Anda di halaman 1dari 13

CERITA SEJARAH

1. Pengertian
Sejarah sendiri adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan
peninggalan itulah yang disebut sumber sejarah. Nah, dapat kita simpulkan
bahwa teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan dan menceritakan
tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya
sesuatu yang mempunyai nilai sejarah.
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kejadian
dalam peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika suatu konteks
historis. Sejarah termasuk ilmu empiris, karena sejarah sangat bergantung pada
pengalaman manusia. Oleh sebab itu, sejarah kerap dimasukkan dalam ilmu
kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan antropologi dan sosiologi,
sejarah membicarakan manusia dari segi waktu, seperti perkembangan
masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, kesinambungan yang terjadi
pada suatu masyarakat, pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh
pengaruh dari luar masyarakat itu sendiri.
2. Pengertian Menurut Para Ahli
1. Muhammad Yamin
Muhamad Yamin mendefinisikan sejarah cerita sebagai ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang
dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
2. Mohammad Hatta
Dalam pandangan Muhamad Hatta cerita sejarah bukan melahirkan
cerita dari kejadian masa lalu, melainkan memberikan pengertian masa lalu
sebagai masalah-masalah.
3. Nugroho Notosusanto
Nugroho Notosusanto bependapat bahwa, cerita Sejarah adalah cerita
dari peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai mahluk
bermasyarakat yang terjadi pada masa lampau. Cerita Sejarah diartikan pula
sebagai kisah mengenai segala peristiwa itu, kisah itu disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan dari berbagai peristiwa itu.
4. Roeslan Abdulgani
Roeslan Abdulgani mengibaratkan cerita sejarah seperti penglihatan tiga
dimensi; pertama penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang, dan
ketiga ke masa yang akan datang.
Artinya,perihal penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit
banyak tidak dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.
5. Drs. Sidi Gazalba
Ahli filsafat ini berpendapat bahwa sejarah adalah masa lampau manusia
serta seputarnya yang disusun dengan ilmiah dan juga lengkap yang meliputi
urutan-urutan fakta masa tersebut dengan penjelasan yang memberi
pemahaman tentang apa yang berlaku.
6. W.J.S Poerwadaminta
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadaminta
mendefinisikan sejarah sebagai adalah Asal-usul (keturunan) silsilah,
Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat;
tambo; cerita serta Pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa dan kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau.
7. Moh. Ali
Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini berpendapat
bahawa “sejarah merupakan keseluruhan perubahan, dan kejadian-kejadian
yang benar-benar telah terjadi. Ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu yang
menyelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar terjadi di masa
lampau”.
3. Tujuan Penulisan
 Agar kita lebih tahu tentang cerita sejarah di masa lalu;
 Untuk mengambil hikmah/pelajaran dari kehidupan di masa lalu;
 Untuk mengetahui bagaimana para pahlawan dalam melawan penjajah di
masa lalu
4. Manfaat Surat Lamaran Pekerjaan
 Membantu kita mencari bukti peradaban;
 Meningkatkan kemampuan analisa;
 Mengetahui mimpi-mimpi masa lalu untuk merealisasikannya;
 Menjadi inspirasi pembuatan karya sastra;
 Meningkatkan rasa persatuan bangsa;
 Bisa melihat dunia dari berbagai sudut pandang;
 Memunculkan rasa empati;
 Menambah kosa kata;
 Membantu kita untuk berpikir kritis.
5. Ciri-ciri
 Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian.
 Bentuk teks cerita ulang (recount)
 Struktur teksnya: orientasi, urutan peristiwa, reorientasi.
 Sering menggunakan konjungsi temporal.
 Isi berupa fakta.
6. Kaidah Kebahasaan
 Pronomina (kata ganti) : kata yang digunakan untuk menggantikan benda
dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
 Frasa adverbial : kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu,
dan tempat.
 Verba material : kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau
perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material
menunjukan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan
menyapu.
 Konjungsi Temporal (kata sambung waktu) : berguna untuk menata
urutan-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya
memanfaatkan konjungsi (kata penghubung) temporal.
7. Ciri Kebahasaan
1. Konjungsi temporal
Konjungsi temporal adalah kata hubung yang menghubungkan dua
kejadian atau peristiwa, konjungsi temporal dibagi kedalam beberapa jenis
diantaranya adalah:
 Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal sederajat misalnya
apabla, bilamana, demi, hingga ketika, sejak, selama, semenjak
sementara, tatkala, waktu, setelah, sesudah dan sebagainya.
 Konjungsi temporal yang menghubungkan dua buah kalimat yang
sederajat, yang termasuk kedalam konjungsi temporal ini diantaranya
adalah setelahnya dan sesudahnya.
2. Nomina / kata benda
Untuk nomina dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sebagai berikut:
 Nomina modifikatif misalnya dua botol, ruang makan dan lain
sebagainya.
 Nomina kordinatif (kata benda saling menerangkan), misalnya sandang
pangan, lahir batin, hak dan kewajiban, sarana dan prasarana, adil dan
makmur dan lain sebagainya.
 Nomina apositif, sebagai keterangan yang diselipkan atau ditambahkan,
misalnya pergi berlibur ke garut, teman sekamarku, Aulia dan lain
sebagainya.
3. Verba
Ini sama halnya dengan kelompok nomina di bagi menjadi beberapa
kelompok yaitu verba modifikatif, verba kordinatif dan verba apositif.
 Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia
bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi.
Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu.
b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun
mendatang.
 Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu
dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat
: a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri.
b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
 Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain,
kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi
daerah pertambangan batubara.
4. Nominalisasi
Adalah proses pembentukan nomina atau kata benda dari kelas yang lain
dengan menggunakan istilah tertentu, biasanya sering digunakan pada
bahasa yang digunakan untuk menjelaskan isi dari penceritaan ulang. Dalam
pembetukan nomina biasanya selalu melibatkan pemberian imbuhan antara
lain:
 Sufiks atau akhiran, seperti misalnya akhiran an, at, si, isme, is or dan
tas, sebagai contoh misalnya aku sangat menyukai manisan yang dibuat
istriku, atau Dia adalah seorang komikus terkenal di dunia dan lain
sebagainya.
 Prefiks atau awalan, misalnya seperti pe, se, ke, seperti misalnya saya
sekantor dengan dia, atau pedagang itu sangat jujur
 Konfiks atau gabungan awalan dan akhiran, seperi misalnya ke-an, pe-
an dan per-an, misalnya kalimat yang mengandung kata seperti
pengaturan, pertunjukan atau kekayaan dan lain sebagainya.
 Infiks atau sisipan, seperti misalnya el dan er, seperti misalnya kalimat
yang mengandung kata seperti gelembung, seruling, telunjuk dan lain
sebagainya.
8. Jenis-jenis
 Sejarah Fiksi :
1. Novel : sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya
dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal
dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah atau sepotong
berita".
2. Cerpen : Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang,
seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
3. Legenda : cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
4. Roman : sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang
isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa
masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah "kisah percintaan"
 Sejarah Non-Fiksi :
1. Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang
ditulis oleh orang lain.
2. Autobiografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang
ditulis oleh orang itu sendiri.
3. Cerita Perjalanan : teks yang didalamnya menceritakan tentang
perjalanan.
4. Catatan Sejarah : teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan
tentang fakta/kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu yang
memiliki nilai sejarah.
9. Perbedaan Cerita Sejarah Fiksi dengan Non-fiksi
 Sejarah Fiksi:
1. Jalan cerita disusun berdasarkan dunia nyata.
2. Gambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih dalam.
3. Pengembangan karakter tokoh tidak sepenuhnya terungkap.
4. Menyajikan kehidupan sesuai pandangan pengarang.
 Sejarah Non-Fiksi:
1. Tersusun oleh fakta yang objektif.
2. Gambaran kehidupan tokoh ditulis lebih lengkap berdasarkan fakta.
3. Menyajikan kehidupan sesuai data dan fakta.
10. Struktur Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang membedakannya dengan jenis
karangan lainnya. Struktur teks cerita sejarah terbagi menjadi enam, yaitu
abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan koda atau amanat.
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita
sejarah bersifat opsional. Artinya, sebuah teks cerita sejarah bisa saja tidak
melalui tahapan ini. abstrak biasanya berisi pengenalan singkat tentang atau
tokoh.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah. Orientasi berisi
pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan
pengenalan pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu dihubungkan
secara sebab-akibat. Peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa lain.
4. Klimaks
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita sejarah.
Pada saat klimaks inilah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan
menemukan penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah. Pengarang teks
cerita sejarah mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu
menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang tejadi.
11. Unsur-unsur Cerita Sejarah
 Unsur Intrinsik, membangun cerita dari dlm cerita trsebut, unsur intrinsik
ada bermacam-macam yaitu:
- Tema, merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi
keseluruhan cerita yang ada dari cerita sejarah.
- Tokoh, merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita
tersebut. Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh
yang ada di dalam cerita. Watak yang diberikan dapat digambarkan dalam
- Latar, Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat
terjadinya cerita tersebut. Latar akan memberikan persepsi konkret pada
sebuah cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah Cerita sejarah yakni
latar tempat, waktu dan suasana.
- Amanat, adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari
cerita sejarah tersebut.
- Sudut Pandang, merupakan sudut pandang si penulis , Baik itu sebagai
orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan acapkali para penulis menggunakan
sudut pandang orang yang berada di luar cerita.
- Gaya Bahasa, merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan
tulisannya kepada publik.
 Unsur Ekstrinsik, nilai-nilai ekstrinsik secara umum yang sering
dimunculkan dalam karya sastra berbentuk teks cerita sejarah adalah nilai
pendidikan, nilai politik, nilai patriotik, dan nilai moral.
12. Sistematika Penulisan Cerita Sejarah
1. Abstrak
2. Orientasi
3. Komplikasi
4. Klimaks
5. Resolusi
6. Koda
13. Tahap Penulisan Cerita Sejarah
 Orientasi : Mengenalkan teks peristiwa sejarah
 Menganalisis urutan peristiwa : dapat dilakukan dengan
• Mengidentifikasi masalah (Urutan peristiwa identifikasi)
• Menulis kronologi kejadian dengan tahapan-tahapan (Urutan peristiwa
kronologi)
 Reorientasi : menulis ulang teks cerita sejarah dengan memakai bahasa kita
sendiri sesuai analisis struktur paragraf yang sudah kita lakukan pada
langkah sebelumnya.
14. Membandingkan Teks Cerita Sejarah
Membandingkan teks cerita sejarah artinya membandingkan isi kedua teks
cerita sejrah meliputi struktur,waktu dan kronologi kejadian.
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari sumber-sumber
sejarah yang yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para pelaku
sejarah dan saksi sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang sejaman
atau orang pertama yang pernah mengalami sendiri secara langsung
peristiwa sejarah yang sesungguhnya. Untuk memperoleh sumber ini maka
seorang peneliti harus melakukan kegiatan wawancara, sehingga dapat
diperoleh sejumlah keterangan lisan terhadap obyek penelitian.
Contoh obyek penelitian sejarah adalah “Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia”Sumber primer yang dibutuhkan adalah para
pelaku atau saksi sejarah seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr.
Ahmad Subardjo dan lain-lain. Terhadap para pelaku atau saksi tersebut
maka peniliti harus melakukan wawancara Secara langsung, sehingga dapat
memperoleh keterangan lisan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua yaitu orang
yang tahu terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi pelaku.
Pihak kedua ini merupakan saksi ahli yaitu orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu.
15. Penyuntingan dan Mengabstraksi Cerita Sejarah
 Penyuntingan
Arti kata menyunting menurut KBBI adalah menyiapkan naskah siap
cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi,
dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata, dan struktur kalimat).
Ketika menyunting naskah, ada beberapa aspek yang harus Anda
perhatikan. Berikut adalah aspek-aspek dalam menyunting :
1. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang bilangan, dan tanda baca.
2. Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan kata.
3. Keefektifan kalimat.
4. Ketepatan struktur kalimat.
5. Keterpaduan paragraf.
Penyuntingan naskah dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
1. Penyunting harus membaca cermat kalimat demi kalimat dalam naskah
untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
2. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
naskah.
3. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
4. Penyunting memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
 Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita ulang (recount) atau rekon adalah teks yang
menceritakan kembali pengalaman masa lalu secara kronologis dengan
tujuan untuk memberi informasi, atau menghibur pembacanya, atau bisa
keduanya.
Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual
(informasional), dan rekon imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di mana
penulisnya terlibat secara langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah cerita ulang yang memuat kejadian
faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita imajinatif
dengan lebih detil.
Suatu teks cerita ulang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Orientasi : informasi yang menjawab apa?, di mana?, siapa?, kapan?, dan
mengapa?
2. Rentetan peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya Peristiwa.
3. Riorientasi atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian yang
diceritakan ulang.
Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan.
Proses untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain
dinamakan dengan istilah mengonversi. Dalam mengonversi cerita ulang
menjadi teks lain, yang berubah hanya model teks, sedangkan bagian isi
tetaplah sama.
16. Membuat Teks Cerita Sejarah
Cerita sejarah yang masih dalam bentuk lisan atau naskah kuno yang
merupakan kendala, tidak menjadi halangan untuk memindahkan cerita sejarah
ke dalam bentuk teks.
Teks cerita sejarah dapat dibuat dengan langkah-langkah berikut :
1. Bertanya atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa sejarah.
Pencarian inormasi ini berfungsi untuk mengumpulkan bukti-bukti sejarah
berupa kata.
2. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah tersebut. Cerita sejarah
dapat mempunyai beberapa versi, terutama berkaitan dengan unsur cerita
yang sifatnya fiktif.
3. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam penentuan ini jangan
melupakan bahwa cerita sejarah mengandung fakta. Jadi ambillah cerita
sejarah yang mengandung fakta paling banyak di dalamnya.
4. Membuat urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini membantu Anda
memahami cerita sejarah yang terjadi.
5. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan urutan peristiwa
yang telah dikumpulkan . Cerita sejarah dapat dinarasikan dengan gaya
bahasa pengarang. Pengembangan cerita sejarah tentu saja bukan pada
unsur fakta, melainkan unsur-unsur fiktifnya.
17. Mengonversi Teks Cerita Sejarah kedalam Bentuk Lain
Teks cerita sejarah umumnya berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah
dapat diubah kedalam bentuk lain, misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan
mengubah ini disebut dengan konversi. Menurut KBBI, Konversi adalah
perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain. Dengan
demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan perubahan.
Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
1. Membaca teks ulang secara keseluruhan.
2. Mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita ulang.
3. Merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
4. Menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai konversi.
5. Menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
6. Merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada kesalahan.
18. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyusun Cerita Sejarah
 Kejadian-kejadian diceritakan dalam urutan kronologis dari awal sampai
akhir. Beberapa peristiwa juga perlu diatur menurut urutan kronologis.
 Sekelompok fakta (peristiwa) perlu ada penentuan fakta kausal (penyebab)-
fakta peristiwa-fakta penyebab.
 Jika uraian berupa deskriptif-naratif, maka perlu ada proses serialisasi,
yaitu mengurutkan peristiwa berdasarkan prinsip-prinsip di atas.
 Dua peristiwa atau lebih yang terjadi secara bersamaan perlu dituturkan
secara terpisah.
 Apabila satu peristiwa sangat kompleks, terjadi atas banyak kejadian kecil,
maka perlu dikoreksi mana yang perlu disoroti karena dipandang penting.
 Unit waktu dan unit ruang dapat dibagi atas subunit tanpa menghilangkan
kaitannya atau dalam kerangka umum suasana terjadinya.
 Untuk memberi struktur pada waktu maka perlu dilakukan periodisasi
waktu berdasarkan kriteria tertentu.
 Suatu peristiwa dengan lingkup waktu dan ruang yang cukup besar sering
memerlukan pembabakan atau episode-episode, seperti gerakan sosial tentu
mengalami masa awal penuh keresahan sosial, munculnya pemimpin dan
ideologi, masa akselerasi politik, konfrontasi, dan massa reda.
 Perkembangan ekonomi sering memperlihatkan garis pasang surut
semacam gelombang yang lazim disebut konjungtor. Di samping itu,
perubahan sosial memakan waktu lebih lama sebelum tampak jelas
perubahan strukturalnya. Perubahan yang mendesak, total dan radikal lebih
tepat disebut revolusi.
 Dalam perkembangan metodologi sejarah mutakhir ternyata pengkajian
sejarah tidak lagi semata-mata membuat deskripsi naratif, tetapi lebih
banyak menyusun deskripsi analisis. Dalam melaksanakan proses
penulisan, satu hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah pemakaian
pendekatan. Pada umumnya pendekatan yang dipakai harus bersifat
multidimensional sehingga pembahasannya lebih bulat dan utuh.
Pendekatan multidimensional ini juga penting untuk menghindarkan dari
determinisme tertentu yang hanya memandang bahwa satu peristiwa atau
permasalahan seolah-olah hanya disebabkan oleh satu faktor tertentu saja.
19. Contoh Cerita Sejarah
R.A Kartini

Orientasi
Raden Ajeng Kartini atau yang kita kenal dengan Ibu Kartini. Dia adalah
salah satu keturunan keluarga terpandang yang lahir pada tanggal 21 April
1879. Dan keluarganya yang mewariskan suatu hal yaitu pendidikan.
Beliau pernah duduk dibangku sekolah dasar sampai tamat sekolah sekolah
dasar. Beliau tidak pernah puas akan ilmu pengetahuan dan membuat beliau
ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
Namun ayahnya tidak sependapat dengan beliau untuk melanjutkan
pendidikanya. Tahu sikap ayahnya sperti itu beliau sedih namun tidak bisa
mengubah keputusan ayahnya.
Peristiwa dan Masalah
Adat dikeluarganya yaitu seorang gadis atau wanita yang belum menikah
belum dibolehkan keluar rumah atau juga disebut dipingit. Untuk mengisi
waktu luangnya beliau membaca buku ilmu pengetahuan yang ia miliki.
Beliau memang gemar membaca atau kutu buku dan menjadi keseharianya
saat banyak waktu luang.
Bahkan dia tidak takut untuk bertanya kepada ayahnya bila dia tidak mengerti
atau kurang paham.
Kartini mempunyai teman yang banyak di Belanda dan sering bekomunikasi
dengan mereka. Bahkan pernah meminta kepada Mr.J.H. Abendanon untuk
memberikan dirinya beasiswa untuk bersekolah di Belanda.
Belum sempat menyampaikan keinginanya beliau dinikahkan dengan Adipati
Rembang yang bernama Raden Adipati Oyodiningrat.
Walaupun begitu beliau tidak berhenti untuk bercita cita dan karena suaminya
pula mendukung cita citanya.
Dengan ketekunan dan kegigihan dari beliau dan suaminya mendirikan
sekolahan wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Cirebon, dan
Malang. Sekolahan tersebut diberi nama dengan dengan sekolahan kartini.
Pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal dunia pada usia 25 saat
melahirkan anak pertama dan satu-satunya.
Kemudian kisah beliau menjadi pelopor emansipasi wanita ditanah jawa.
Kemudian kisah R.A Kartini di bukukan oleh Abendanon dengan judul “Door
Duistemis Tot Licht” atau yang kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah
Terang”
Buku ini telah menginspirasi wanita di Indonesia tidak hanya pada waktu itu
tapi sampai sekarang.
Reorientasi
Kita tidak boleh melupakan jasa R.A Kartini tetapi, kita harus mengenang
jasa dan meniru sifatnya yang pantang menyerah terhadap masalah apapun.
Karena setia masalah pasti ada jalan keluarnya.

Anda mungkin juga menyukai