Kondisi pelayanan gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun in
hospital ataupun post hospital. Oleh karena itu tujuan dari pertolongan gawat darurat
dalam kaitannya dengan rentang kegawatdaruratan dapat terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Pre-Hospital
Dalam rentang kondisi hospital ini dapat terjadi dimana saja serta dalam setiap
waktu, maka peran serta masyarakat, awam khusus ataupun petugas kesehatan
diharapkan dapat melakukan tindakan penanganan kondisi kegawatdaruratan yang
berupa:
b. In Hospital
Pada tahap ini, tindakan menolong korban gawat darurat dilakukan oleh petugas
kesehatan. Di rumah sakit pada umumnya ditolong oleh petugas kesehatan di dalam
sebuah tim yang multi disiplin ilmu. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah adalah
1) Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan
kondisinya.
2) Memberikan bantuan hidup dasar dan hidup lanjut.
3) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamik yang akurat.
4) Melakukan rehabilitasi agar produktivitas korban setelah kembali ke
masyarakat setidaknya setara bila dibanding sebelum bencana menimpanya.
5) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban untuk mengenali
kondisinya dengan segala kelebihan yang dimiliki.
c. Post-Hospital
Pada kondisi post-hospital hampir semua pihak menyatakan hampir sudah tidak ada
lagi kondisi gawat darurat. Padahal, kondisi gawat darurat ada yang terjadi justru
setelah diberi pelayanan di rumah sakit, yaitu korban perkosaan. Karena mengalami
trauma psikis yang mendalam, misalnya merasa tidak berharga, harga diri rendah,
malu dan tidak punya harapan sehingga korban-korban perkosaan mengambil jalan
pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tujuan diberikan pelayanan dalam
rentang post-hospital adalah:
Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit
yang akan dirujuk. Dua jenis keadaan triase yang dapat terjadi:
a. Multiple Casualties
Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak
melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan
masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih
dahulu.
b. Mass Casualties
Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilakukan
penanganan terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan
survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan
tenaga yang paling sedikit.
G. Primary survey
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas terapi
berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma. Pada primary
survey dilakukan usaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih
dahulu dengan berpatokan pada urutan berikut :
A : Airway
Yang pertama kali harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Hal ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing, fraktur
tulang wajah, fraktur mandibula atau maxilla, fraktur laring/trakhea. Usaha uhtuk
membebaskan airway harus melindungi vertebra servikal (servical spine control), dimulai
dengan melakukan chin lift atau jaw trust. Jika dicurigai ada kelainan pada vertebra
servikalis berupa fraktur maka harus dipasang alat immobilisasi serta dilakukan foto
lateral servikal. Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan gangguan
kesadaran atau GCS (Glasgow Coma Scale) ≤ 8, dan pada penderita dengan gerakan
motorik yang tidak bertujuan.
B : Breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi
fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Dada penderita harus dibuka
untuk melihat ekspansi pernafasan dan dilakukan auskultasi untuk memastikan masuknya
udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam
rongga pleura. Sedangkan inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding
dada yang mungkin mengganggu ventilasi. Trauma yang dapat mengakibatkan gangguan
ventilasi yang berat adalah tension pneumothoraks, flailchest dengan kontusio paru dan
open pneumotoraks. Sedangkan trauma yang dapat mengganggu ventilasi dengan derajat
lebih ringan adalah hematothoraks, simple pneumothoraks, patahnya tulang iga, dan
kontusio paru.
C : Circulation
1) Volume darah dan cardiac output
Perdarahan merupakan sebab utama kematian yang dapat diatasi dengan terapi
yang cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan hipotensi pada trauma harus
dianggap disebabkan oleh hipovolemia sampai terbukti sebaliknya. Dengan
demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik
penderita yang meliputi:
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang
mengakibatkan penurunan kesadaran.
b. Warna kulit
Wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat meruoakan tanda
hipovolemia.
c. Nadi
Perlu dilakukan pemeriksaan pada nadi yang besar seperti arteri femoralis atau
arteri karotis kiri dan kanan untuk melihat kekuatan nadi, kecepatan, dan
irama. Nadi yang tidak cepat, kuat, dan teratur, biasanya merupakan tanda
normovolemia. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,
sedangkan nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung.
Apabila tidak ditemukan pulsasi dari arteri besar maka merupakan tanda perlu
dilakukan resusitasi segera.
2) Perdarahan
Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka. Sumber perdarahan
internal adalah perdarahan dalam rongga thoraks, abdomen, sekitar fraktur dari
tulang panjang, retroperitoneal akibat fraktur pelvis, atau sebgai akibat dari luka
dada tembus perut.
D : Disability/neurologic evaluation
Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda
tanda lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal. GCS / Glasgow Coma Scale adalah
sistem skoring sederhana dan dapat meramal outcome penderita. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak, atau
disebabkan trauma langsung.
E : Exposure/environmental
DAFTAR PUSTAKA
Saanin, S. 2012. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). BSB Dinkes
Sprovinsi Sumatera Barat
Margaretha, Caroline. 2013. Konsep Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada tanggal
18 Januari 2018