dan kelainan yang letaknya lebih dalam seperti aknesitis,
parametritid, endometriosis di kavum Douglass. Jika semua kemunkinan
itu dapat disingkirkan, baru dapat dipertimbangkan bahwa faktor
psikologis mungkin berperan sehingga perlu dilakukan pendekatan secara
psikoanalitik, jika perlu dengan bantuan psikolog.

3. Nyeri perut
Nyeri perut sering menyertai kelainan ginekologik, yang dapat
disebabkan oleh kelainan letak uterus, neoplasma dan terutama
peradangan, baik yang mendadak atau menahun. Perlu ditanyakan
lamanya, terus-menerus atau berkala, sifat ( ditusuk, mulas, ngilu),
hebatnya dan lokasinya. Kadang penderita dapat menunjuk secara tepat
dengan jari tempat yang dirasa nyeri.

- Nyeri hebat : ruptur tuba, salpingo-ooforitis akut, putaran


tangkai kista, mioma sub serosum.
- Mulas-mulas dan berkala : abortus tuba
- Penjalaran nyeri ke bahu : KET
4. Nyeri pinggang
Nyeri pinggang bagian bawah diderita oleh wanita yang pernah
mengalami parametritis sebelumnya dengan akibat fibrosis di ligamentum

7
kardinal dan ligamentum sakrouterina. Lebih sering nyeri pinggang
disebabkan oleh sebab lain, biasanya oleh kelainan yang sifatnya
ortopedik, terutama apabila nyerinya dirasakan agak tinggi di atas vertebra
sakralis pertama, misalnya pada HNP.

 Perdarahan pervaginam abnormal


Jika perdarahan pervaginam adalah keluhan pasien, maka mula-
mula ia harus menjelaskan apa yang ia anggap sebagai perdarahan
pervaginam normal. Harus diuraikan mula timbul, frekuensi dan lamanya
perdarahan sebelum dimulai pola abnormal. Kemudian pasien menjelaskan
abnormalitas secara terperinci. Sering suatu evaluasi jumlah dan saat
perdarahan, dalam hubungan dengan menstrual normal, dapat
menggambarkan penyebabnya. Penggunaan kontrasepsi oral atau hormon
lainnya merupakan penyebab lazim perdarahan abnormal dan perlu
diidentifikasi. Amenore yang diikuti perdarahan tidak teratur
menggambarkan suatu kehamilan ektopik atau suatu abortus mengancam.
Perdarahan pervaginam yang tidak teratur dan tidak dapat diramalkan yang
berhubungan dengan hubungan seksual dapat menunjukan suatu
karsinoma cervix invasif atau polip servix. Perdarahan pada tahun-tahun
pasca menopause harus mengarah ke penyelidikan teliti, saat suatu
karsinoma endometrium disingkirkan atau didiagnosis. Yang penting
ditanyakan juga adalah riwayat mengkonsumsi obat-obatan herbal (jamu-
jamuan)

 Sekret Vagina
Meskipun sekret vagina sering dikeluhkan wanita usia reproduktif,
namun banyak pasien dengan sekret yang banyak dan berbau busuk telah
terbiasa dengan kehadirannya, sehingga mereka mengatakan gejalanya
hanya bila ditanyakan mengenai ini. Jumlah sekret vagina, warna,
konsistensi dan baunya dicatat. Sekret dapat berhubungan dengan gatal
dan dapat dimulai setelah pergantian pasangan seksual. Gejala ini dapat
berhubungan dengan lesi vagina atau vulva. Dicatat hasil terapi yang
berhasil dan gagal. Sering pasien tidak menyadari bahwa sekret vagina

8
meningkat selama ovulasi atau bahwa ia dapat berhubungan dengan
jumlah tampon yang dipakai. Evaluasi sekret vagina sudah semakin
canggih, karena sekarang mikroorganisme seperti Neisseria , Chlamydia
dan virus herpes, dapat didentifikasi.

Secara fisiologis, keluarnya getah yang berlebihan dari vulva


(biasanya lendir) dapat dijumpai pada :

1. Saat ovulasi
2. Saat menjelang dan setelah haid
3. Ransangan seksual
4. Dalam kehamilan
Fluor albus karena trikomoniasis dan kandidiasis hampir selalu
disertai rasa gatal. Demikian pula halnya dengan fluor albus karena
diabetes melitus. Sedangkan vaginitis senilis disertai rasa nyeri. Keputihan
juga dapat disebabkan karena adanya infeksi virus dan radang pelvis
menahun.

Yang penting ditanyakan juga apakah sekret yang keluar disertai


nyeri. Hal ini berhubungan dengan Kandidiasis.

 Pembengkakan
Jika pasien mengeluh ada pembengkakan, yang perlu ditanyakan lebih
lanjut adalah :

- Lokasinya
- Kapan mulai bengkak
- Bagaimana perkembangannya, apakah dipengaruhi siklus
menstruasi.
- Apakah disertai nyeri
- Riwayat diurut –urut
 Gejala yang lain
Gejala yang lain yang berkaitan yang perlu diperhatikan pada pasien
ginekologik antara lain adalah ganguan miksi meliputi disuria, retensio
urin, inkontinensia urine, kemudian konstipasi, perut kembung. Nyeri

9
punggung bagian bawah dan sakral dapat menunjukan prolaps uteri,
enterokel atau rektokel.

c) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga harus digali secara terinci karena hal ini seringkali
dapat mengungkapkan latar belakang faktor resiko yang berkaitan dengan
keadaan-keadaan medis maupun ginekologis. Misalnya, dokter harus
menyadari terhadap terjadinya keganasan dalam pelvis, terutama kanker
ovarium dan payudara, pada kerabat wanita yang dekat. Leiomioma uterus dan
endometriosis juga dapat bersifat familial. Aborsi yang berulang atau terapi
infertilitas pada ibu dari pasien dapat merupakan tanda terjadinya pemaparan
diethylsstilbestrol (DES) semasa dalam rahim (in utero). Tanyakan tentang
diatesis perdarahan dalam keluarga juga gangguan-gangguan karena
pendarahan sebelumnya yang berhubungan dengan tindakan bedah atau
trauma. Tanyakan juga penyakit- penyakit kronik pada keluarga seperti DM,
hipertensi, epilepsi dan sebagainya.

d) Riwayat ginekologis sebelumnya

Dapatkan riwayat mengenai semua pembedahan dan pengobatan


ginekologis, termasuk tanggal tiap-tiap operasi, pengobatan yang didapatkan,
alasanya melakukan dan jenis tindakan operasi, temuan patologis, dan hasil
klinis. Akan sangat berharga dalam menilai masalah yang terjadi sekarang
dengan mendapatkan salinan catatan operasi dan laporan patologis aktual
barhubungan dengan riwayat bembedahan sebelumnya yang relevan

e) Riwayat Obstetri sebelumnya

Harus digali data mengenai infertilitas dan keadaan obstetrik serta janin
yang dilahirkan. Ini harus mencakup jumlah kehamilan dan abortus yang di
induksi atau spontan, kehamilan ektopik, serta kelahiran prematur dan eterm
(cukup bulan). Tanyakan lamanya masa kehamilan yang menghasilkan janin
hidup, ketidak normalan dalam persalinan, cara dan tempat persalinan,
komplikai persalinan dan post partum serta keadaan janin. Data tentang berat
badan lahir janin dan keadaan tiap anak sekarang juga membantu. Catatlah

10
gangguan pada payudara atau gangguan laktasi pada masa nifas. Ditanyakan
juga bagaimana perkembangan anak. Apakah menggunakan replacement
terapi. Jika ada riwayat divakum, tanyakan bagaimana perkembangan
anaknya.

f) Riwayat menstruasi
Dapatkan riwayat menstruasi yang terinci, dan pusatkan pada
keteraturan tiap siklus, panjang dan lamanya siklus, serta pola darah yang
keluar dan rasa nyeri. Jika mungkin di usahakan untuk memperkirakan jumlah
volume darah yang keluar; suatu cara yang kasar tetapi sangat berguna dalam
menentukan jumlah darah yang keluar adalah dengan menghitung jumlah
tampon yang digunakan tiap jam atau hari pada tiap siklus. Tetapi
ketelitiannya adalah terbatas karena wanita sangat bervariasi dalam beberapa
sering mereka mengganti tamponnya, dan frekuansi mengganti tampon
seringkali lebih berhubungan dengan kecermatan dibandingkan dengan jumlah
darah menstruasi yang di serap. Namun demikian, perhitungan seperti itu
dapat sangat berguna dalam menjelaskan tiap perubahan yang sangat
bermakna dalam pola menstruasi. Catatlah cecara khusus pendarahan
intermenstruasi dan setelah koitus. Informasi mengenai sifat–sifat dismenorea,
terutama jika onset baru terjadi, membantu untuk membedakan keadaan-
keadaan potologis. Tanayakan juga apakah menggunakan kontrasepsi oral dan
bagaimana efek sampingnya.

g) Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi pasien seringkali dapat sangat penting. Dapatkan
secara terinci jumlah kontrasepsi oral yang digunakan pada masa lalu,
termasuk tanggal dan lamanya pemakaIan. Carilah mengenai efek samping,
seperti nyeri kepala dan mual, dan periksa mengenai komplikasi
trombeombolik, hipertensi, dan migrain. Berikan perhatian khusus untuk
pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (intrauterine) sebelumnya atau
sekarang, catat mengenai jenisnya, lamanya pemasangan, dan tiap masalah
yang mungkin berhubungan dengan hal tersebut. Jika tidak digunakan lagi,
tentukan mengapa alat tersebut dilepaskan Dan apakah terdapat masalah yang

11
berhubungan dengan pelepasannya. Yang cukup penting adalah riwayat
infeksi pelvis yang berhubungan dengan pemasangan alat dalam rahim.

h) Riwayat pemeriksaan ginekologis sebelumnya

Pastikan apakah apusan papanicolaou yang terahir dilakukan, jika


pasien pernah dilakukannya, dan apakah terdapat laporan dan temuan biopsi
sebelumnya yang tidak normal. Jika masa lalu pernah didiagnosis displasia
sevikal, peradangan, atau kondiloma, hal ini juga harus di catatat. Tiap
pemeriksaan atau terapi sebelumnya untuk abnormalitas sitologis juga harus
dicatatat dengan baik, termasuk kolposkopi, biopsi, atau kauterisasi ablatif.

i) Riwayat Seksual
Riwayat seksual dapat sangat berguna. Jika ditemukan adanya aktifitas
homoseksual atau biseksual pada patner pasian tersebut, hal ini mengingatkan
kekhawatiran akan sidroma imunodefisiensi didapat (AIDS; acquired
immunodeficiency syndrome), demikin juga praktek seksual seperti hubungan
oral, atau anal adalah penting. Jika mungkin, tentukan usia waktu pasien
melakukan hubungan seksual yang pertama kali melakukan dan jumlah patner
seksual untuk kepentingan menilai status risiko displasia servik.

Dengan semua data riwayat pasien yang telah dikumpulkan, dokter


haruslah berada pada posisi yang baik untuk memeriksa penyakit yang sekarang
dengan memusatkan perhatian terutama jenis gangguan yang diperiksa dari faktor
risiko yang ditemukan. Perhatian biasanya menjadi lebih tepat jika keluhan
spesifik pasien juga dipertimbangkan. Hal ini memungkinkan pemeriksaan
terfokus untuk penjelasan masalah-masalah spesifik yang berhubungan dengan
organ yang terlibat (seperti kandung kemih, ovarium, atau vulva). Atau dengan
fungsi (termasuk hormonal, reproduksi, atau seksual). Hal ini akan menolong
untuk mengenali keadaan penyakit (misalnya, peradangan neoplastik, atau
anatomik) dalam bentuk yang baik dan definitif.

12
2.2. Pemeriksaan Fisik
a) Payudara

1. Inspeksi
Pada pemeriksaan secara inspeksi, pasien diperiksa dalam keadaan duduk
dengan empat posisi, yaitu :

 Kedua lengan disamping (arms at sides)

Yang dinilai adalah :

a. Penampakan kulit, meliputi warna kulit


b. Ukuran dan simetris
c. Countur : massa, dimpling, flattening
d. Karakterisktik dari puting susu : inverted, depressed apakah ada
retaksi.

13
 Kedua lengan diatas kepala (arms over head)

Berguna untuk mencari retraksi yang tidak jelas pada pemeriksaan


sebelumnya (posisi pertama).

 Kedua tangan di pinggang (hands pressed against hips)

Pada umumnya bertujuan untuk lesi yang berhubungan dengan tumor


jinak seperti post traumatic fat necrosis, mammary duct ectasia.

 Miring ke depan (leaning forward)

14
Untuk menilai asimetri dan retraksi dari nipple atau areola.

2. Palpasi
Dilakukan pada posisi tidur telentang dan meletakan lengan ke atas kepala.

Dinilai konsistensi, tenderness, nodu ( lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi,


permukaan, mobilisasi)

Palpasi Kelenjar Axilla

15
Palpasi supraklavikular dan aksila adalah juga penting untuk mendeteksi kelenjar
getah bening, catatlah jika terdapat kumpulan kelenjar, pembesaran, konsistensi
atau terfiksasi.Pemeriksaan dilakukan pada pasien dalam posisi duduk.

b) Abdomen

1. Inspeksi
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan,
kondisi kulit (tebal, mengkilat, kriput, striae, pigmentasi, gambaran vena), parut
operasi dan lain sebagainya. Masing-masing kelainan tersebut di atas memberi
petunjuk ke arah mana pikiran kita harus ditujukan . Misalnya pembesaran perut
ke depan dengan batas-batas jelas menunjuk ke arah kehamilan atas tumor
(mioma uteri atau kistoma ovarii), sedang pembesaran ke samping (perut katak)
merupakan gejala dari cairan bebas dalam rongga perut (asites). Selain itu
diperhatikan adanya jaringan parut.

2. Palpasi
Sebelum dilakukan pemeriksan, harus diyakini bahwa kandung kemih dan
rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba sebagai kista dan rektum
penuh menyulitkan pemeriksaan. Penderita diberitahu bahwa perutnya akan
diperiksa, supaya ia tidak menegangkan perutnya dan bernapas biasa. Jikalau
perlu, kedua tungkai ditekuk sedikit dan wanita disuruh bernapas dalam.

16
Perabaan perut dilakukan perlahan-lahan dengan seluruh telapak tangan
dan jari-jari. Tangan dan jari-jari harus dalam keadaan hangat. Mula-mula perut
diraba saja (tanpa ditekan) seluruhnya sebagai orientasi dengan satu atau kedua
tangan, dimulai dari atas (hipokondrium) atau di tempat yang tidak dikeluhkan
nyeri. Lalu diperiksa dengan tekanan ringan apakah dinding perut lemas, tegang
karena rangsangan peritoneum (defans muskuler), ataukah dirasakan nyeri, dan di
mana yang paling nyeri. Sekaligus diperiksa apakah ada nyeri lepas.
Baru kemudian dilakukan palpasi lebih dalam ,sebaiknya bermanfaat
dengan irama pernapasan, untuk mencari kelainan-kelainan yang tidak tampak
dengan inspeksi. Ini sebaiknya dimulai dari bagian-bagian yang tampaknya
normal, yaitu yang tidak dirasakan nyeri dan yang tidak menonjol/membesar.
Karena telapak tangan dan jari-jari bagian ulna lebih peka, maka palpasi dalam
dilakukan dengan bagian ulna ini. Rasa nyeri yang letaknya lebih dalam menjadi
lebih jelas. Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh ditimbulkan perasaan nyeri yang
berlebihan karena wanita sangat menderita, dan secara refleks menegangkan
perutnya.
Pada pemeriksaan tumor dapat ditentukan lebih jelas bentuknya, besarnya,
konsistensinya, batas-batas dan mobilitasnya. Besar tumor dibandingkan dengan
benda-benda yang secara umum diketahui, misalnya telur bebek, telur angsa/bola
tenis, tinju dewasa dsb. Selanjutnya apakah batas-batas tumor itu jelas/tajam atau
tidak, batas-batasnya. Perlu pula diperiksa apakah tumor itu dapat digerakan
(bebas atau terbatas) atau tidak.
Konsistensi tumor biasanya tidak sulit untuk ditentukan, yaitu padat
kenyal, padat lunak, padat keras atau kistik. Kistik lunak kadang-kadang sulit
dibedakan dari cairan bebas dalam rongga perut, terutama apabila penderita
gemuk. Kadang-kadang ada bagian padat dan bagian kistik bersamaan.
Permukaan tumor ada yang rata dan ada yang berbenjol-benjol. Tumor padat
kenyal dan berbenjol-benjol biasanya mioma uteri, dan tumor kistik biasanya
kistoma ovarii.
Rasa nyeri pada perabaan tumor menunjuk ke arah peradangan/infeksi,
degenerasi putaran tangkai, dan hematoma retrouterina akibat kehamilan ektopik
terganggu.

17
3. Perkusi
Dengan perkusi (periksa ketok) dapat ditentukan apakah pembesaran
disebabkan oleh tumor (mioma uteri dan kistoma ovarii), ataukah oleh cairan
bebas intra abdomen.
Pada tumor, ketokan perut pekak terdapat di bagian yang paling menonjol
ke depan apabila penderita tidur telentang, dan apabila tumornya tidak terlampau
besar, maka terdengar suara timpani di sisi perut, kanan dan kiri karena ususnya
terdorong ke samping. Daerah pekak ini tidak akan berpindah tempat apabila
penderita dibaringkan di sisi kanan atau kiri.
Lainnya halnya dengan perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul di
bagian yang paling rendah, yaitu di dasar dan di samping, sedang usus-usus
mengambang di atasnya. Apabila penderita berbaring telentang, maka suar
timpani dibagian atas perut melengkung ke ventral, dan sisi kanan dan kiri pekak.
Keadaan ini berubah apabila penderita disuruh berbaring miring misalnya
berbaring pada sebelah kanan. Cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan
bagian ventral. Jadi daerah timpani berpindah juga; timpani di perut kiri (kiri
menjadi paling atas karena usus-usus mengambang) dan pekak di perut kanan dan
depan (paling rendah, diisi oleh cairan).
Tumor yang disertai cairan bebas menunjuk ke arah keganasan. Pada
tuberkulosis peritoneum dapat ditemukan daerah-daerah timpani dan pekak itu
berdampingan, seperti gambaran papan catur sebagai akibat perlekatan usus-usus
dan omentum. Selain hal-hal di atas, pemeriksaan perkusi penting pula dalam
diagnostik ileus dan keadaan-keadaan lain apabila usus-usus mengembung dan
terisi banyak udara.

4. Auskultasi
Auskultasi sangat penting untuk tumor perut yang besar untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan. Detak jantung dan gerakan janin
terdengar pada kehamilan yang cukup itu, sedang bising uterus dapat terdengar
pada uterus gravid dan pada mioma uteri yang besar. Pemeriksaan auskultasi
penting juga dalam diagnostik peritonitis dan ileus. Kembalinya aktivitas usus ke

18
batas-batas normal sangatpenting dalam masa pascaoperasi dan merupakan
petunjuk yang baik. Pada pemeriksaan ini mungkin diperlukan berbagai jenis alat-
alat auskultasi seperti Doppler ultrasound, USG dan sebagainya.

c) Genitalia Eksterna

1. Inspeksi

Organ genital eksterna wanita


Alat genetalia eksterna wanita terdiri dari :

1. Mons veneris
Bagian yang menonjol pada simpisisi pubis dan pada wanita dewasa
ditutupi oleh rambut kemaluan. Pada wanita umumnya batas atasnya
melintang sampai pinggir atas simpisis, sedang ke bawah sampai sekitar
anus dan paha.

2. Labia Mayor

19
Terdiri atas bagian kiri dan kanan, lonjong mengecil ke bawah dan berisi
jaringan lemak. Bentuknya berubah sesuai dengan umur. Labia mayor
identik dengan skrotum pada laki-laki.

Organ genital eksterna wanita

3. Labia Minor
Pada wanita bentuknya sangat bervariasi. Pertemuan bagian kiri dengan
kanan di bagian depan membentuk preputium klitoridis. Ke belakang
membentuk fossa naviculare. Fossa naviculare ini pada wanita yang belum
kawin tampak masih utuh, cekung seperti perahu. Kulit yang meliputi
labia minor mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung – ujung
saraf sehingga sangat sensitif. Berwarna kemerahan dan bila terlindung
akan tampak basah sehingga mirip selaput lendir.

4. Klitoris
Klitoris homolog dengan penis, merpakan bentukan kecil, slindris, dan
erektil yang berada di bagian superior vulva. Terdiri atas glans klitoridis,

20
korpus klitoris dan dua krura yng menggantungkan klitoris ke os pubis.
Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh
dengan ujung – ujung saraf sehingga sangat sensitf.

5. Vulva
Berbentuk lonjong degan ukuran panjang dari muka ke belakang dan
dibatasi di muka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh labia minor, dan di
belakang oleh perineum. Di vulva terdapat ostium uretra eksterna, kelenjar
skene di kiri dan kanan OUE. Di kiri dan kanan bawah dekat fossa
naviculare terdapat kelenjar bartolin. Pada koitus, kelenjar ini
mengeluarkan getah lendir.

6. Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra


Terletak di bawah selaput lendir vulva, mengandung banyak pembuluh
darah, sebagian tertutup oleh muskulus ischio kavernosus dan konstriktor
vagina. Pada waktu persalinan biasanya tertarik ke atas, ke bawah arkus
pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering
mengalami cedera, dan kadang timbul hematom atau perdarahan

7. perineum
Terletak antaravulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm

8. Introitus vagina dan hymen


Mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada perawan selalu
dilindungi oleh labia minor dan ditutupi oleh selaput himen.himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar sampai yang
berlobang-lobang, atau yang ada pemisahnya (septum). Konsistensinya
berbeda-beda pula, dari yang kaku sampai lunak sekali.Hiatus himenalis
(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah
dilalui oleh dua jari. Umumnya himen robek pada koitus, dan robekan ini
terletak pada jam 5 atau 7. sesudah persalinan, himen robek pada beberapa

21
tempat, dan apa yang dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula himenalis)
saja.

hymen imperforata

Gambar selaput hymen

d) Genitalia Interna
 Pemeriksaan Dengan Spekulum Vagina
Spekulum vagina adalah alat yang digunakan untuk membantu
pemeriksaan dalam untuk menilai keadaan serviks, portio dan dinding vagina.
Spekulum yang paling sering digunakan yaitu speculum Cusco (Cocor Bebek).
Sebelum mengontaminasi vagina dengan pelumas dan talkum sarung tangan,
vagina dan serviks diinspeksi. Tersedia bermacam-macam jenis peralatan, yang
sering digunakan adalah spekulum sim dan spekulum logam graves. Spekulum

22
cocor bebek menguntungkan karena spekulum ini menopang sendiri dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan anatomi masing-masing pasien.
Spekulum dimasukkan miring, yang kedua daunnya tertutup dan secara
hati-hati hindari kontak dengan ostium uretra eksterna atau uretra yang peka,
kemudian diarahkan ke posterior pada poros vagina dengan tekanan yang
diarahkan terhadap perineum yang relatif tidak peka. Selama memasukkan ke
dalam vagina, spekulum dibuka dan diatur untuk memungkinkan visualisasi
serviks. Sementara epitel vagina diperiksa, spekulum perlu dirotasikan sampai 90
derajat, sehingga lesi pada dinding anterior atau posterior vagina, yang biasanya
ditutupi oleh daun spekulum, tidak akan terlewatkan. Relaksasi dinding vagina
harus diperiksa dengan menggunakan spekulum Sims atau daun pisau posterior
dari spekulum cocor bebek. Pasien diminta untuk mengedan atau batuk untuk
menunjukkan setiap ketidakmampuan menahan tekanan. Kalau keluhan pasien
susah berkemih atau sering berkemih, bagian dari pemeriksaan ini harus
dilakukan sebelum mengosongkan kandung kemih.

Setelah pengaturan ini, dokter mempunyai dua tangan yang bebas untuk
mengumpulkan bahan contoh kandungan vagina untuk pemeriksaan sitologi dan
untuk pemeriksaan mikroskopik segera. Jika dicurigai suatu lesi serviks dari
pulasan Papanicolaou abnormal sebelumnya, maka dapat dilakukan pemeriksaan
kolposkopi pada waktu ini dan diambil bahan contoh dari biopsi serviks.

23
Spekulum tidak memerlukan pelumas karena pelumas menurunkan
kwalitas sel-sel vagina dan membuat tak mungkin mengidentifikasi patogen-
patogen vagina seperti trikomonas. Setelah evaluasi serviks yang tepat, yang
meliputi suatu penilaian kemungkinan erosi, eversi, dan jaringan parut, perhatian
cermat harus diberikan pada penampilan forniks vagina anterior da posterior.
Forniks dapat menjadi tempat lesi endometriosis, kondiloma akuminata, vesikel
herpes, atau laserasi. Kemudian dengan hati-hati spekulumnya ditarik dalam
posisi yang memungkinkan inspeksi keseluruhan keliling vagina. Hanya sewaktu
introitus hampir dicapai, maka spekulum ditutup dan dicabut.

 Pemeriksaan Bimanual

24
Pemeriksaan pelvis bimanual memberikan informasi mengenai rahim
dan adneksa (tuba falopii dan ovarium). Selama pemerksaan ini kandung kemih
harus dikosongkan, kalau tidak alat kelamin interna akan sulit dinilai, dan
prosedur ini lebih cenderung tidak mengenakan pasien. Sebelum melakukan
pemeriksaan, pasien diberikan waktu untuk mempersiapkan dirinya sendiri karena
lebih banyak memerlukan kerjasama dan relaksasi. (hacker)

.
Bimanual dengan dua jari di dalam vagina

Pada prinsipnya, pemeriksan ini dilakukan dengan dua jari dari satu
tangan dimasukkan ke dalam vagina, dan tangan lainnya diletakkan pada perut
bagian bawah di atas simpisis.
Sebelum pemeriksaan, pemeriksa memakai sarung tangan. Labia
dipisahkan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan eksterna, kemudian jari
telunjuk tangan interna yang memakai sarung tangan dimasukan ke dalam vagina.
Bila bagian distal uretra dicapai, dilakukan tekanan lemah lembut tetapi mantap
pada uretra, yang dimulai di bagian distal dan diteruskan menuju ostiumnya,
untuk memeras keluar segala pus yang mungkin ada. Bahan yang diperoleh dapat
dikirim untuk pemeriksaan mikroskopik, kultur dan pemeriksaan sensitifitas.
Perasat ini juga memungkinkan identifikasi divertikulum uretra atau abses
kelenjar Skene.

25
Setelah perasat ini diselesaikan, jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
di dalam dilumasi dengan baik dan dimasukan ke dalam lubang vagina yang
terbuka sambil menekan centrum tendineum perinei. Penekanan ostium uretra
eksternum dan daerah klitoris harus dihindari. Pasiennya diminta mengejan seperti
buang air besar untuk menilai sudut uretrovesika. Setelah perasat ini, pasien
diminta santai kembali, dan dua jari interna dokter dapat mengidentifikasi setiap
abnormalitas struktur vagina dan paravagina. Harus dicari kista retensi yang kecil,
kista duktus Gardner, kondiloma akuminatum, jaringan parut atau indurasi. Pada
apex vagina, serviksnya dipalpasi, diperhatikan ukuran dan konsistensinya.
Tindakan yang lemah lembut harus dilakukan dengan jari telunjuk pada satu sisi
serviks dan jari tengah pada posisi lainnyauntuk menggerakkan organnya ke
lateral dan anteroposterior. Ekspresi wajah pasien diperhatikan untuk
mengidentifikasi apakah perasat ini menyebabkan suatu ketidaknyamanan.
Excavatio rectouterina diperiksa terhadap nodulus, dan diusahakan
identifikasi ligamentum sacrouterina tepat di belakang serviks. Dengan jari
telunjuk dan jari tengah pada sisi serviks, tangan interna pemeiksa mendorong
uterus ke arah dinding abdomen untuk mengidentifikasi fundus dan mencoba
meluncurkannya di antara jari-jari tangan eksterna dan interna.
Letak uterus yang dianggap normal adalah anteversiofleksi. Dengan
kedua jari dalam forniks posterior uterus dalam retrofleksi hanya teraba portionya
saja. Agar pemeriksaan lebih jelas, maka jari yang berada di dalam dipindahkan
ke dalam forniks anterior dan kedua tangan didekatkan. Pada antefleksi, korpus
uteri dapat teraba sedangkan pada retrofleksi tidak teraba apa-apa. (unpad)
Bila uterus terletak anterior, maka pada kebanyakan keadaan perasat ini
memungkinkan penilaian ukuran, konsistensi, dan sifat keteraturan uterus secara
adekuat.

26
Antefleksi Retrofleksi
Gambar Posisi Uterus

Setiap pergeseran uterus ke sisi kanan atau kiri dapat juga mudah
dinilai. Kemudian jari telunjuk dan jari tengah dimasukan ke dalam forniks
lateralis dextra diantara jam 8 dan 9, dan dilakukan tindakan yang lemah lembut
untuk mengidentifikasi ovarium dengan tangan dalam dan luar bertindihan
bersama-sama. Pada kebanyakan keadaan, ovarium dapat dipalpasi. Sebaliknya,
pada pasien muda, tempat hanya satu jari yang dimasukkan ke dalam vagina atau
pada wanita tua dengan ovarium atrofi, sering bentuk luarnya tidak dapat
ditentukan. Hanya kadang-kadang tuba uterina dapat dipalpasi dengan tegas.

Gambar Bimanual dengan satu jari di dalan vagina


Ovarium normal sedikit nyeri tekan dan dapat berbeda bermakna dalam
lokasi dan ukurannya. Mereka mungkin dipalpasi jauh di dalam excavatio
rectouterina dekat serviksnya atau sebelah lateral fundus uteri. Ovarium munkin
agak keras atau dapat mengandung suatu komponen kistik yang menunjukkan

27
suatu korpus luteum atau kista korpus luteum. Penyebab kekeliruan mungkin
suatu rectum yang mengandung banyak feses. Kadang-kadang mungkin perlu
mengulangi pemeriksaan setelah pasien menggunakan obat pencahar atau
memasukkan enema. Vesika urinaria di anterior uterus hanya dapat dipalpasi jika
terdistensi, meskipun tumor-tumor besar vesika dapat diidentifikasi pada
pemeriksaan pelvis. Sebelum mengeluarkan kedua jari dari vagina, harus
mengevaluasi permukaan posterior simpisis, promontorium, os sacrum, os
coccygeus dan spina ischiadika.
Pada keadaan patologis bisa terdapat massa. Dari pemeriksaan bimanual
bisa ditentukan mobilitasnya, ukuran, apakah ada perlengketan atau tidak. Jika
ditemukan massa di daerh pelvis dan rongga abdomen harus ditentukan pull
bawah tumor.

28
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Status ginekologis terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan
ginekologis.
b. Anamnesis ginekologis sebaiknya dilakukan secara pribadi dengan
pasien sehingga tercipta kondisi pasien dapat mempercayai dokter
dan dapat menceritakan secara spontan tentang keluhan
ginekologusnya.
c. Pemeriksaan fisik pada status ginekologis yaitu dimulai dari
pemeriksaan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan abdomen
dan pemeriksaan genitalia yang terbagi atas genitalia eksterna dan
genitalia interna.

3.2. Saran
Pembaca dan penulis dapat mempelajari lebih lanjut tentang
interpretasi dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologis
sehingga dapat ditegakkan suatu diagnosis kerja suatu penyakit.

29

Anda mungkin juga menyukai