Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit refluks esophagus


(PGRE) merupakan suatu keadaan dimana terjadinya refluks isi lambung ke dalam
esofagus dengan berbagai gejala klinis yang timbul akibat keterlibatan esofagus,
faring, laring dan saluran nafas. Refluks dapat terjadi dalam keadaan normal yang
biasanya berhubungan dengan kondisi tertentu, seperti posisi berbaring setelah
makan, pada saat muntah. Bila terjadi refluks, esofagus akan segera berkontraksi
untuk membersihkan lumen dari refluksat tersebut sehingga tidak terjadi suatu kontak
yang lama antara refluksat dan mukosa esofagus.1,2
Prevalensi GERD negara-negara barat sebesar 10-20%, lebih banyak
ditemukan pada laki-laki kulit putih dan usia tua. Prevalensi GERD dan
komplikasinya di Asia, termasuk Indonesia, secara umum lebih rendah dibandingkan
dengan negara barat, namun demikian data terakhir menunjukkan bahwa
prevalensinya semakin meningkat 3,4
Di Amerika serikat, dijumpai simptom heart burn pada individu dewasa muda
terjadi 14% setiap minggunya, sedangkan di Jepang dan Philipina adalah 7,2% dan
7,1%. Di negara barat sekitar 20-40% setiap individu pernah mengalami simptom
heart burn yang berkembang menjadi: esofagitis 25-25%, 12% jadi Barrets esofagus
dan 46% adenokarsinoma. Sedangkan laporan kekerapan di Indonesia sampai saat ini
masih rendah, hal ini diduga karena kurangnya perhatian terhadap penyakit ini pada
tahap awal proses diagnosis.5,6
GERD adalah gangguan umum yang dapat memberikan dampak negatif
terhadap gejala, komplikasi GERD, kualitas hidup dan produktivitas kerja. GERD
dipicu oleh refluks dari gaster dan duodenum ke esofagus. Pasien- pasien GERD
seringkali tidak menyadari adanya GERD dan gagal menemukan terapi yang tepat
sehingga menyebabkan para dokter mendiagnosis dan terapi kurang tepat.

1.2 Batasan Masalah


Clinical Scientific Session ini membahas tentang definisi, epidemiologi,
anatomi & fisiologi, etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD).

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan Clinical Scientific Session ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang definisi, epidemiologi, anatomi & fisiologi, etiologi, patofisiologi,
patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

1.4 Metode Penulisan


Penulisan Clinical Scientific Session ini dilakukan melalui tinjauan berbagai
literatur yang relevan terkait Gastroesophageal Reflux Disease (GERD),
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal refluks disease / GERD ) adalah
suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus,
dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan
saluran nafas.4,7
Refluks gastroesofageal adalah fenomena biasa yang dapat timbul pada setiap
orang sewaktu-waktu, pada orang normal refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu
habis makan, karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik
primer, isi lambung yang mengalir ke esofagus segera kembali ke lambung, refluks
sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan. Keadaan ini
dikatakan patologis bila refluks terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang lama. 8

2.2. Epidemiologi
Penyakit ini umumnya ditemukan pada populasi negaranegara barat, namun
dilaporkan relatif rendah insidennya di negara Asia - Afrika. Di amerika di laporkan satu
dari lima orang dewasa mengalami gejala heartburn atau regurgutasi sekali dalam
seminggu serta lebih dari 40 % mengalaminya sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis
di amerika sekitar 7%, sementara negara non-western prevalensinya lebih rendah (1,5%
di China dan 2,7% di Korea). Sementara di Indonesia belum ada data epidemiologinya
mengenai penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis
sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi
dyspepsia.4
GERD dapat diderita oleh laki-laki dan perempuan. Rasio laki-laki dan wanita
untuk terjadinya GERD adalah 2:1 sampai 3:1(4). GERD pada negara berkembang sangat
dipengaruhi oleh usia, usia dewasa antara 60-70 tahun merupakan usia yang seringkali
mengalami GERD. 4,9

Anda mungkin juga menyukai